Jumat, 18 Maret 2011

DUA VERSI AHMADIYAH

Ahmadiyah Versi MUI CS:
• Tidak Meyakini Nabi Muhammad SAW Sebagai “Khaataman-Nabiyyin”
• Meyakini Mirza Ghulam Ahmad Sebagai Nabi Yang Ke-26
• Kitab Sucinya Bukan Al-Quran, Tapi “Tadzkirah”
• Syahadatnya bukan Dua Kalimah, Tetapi Tiga Kalimah
• Naik Hajinya Bukan ke Mekkah, Tapi ke Qadian

Ahmadiyah Versi Ahmadiyah:
• Menyakini Nabi Muhammad Sebagai Khaataman-Nabiyyin
• Meyakini Mirza Ghulam Ahmad Sebagai Mujaddid Abad XIV H, Imam Mahdi dan Al-Masih Yang Dijanjikan Kedatangannya Oleh Rasulullah SAW.
• Kitab Sucinya Al-Quran, Bukan “Tadzkriah”
• Syahadatnya Dua Kalimah : “Asyhdu allaa ilaaha ilallah wa asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah”, Bukan Tiga Kalimah
• Naik Hajji-nya Ke Mekkah, Bukan ke Qadian. Orang Ahmadiyah pergi Ke Qadian hanya untuk Ziarah, napak tilas sejarah, pertemuan keagamaan (jalsah) atau bahkan sekedar plesiran.
Alasan Pertama:
• AHMADIYAH MEYAKINI, AL-QURAN ADALAH KITAB SUCI YANG TERJAGA DAN TERPELIHARA (Al-Hijr, 15:9)
• TIDAK ADA SATU “NASH/AYAT” PUN DI DALAM AL-QURAN YANG DI “MANSUKH” TERMASUK AYAT “KHAATAMAN-NABIYYIN” (Al-Ahzab, 33:40)
• KARENA AHMADIYAH MEYAKINI AL-QURAN ADALAH KITAB SUCI YANG TERJAGA DAN TERPELIHARA, TIDAK ADA SATU PUN AYAT-AYATNYA YANG DI “MANSUKH”, SANGAT MUSTAHIL DAN SANGAT TIDAK MUNGKIN AHMADIYAH MENAFIKAN, LEBIH-LEBIH MENGINGKARI, TIDAK MEYAKINI, RASULULLAH S.A.W. SEBAGAI “KHAATAMAN-NABIYYIN”
Alasan Kedua :
Hadhrat Ahmad mengajarkan
“Tidak ada kitab kami selain Al - Qur’an Syarif dan tidak ada Rasul kami kecuali Muhammad Mustafa shallallaahu ‘alaihi wasallam. Tidak ada agama kami kecuali Islam dan kita mengimani bahwa Nabi kita, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. adalah Khaatamul Anbiya’, dan Al - Qur’an Syarif adalah Khaatamul Kutub
• “Dengan sungguh-sungguh saya percaya bahwa Nabi Muhammad SAW., adalah Khaatamul Anbiya. Seorang yang tidak percaya pada Khatamun Nubuwwah beliau (Rasulullah SAW), adalah orang yang tidak beriman dan berada diluar lingkungan Islam” (Ahmad, Taqrir wajibul I’lan, 1891)
“Inti dari kepercayaan saya ialah: Laa Ilaaha Illallaahu, Muhammadur-Rasulullaahu (Tak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah). Kepercayaan kami yang menjadi pergantungan dalam hidup ini, dan yang pada-Nya kami, dengan rahmat dan karunia Allah, berpegang sampai saat terakhir dari hayat kami di bumi ini, ialah : Sayyidina wa Maulana Muhammad SAW., adalah Khaataman-Nabiyyin dan Khairul Mursalin, yang termulia dari antara nabi-nabi. Di tangan beliau hukum syari’at telah disempurnakan. Karunia yang sempurna ini pada waktu sekarang adalah satu-satunya penuntun ke jalan yang lurus dan satu-satunya sarana untuk mencapai “kesatuan” dengan Tuhan Yang Maha Kuasa”.(Ahmad, Izalah Auham, 1891 : 137).
• “Yang dikehendaki Allah supaya kita percaya hanyalah ini, bahwa Dia adalah Esa dan Muhammad SAW., adalah Nabi-Nya, dan bahwa beliau adalah Khatamul-Anbiya dan lebih tinggi dari semua makhluk”. (Ahmad, Kistii Nuh, 1902 : 15)


“Inti dari kepercayaan saya ialah: Laa Ilaaha Illallaahu, Muhammadur-Rasulullaahu (Tak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah). Kepercayaan kami yang menjadi pergantungan dalam hidup ini, dan yang pada-Nya kami, dengan rahmat dan karunia Allah, berpegang sampai saat terakhir dari hayat kami di bumi ini, ialah : Sayyidina wa Maulana Muhammad SAW., adalah Khaataman-Nabiyyin dan Khairul Mursalin, yang termulia dari antara nabi-nabi. Di tangan beliau hukum syari’at telah disempurnakan. Karunia yang sempurna ini pada waktu sekarang adalah satu-satunya penuntun ke jalan yang lurus dan satu-satunya sarana untuk mencapai “kesatuan” dengan Tuhan Yang Maha Kuasa”.(Ahmad, Izalah Auham, 1891 : 137).
• “Yang dikehendaki Allah supaya kita percaya hanyalah ini, bahwa Dia adalah Esa dan Muhammad SAW., adalah Nabi-Nya, dan bahwa beliau adalah Khatamul-Anbiya dan lebih tinggi dari semua makhluk”. (Ahmad, Kistii Nuh, 1902 : 15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar