Senin, 03 Maret 2008

KEDUDUKAN AKHLAK DALAM ISLAM
Oleh : Sunda Kelana
( IngSUN MeDAl Makalangan )


Akhlak adalah perilaku atau kebiasaan yang lahir dari fitrat manusia setelah melalui pertimbangan akalnya, keadaan alami manusia belum bisa dikatakan sebagai akhlak sejati bila timbangrasa akalnya belum berjalan, sebagai contoh perbuatan anak kecil apakah ia melakukan kebaikan atau keburukan - kita tidak bisa memvonisnya sebagai benar atau salah, sebab ia bertindak hanya karena dorongan alamiahnya. Misalnya ia makan sambil berdiri atau bahkan sambil berjalan-jalan tidak bisa dikategorikan sebagai tidak berakhlak, namun seorang Ibu yang membiarkan anaknya kelaparan dengan alasan sang anak tidak bisa makan sambil duduk, bisa dipertanyakan dimana tanggungjawab moralnya sebagai seorang ibu.

Jelasnya akhlak adalah potensi manusia untuk mampu meletakan sesuatu secara adil melalui timbangrasa dan akal sehatnya. Seorang Ibu bisa memarahi anaknya dengan nada keras karena anak si mata wayangnya bermain-main dengan sebilah pisau yang tajam, itu adalah tanda yang baik sekalipun dengan merampas paksa pisau tersebut dari anaknya, hal ini jelas karena adanya pertimbangan akal yang sehat.

Nabi Muhammad Saw. Diutus Allah Swt. dengan tujuan menyempurnakan akhlak manusia. Karena akhlak memiliki peranan yang sangat penting, maka perlu seorang yang sangat agung sekaligus suri teladan sempurna bagi akhlak manusia yang telah dibangun para nabi sebelumnya. Dalam wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah saw. tertera maksud untuk itu

اقرأ با سم ربك الذي خلق. خلق الانسان من علق. اقرأ وربك الاكرم

“Bacalah dengan nama Tuhan Engkau, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang Maha Mulia “

Kata kunci dari firman ini adalah min ‘alaq dan al-Aqram. Bahwa manusia diciptakan dari segumpal darah yang sifat alamiahnya berbau amis, menjijikan, mengerikan dan bahkan bagi sebagian orang yang melihat darah dalam jumlah yang banyak cukup membuatnya pingsan, hal ini menggambarkan bahwa sifat alamiah manusia, makan, tidur-bangun dan sebagainya bila tidak diwarnai dengan akhlak akan menjelma menjadi perilaku yang menjijikan layaknya segumpal darah yang dibiarkan teronggok membusuk berubah menjadi nanah.

Kata kunci kedua dari Firman Allah di atas adalah al-Akram- “ paling mulia “, penulis berpendapat bahwa ini menggambarkan bagaimana misi Rasulullah Saw, yaitu beliau datang ke dunia ini adalah untuk merubah perilaku manusia yang berasal dari segumpal darah tadi menjadi sesuatu yang nilainya paling Mulia di hadapan Allah Swt, dan untuk mencapai tujuan itu Rasulullah saw. memulainya dengan memperbaiki akhlak orang-orang yang biadab menjadi manusia yang beradab, melalui contoh-contoh perilaku hidup beliau dalam berbagai suasana dari mulai tidur hingga tidur lagi. Inilah makna lain dari innamaa bu’itstu li utamimma makaarimal akhlaq.

Atas upaya gigih Rasulullah saw. kita mengenal dalam sejarah bagaimana Hadhrat Umar ra, yang semula adalah seorang pegulat pasar, ibaratnya tiada satu keburukanpun ia lewati, akan tetapi kemudian menjadi seorang pejuang yang senantiasa bergulat demi kehormatan Islam, menjadi orang yang lekat dengan Tuhan setelah mengikuti Rasulullah saw. Lalu kita juga mengenal Hadhrat Bilal ra. Ia semula hanyalah seorang yang tidak memiliki kelas dalam masyarakat, namun setelah menerima pelajaran akhlak dari Nabi Muhammad saw. menjadi seorang yang sangat di muliakan bahkan termasuk orang yang dinubuatkan masuk sorga. Sabda Rasulullah saw, cukup mewakili keadaan ini bahwa “ kemuliaan seseorang tidak terletak pada harta dan kedudukannya tetapi terletak pada akhlaknya”

Banyak sekali sahabat Rasulullah saw, yang telah mampu merevolusi dirinya hingga menjadi orang-orang yang mulia dalam akhlak setelah mendapat tarbiyat dari Rasulullah saw. yang kisaknya tidak mungkin diceritakan satu persatu dalam tulisan ini, namun pernyataan al-Qur’an sangat jelas bahwa : “ Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (Al-Hujurat ayat 46.)

Betapa tinggi kedudukan Akhlak dalam pandangan Islam, sebagaimana Rasulullah saw, bersabda :Innal Khuluqo wi’aauddiini- “sesungguhnya Akhlak adalah bejana yang menjaga dan memelihara Agama”. dengan kata lain agama seseorang akan terjaga dan terpelihara dalam bejana akhlaknya yang baik, seibarat kita memiliki susu akan terpelihara kebersihannya bila bejana yang melindunginya bersih dan kuat.

Dengan memperhatikan anatomi tubuh kita juga akan memperoleh gambaran tentang akhlak :


Jantung adalah pusat bagi anatomi tubuh, bila jantung berhenti maka fungsi yang lain pun akan berhenti, sedangkan pelindung jantung adalah tulang kemudian daging dan kulit. Maka dalam anatomi ke Islaman, Iman merupakan pusatnya – seibarat jantung dalam tubuh, ibadah yang wajib merupakan tulang yang akan memperkokoh iman, kemudian ibadah sunnah mengikuti ibadah wajib seperti daging yang menyaluti tulang dan terkahir adalah akhlak sebagai kulitnya. Maka yang paling terlihat dari seorang yang beriman adalah akhlaknya. Jadi jelas bahwa akhlak itu menunjukan kualitas keimanan seseorang. Cobalah perhatikan petuah ini “ akhlak adalah setengah daripada agama”. hal ini berarti tidaklah sempurna bila seseorang menyatakan keimanannya tanpa dibarengi dengan akhlakul karimah, maka berapa kali saja sesorang memproklamirkan diri sebagai Muslim dengan teriakan takbir yang membahana akan tetapi pekerjaannya merusak mesjid itulah kulit imannya.

1 komentar:

  1. Assalamu 'alaikum.
    Mana atuh postingan baruna? Nu aki geus tambah blogna, nu pang enggalna www.beautifulindonesiaandpeace.blogspot.com edisi bahasa Inggris.

    BalasHapus