Minggu, 16 Maret 2008

Mutiara Hikmah Tanah Jawa

NGAPANCA

Oleh : Sunda Kelana

Tuntunan hidup leluhur Jawa

Banyak sudah tragedi dan drama kehidupan yang menyeruak ke permukaan dengan lakon yang berbeda-beda, karena lakonnya berbeda-beda sudah seharusnya kita sadari bahwa masing-masing orang di dunia ini memiliki perannya sendiri-sendiri dalam mewujudkan asa dan cita-citanya.

Dalam kehidupan ini setiap orang pasti pernah bertemu dengan dua sisi kehidupan antara susah dan senang, walau bentuknya berbeda-beda namun dua sisi inilah yang akan di jumpai manusia dalam perjalanan hidupnya.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, Plural dalam kenyataan, namun paham pluralisme di negri kita masih setengah di haramkan. Namun karena kemajemukan itulah bangsa kita memilki kekayaan yang beraneka ragam, baik itu kekayaan alam maupun kekayaan budaya dan pemikiran.

Penulis merasa bersyukur hidup di negri yang serbaneka ini, namun karena rasa syukur itu tidak hanya berarti senang-senang, diam seribu bahasa atau lebih populer berpangku tangan, maka penulis mengungkapkan rasa syukur tersebut dalam bentuk lain, tepatnya disini penulis mengajak memikirkan kembali kemajemukan kita, apakah sekarang berjalan pada rel dan fitrah yang semestinya ?.

Kalau kita perhatikan dengan seksama di era reformasi ini ada beberapa konsep sosial kita yang bergeser dari beberapa orang atau golongan, seperti perkembangan toleransi kita sering diwarnai dengan pemaksaan, penganiayaan/kekerasan, diskriminasi minoritas dan konflik-konflik sosial yang berlatarbelakang agama. bahkan sayup-sayup kita masih mendengar suara-suara sumbang yang ingin mendirikan Negara ini berlandaskan salah satu agama, sejalankah dengan cita-cita luhur bangsa ini ?.

Di beberapa tempat penulis masih melihat adanya pengrusakan rumah-rumah ibadah, padahal menurut hemat penulis yang namanya orang beribadah itu ingin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana hak dan kebebasannya di lindungi Undang-undang, tapi nampaknya suara nurani undang-undang itu tak lagi di dengar, akankah dasar NKRI berubah

dari

Ketuhanan yang Maha Esa

menjadi

Kekesaran yang berkuasa

Jika kekerasan menjadi tuhan kekuasaan sudah tentu akan membahayakan sendi-sendi keutuhan bangsa ini, dan Bagi mereka yang menjadi korban kekerasan tersebut tentu saja mengira bahwa Bhineka telah terlepas dari genggaman burung Garuda bahkan terputus dari kata Tunggal Ika, sehingga Tunggal ika ini menjadi asas tunggal satu-satunya kebenaran, ya menurut saya dan kelompok saya - saya tidak mengenal Bhineka berbeda-beda. Pokok-e sing ora pada karo aku, koe wong liyo tak pateni sisan.

Akhirnya melalui tulisan ini, ingin menyemarakan suasana-menggali kembali ajaran leluhur jawa yang ada secara alami berkembang dari mulut ke mulut, dengan harapan kita bisa mengikis habis sifat egoisme, merasa diri paling benar dan menganggap yang lain sebagai The Other, lebih jauh semoga kita semua bisa melestarikan warisan leluhur bangsa sebab karena itu dahulu Nusantara bisa dipersatukan.

Baiklah sekarang kita akan bahas pesan moral dari NGAPANCA (baca “ Ngaponco “ sama dengan “lima nga “ : Ngabekti, Ngamal, Ngalah, Ngajeni lan Ngayomi


Penjelasan Tuntunan hidup leluhur Jawa

Ngabekti

Artinya berbakti, berbakti mengandung makna mengabdi tanpa pamrih yang lahir dari ketulusan hati, spirit ini telah berkembang sejak lama dalam masyarakat jawa, kejayaan Majapahit dan Mataram menjadi bukti keampuhan ajaran ini, semangat pengabdian yang di kobarkan Gajah Mada sangat terkenal dalam sumpah palapa, menggambarkan begitu besar pengabdian anak bangsa terhadap raja dan negaranya.

Sekarang kita bisa mengejawantahkan Ngabekti dalam kehidupan kita sehari-hari yang pertama dan utama adalah Ngabekti terhadap Tuhan yang Maha Esa, lalu berbakti kepada Orang tua, Suami Isteri kemudian ngabekti terhadap sesama masyarakat bangsa dan negara.

Apabila berbakti kepada Tuhan dilakukan dengan baik, maka berbakti kepada yang lain merupakan pancaran dari keberhasilan berbakti kepada Tuhan.

Ngamal

Artinya beramal, beramal artinya merealisasikan spirit pengabdian dalam bentuk tindakan, misalnya spirit pengabdian dalam beribadah seperti tersebut diatas menuntut seseorang merealisasikannya dalam bentuk tindakan nyata dalam kehidupan, seperti menolong tetangga yang kekurangan dll, dalam bahasa agama di kenal iman dan amal shaleh.

Iman itu laksana sebatang pohon dan amal itu merupakan airnya. Pohon tidak akan tumbuh dengan baik bila tidak ada air yang memadai, begitu juga keimanan tidak akan berdiri dengan baik bila tidak ada amal shaleh yang terus mengalir.

Ngalah

Artinya mengalah ialah memberikan kesempatan kepada yang lain, sikap ini lahir dari kebijaksanaan taraf tinggi yang menunjukan kebesaran jiwa, pengertian dan lapang dada.

Mengalah tidak mempertahankan sesuatu yang ia yakini dengan mengorbankan orang lain atau dengan cara-cara tertentu sehingga merugikan orang lain, mengalah tidak berarti suatu kekalahan sebab pada waktunya akan menuai hasil kemenangan tentu dengan segudang hikmah di belakangnya

Ngajeni

Artinya menghormati ialah menghargai orang lain baik pemikirannya, keyakinannya maupun karya-karyanya. Pada sikap Saling menghargai sesungguhnya terdapat inti kasih sayang yang sangat dalam, Ngajeni diperlukan mengingat realitas manusia yang terdiri dari bermacam-macam Ras, Agama dan warna kulit.

Ngayomi

Artinya melayani, memenuhi kebutuhan, dan melindungi. Sikap ini cocok diterapkan kapan dan dimana saja serta oleh siapa saja wa bil khusus bagi para pejabat.

Ngayomi di letakan paling akhir dari ngapanca ini sebab pada dasarnya keempat sipat sebelumnya terangkum dalam ngayomi, seorang pengayom harus di dasari sikap berbakti, teguh beramal, bila perlu siap mengalah dan mampu menghormati.

Aplikasi “ ngapanca “

Para pembaca yang budiman ajaran ngapanca ini bisa diterapkan dalam berbagai ruang kehidupan.

  1. kalau ia seorang pelajar, tuntutlah ilmu dengan tanggungjawab sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan, kedua orang tua dan semua handai taulan, setiap hari langkahkanlah kaki menuju kampus dengan semangat beramal, bersikaplah saling mengalah diantara teman-teman supaya tercipta persahabatan yang sehat, hormatilah semua gurumu, teman-temanmu tanpa membedakan siapapun itu. Dengan demikian akan tercipta masyarakat pendidikan yang saling mengayomi satu sama lain.
  2. kalau ia seorang suami atau isteri, binalah kehidupan rumah tangga dengan semangat ibadah dan pengabdian satu sama lain, lakukanlah tugas-tugas keluarga dengan niat beramal untuk memperoleh keridoan sang Pencipta, dan siaplah saling mengalah bila menjumpai realita masalah yang melahirkan beda pemahaman agar tidak terjadi perselisihan. Lakukanlah semua itu dengan alat perekat saling menghormati, sehingga akan terwujud keluarga yang saling mengayomi satu sama lain.
  3. Kalau ia seorang pejabat di lingkunagan apa saja, bekerjalah dengan semangat pengabdian, ikhlas beramal, siap mengalah, menghormati rakyatnya dan menjadi pengayom yang baik.
  4. dan lain-lain.

Penutup

Sebuah tuntunan hidup apapun bentuknya, bila kita jalani dengan benar akan menciptakan kehidupan yang terarah, berpedomandan tidak tersesat.

Akhiru da’wana ‘anil hamdulillahi rabil ‘alamin

1 komentar:

  1. aslm.Pak Ustad he.....meni bagus amat blogna he....thanks ya dah kasih bahan khutbah ied

    BalasHapus