Kamis, 11 Juni 2009

KEGELAPAN vs CAHAYA

KEGELAPAN VS CAHAYA
Oleh Abu Taheera


Allah Swt Berfirman dalan Surat Al-An’am : 1 :

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang, Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.

Allah Swt Maha luas, setiap penciptaannya demikian mengagumkan, dimensi pengetahuannya memilki jangkauan tak terbatas, namun kemurahannya dapat di nikmati semua makhluk. Sungguh bahagia bagi mereka yang senantiasa mengingat Dia dalam kalbunya, akan mendapat percikan nur samawi bagi mereka yang mengungkap pengetahuan dari-Nya dan akan merasakan kemurahan yang agung bagi mereka yang telah ma’rifat dengan-Nya.

Seibarat kita berdiri di tepi pantai lalu memandang lautan, maka yag terlihat adalah gulungan-gulugan ombak dan buih yang mengambang. Namun pengetahuan kita akan berbeda manakala kita menyelaminya, disana kita akan berjumpa dengan penghuni lautan yang berjuta-juta bentuk dan namanya, bila kita terus menyelam lebih dalam lagi kita akan dimanjakan dengan pemandangan biota laut yang serba menakjubkan, akhirnya harus kita yakinkan kekuasaan Allah Swt berada di mana-mana sampai di dasar laut sekalipun.
Keagungan dan kekuasaan Allah Swt, tidak hanya kita temukan dalam ciptaannya tetapi juga dalam kekuatan firman-Nya, dengan alur berfikir yang sama seperti menyelami lautan tadi, mari kita selami lebih dalam lagi firman Allah diatas, bahwa :

1. Allah Ciptakan langit dan Bumi
2. Allah Ciptakan Kegelapan dan Cahaya
3. Kemudian Orang-orang Kafir Mempersekutukan sesuatu dengan-Nya

Dengan memperhatikan susunan kalimat ayat ini, saya ingin menjelaskan bahwa pada permulaannya dunia kita ini berada dalam kegelapan, kemudian Allah menciptakan Cahaya, maka barulah kehidupan dunia mengalami perkembangan yang signifikan. Sebab dengan memperhatikan manfaat cahaya matahari misalnya, akan nampak pada kita bahwa segala sesuatu di dunia ini memerlukan cahayanya. Bisa kita bayangkan kalau tiba-tiba matahari tak bersinar lagi, Adakah kehidupan ?. Oleh karena itu cahaya matahari mutlak diperlukan Untuk lestarinya kehidupan lahiriyah, sebab ia menjadi sumber energi perkembangan.

Kita tinggalkan dulu cahaya matahari, mari kita beralih pembahasan kegelapan dan cahaya pada dimensi yang lain, bahwa :

1. Kegelapan adalah lambang dari kebodohan/Jahiliyah
2. Cahaya adalah lambang kemajuan ilmu pengetahuan

Maka ayat diatas akan bermakna, bahwa pada permulaannya manusia berada dalam kegelapan/kebodohan, kemudian berangsur-angsur Allah Swt, menurunkan ilmu pengetahuan kepada manusia, sehingga dari zaman ke zaman manusia mengalami kemajuan dalam segala bidang, maka dengan datangnya ilmu pengetahuan hilanglah kebodohan. Karena ibarat kegelapan dan cahaya tak mungkin bersatu dalam satu tempat.
Yang menjadi pertanyaan dengan perantaaan apa Allah Swt. menurunkan pengetahuan?, jawabannya adalah dengan perantaraan diutusnya Rasul-rasul, seperti kita baca :

dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"(2: 31.).

saya pikir dari sinilah lembaga pengajaran bermula, dimana Guru sejatinya adalah Allah dan Nabi Adam adalah muridnya sekaligus perwakilan manusia pada umumnya. Dari sinilah pondasi cahaya pengetahuan mulai ditancapkan dan dari sini pula peperangan antara cahaya dan kegelapan mulai berkobar. Orang-orang yang beriman bersama Adam berada dalam lingkaran cahaya dan mereka yang menolaknya akan lebih jauh lagi tenggelam dalam kegelapan.
Tidak syak lagi bahwa para Nabi Allah adalah sumber Cahaya, sebagaimana ayat ini mengatakan :
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan (5:15).

Nur yang di maksud di sini Adalah Rasulullah Saw. Dan mengenai beliau terdapat perkataan. Cahaya diatas cahaya (نور على النور). Artinya adalah bahwa para nabi itu adalah cahaya Allah Swt. Juga, tetapi cahayanya Rasulullah saw. mengungguli cahaya mereka.

Jika Para Rasul Allah sebagai sumber cahaya, maka hukum alam berlaku, yakni barangsiapa mengimani seorang utusan Allah Swt berarti ia menghadapkan wajahnya kearah cahaya, barangsiapa menolak utusan Allah Swt berarti ia membelakangi cahaya, semakin keras penentangan terhadap utusan Allah berarti ia semakin kencang berlari menuju kegelapan. Itulah sunnatullah yang berlaku sampai hari ini.