- Kata Pengantar ……………………………..……………………………… vii
- Sambutan Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia …………………………… viii
- Bahtera Nuh ………………………………………………………………. ix
- Daftar isi ………………………………………………………………….. x
- Suntikan Tha’un…………………………....……………………………… 1
- Ajaran……………………………………....……………………………… 15
- Jangan cemas akan kutuk laknat dunia ..….. ……………………………... 18
- Kemuliaan di langit …………………...…………………………………… 20
- Siapakah Warga Jemaat ? …………………..……………………………… 28
- Tuhan Mahaperkasa …………………….......……………………………… 30
- Cukup Allah sebagai pelindungmu………….……………………………… 33
- Jangan meniru kaum lain ………………….. ……………………………… 35
- Pintu wahyu masih terbuka ………………..……………………………… 38
- Ketinggian Alquran ………………………..……………………………… 40
- Nubuatan dalam Al-Fatihah ………………..………………………………. 66
- Kedudukan Sunnah ………………………………………………………… 86
- Kedudukan Hadits ………………………….……………………………… 87
- Menguji Sahih tidaknya hadits ……………..……………………………… 90
- Keyakinan membebaskan manusia dari dosa. ……………………………… 94
- Jangan puas dengan Hikayat-hikayat …….………………………………… 96
- Sarana memperoleh kesucian ialah Shalat . ………………………………… 98
- Hai para Hartawan ………………………………………………………… 100
- Wahai para Ulama ………………………………………………………… 103
- Halaman tambahan …………………….......……………………………… 112
- Sejemput Nasihat bagi Kaum Wanita ……...……………………………… 116
- Kata-kata penutup ………………………….……………………………… 118
- Anjuran Sumbangan untuk perluasan Rumah ……………………………… 125
SAMBUTAN AMIR
JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA
Alam berteriak keras, memperingatkan manusia, agar segera mengoreksi diri, melihat dirinya secara seksama, ada apa gerangan yang terjadi pada dirinya, yang mengakibatkan alam (yang di ciptakan Allah swt. untuk manusia) jadi tidak bersahabat lagi dengan manusia. Bumi bergoyang(gempa bumi), longsor, banjir, angin ribut, kebakaran, penyakit, hama dan perang yang hampir seluruhnya membawa kerugian kepada manusia.Bumi bergoyang karena ijin Allah demikian pula tanah longsor, banjir, angin ribut dll. seluruhnya terjadi dengan ijin Allah yang Memiliki alam se-isinya termasuk manusia.
Lalu, apakah Allah swt telah memperingatkan manusia akan terjadinya semua mala-petaka ini, kapan malapetaka itu akan terjadi dan apa sebenarnya tujuan dari pengiriman malapetaka ini?
Nabi Nuh as. di perintahkan Allah swt. untuk membuat kapal karena banjir segera akan datang. Ummat Nabi Nuh menertawakan termasuk puteranya juga ikut barisan penentang Nabi Nuh as.. Lalu apa yang terjadi? Banjir memang terjadi menelan dan membinasakan harta benda dan manusia yang mengingkari Nabi Nuh. Selamatlah Nabi Nuh as. beserta pengikut beliau.
Banjir yang menimpa kaum Nabi Nuh as. dulu, kini telah datang, bukan hanya disatu daerah, namun hampir di seluruh dunia. Gempa Bumi, tanah longsor, angin ribut, kebakaran dan terakhir bom yang menghancurkan harta benda termasuk manusia menjadi korban, juga telah terjadi dan akan terus terjadi.
Pertanyaan yang muncul, mana Nabi Nuh-nya? Adakah seorang Nabi telah datang dan kita semua mengingkarinya sehingga malapetaka ini terus-menerus terjadi?
Buku Bahtera Nuh yang akan diterbitkan ulang ini sangat baik serta bermutu tinggi untuk menjawab pertanyaan, bagaimanakah caranya kita menyelamatkan diri dari kebinasaan yang terus menerus mengancam ini? Pengarang Buku ini, Hadhrat Mirza Gulam Ahmad as. adalah yang mendapat perintah dari Allah Swt. untuk membuat Bahtera seperti halnya perintah yang diterima oleh Nabi Nuh as. untuk menyelamatkan kaumnya.
Kepada saudara-saudaraku bangsa Indonesia, khususnya para pencari Kebenaran, simaklah buku ini dengan baik dan berdo’alah semoga kita semua mendapatkan Jalan Keselamatan seperti halnya para pengikut Nabi Nuh as. yang diselamatkan oleh Allah swt.
Khususnya bagi saudara-saudaraku warga Jemaat, bacalah berulang-ulang buku ini, baik untuk diri sendiri maupun keluarga agar tidak satu-pun anggota keluarga kita yang luput dari Keselamatan yang di Janjikan oleh Allah swt. Bai’at secara lahir belum berarti apa-apa karena di langit baru akan tergolong dalam warga Jemaat setelah kita benar-benar melangkahkan kaki pada jalan ketakwaan.
Semoga Allah swt. meridho semua usaha kita, amin.
Wassalam
Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia
KATA PENGANTAR
Buku “Bahtera Nuh” yang ada di tangan para pembaca ini merupakan karya Hadhrat Mirza Gulam Ahmad as, diterbitkan untuk pertama kali tahun 1902 dengan judul “Kisyti Nuh” dalam bahasa Urdu. Buku ini telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dunia, termasuk kedalam bahasa Indonesia.
Penerbitan dalam bahasa Indonesia mulai dilakukan tahun 1947, penerbitan kedua tahun 1978, ketiga tahun 1991, ke-empat tahun 1993, ke-lima tahun 1996 dan yang ke 6(enam) tahun 2003 ini.
Walaupun sudah berusia seratus satu tahun hingga saat ini, isinya masih tetap kuat, hangat dan sangat sesuai dengan perkembangan dunia sekarang ini yang semakin lama semakin mengarah ke-kebinasaan.
Masyarakat dunia sedang berusaha mencari jalan untuk menyelamatkan diri dari kehancuran namun tidak satu pun “jalan keluar” yang memberi “jaminan” bahwa bila kita berpegang kepada “pegangan” itu, kita akan selamat dari kehancuran dan kebinasaan dunia & akhirat. Pegangan demi pegangan itu terus di upayakan namun hingga saat ini terasa semakin jauh, semakin di upayakan semakin tidak menentu dan semakin seperti fatamorgana, ummat manusia umumnya dan ummat Islam khususnya terus menderita.
Buku “Bahtera Nuh” ini antara lain berisi “Jaminan”, bahwa bila kita masuk kedalam “Bahtera” ini dengan sebenar-benarnya, maka akan mendapatkan keselamatan seperti selamatnya para pengikut Nabi Nuh dari kehancuran.
Yayasan Wisma Damai mendapat kehormatan untuk kembali menerbitkan buku ini dan semoga para pembaca dapat memanfaatkan secara maksimal untuk mendapatkan “Keselamatan” yang dijanjikan.
Allah swt. senantiasa mendengar do’a kita. Karena itu marilah kita berdo’a semoga kita, khususnya para pembaca sekalian, dan lebih khusus lagi para pencari kebenaran dan keselamatan, dapat memperoleh keselamatan dari Allah swt., amin.
Jakarta, Maret 2003
Yayasan Wisma Damai
BAHTERA NUH (KISYTI NUH)
Judul kedua : Dakwah Keimanan (Da’watul Iman)
Judul ketiga : Pengukuh Keimanan (Taqwiyatul Iman)
- arabic -
“Buatlah bahtera itu dengan pengawasan petunjuk wahyu Kami. Sesungguhnya orang-orang yang bai’at kepada engkau, mereka sesungguhnya bai’at kepada Allah, Tangan Allah di atas tangan mereka”.
(Ayat-ayat itu wahyu Ilahi dalam Alquran yang turun kepadaku).
Risalah ini merupakan bagai suntikan samawi yang dipersiapkan
bagi Jemaatku berkaitan dengan wabah tha’un (pes).
- arabic -
“Mengapakah Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Mahamensyukuri lagi Mahamengetahui” (An-Nisa: 148).
- arabic -
“Naiklah kamu sekalian ke dalam bahtera ini dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berla
buhnya. Tiada yang dapat melindungi hari ini dari takdir Ilahi selain Allah Yang Mahapenyayang.
Qadian, 5 Oktober 1902
SUNTIKAN THA’UN
“Sekali-kali tidak akan menimpa musibah kepada kami selain apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dia pelindung kami dan hanya kepada Allah-lah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal” (9:51)
Patutlah bersyukur bahwa karena rasa kasihan kepada rak- yatnya dalam rangka usaha membasmi wabah tha’un (pes), peme- rintah kerajaan Inggeris [Pada waktu risalah ini ditulis, India masih dijajah oleh Inggeris, Peny.] telah merencanakan gerakan suntikan untuk kedua kalinya. Dan, demi kesejahteraan ummat Tuhan, pe- merintah telah memikul sejumlah biaya yang meliputi beratus-ratus ribu rupees. Sesungguhnya, tiap warganegara yang bijaksana berkewajiban untuk menyambut gerakan itu dengan rasa terima kasih. Dan mereka yang berprasangka terhadap gerakan suntikan itu sungguh amat bodoh dan sebenarnya memusuhi dirinya sendiri. Sebab, telah berkali-kali terbukti di dalam pengalaman bahwa pe- merintah sangat berhati-hati (dalam tindakannya itu) – tidak mau melancarkan suatu cara pengobatan yang berbahaya; bahkan peme- rintah selamanya memperkenalkan suatu usaha yang terbukti benar -benar berfaedah, apabila sudah mengadakan banyak kali eksperi- men di dalam usaha-usaha serupa itu.
Adalah suatu sikap yang jauh dari kewajaran dan peri ke- manusiaan jika orang mengadakan penilaian terhadap tindakan pe- merintah, yang dengan tulus ikhlas telah mengeluarkan beratus-ratus ribu rupees untuk tujuan itu, sebagai tindakan yang mempu- nyai latar-belakang tujuan tertentu untuk kepentingan sendiri. Alangkah malang nasib mereka yang mempunyai sangka buruk sejauh itu.
Sedikit pun tidak diragukan bahwa sampai sekarang upaya setinggi-tingginya dan semaksimal-maksimalnya, yang dapat dila- kukan oleh pemerintah di alam serba kebendaan ini, ialah upaya kebendaan itulah, yakni melancarkan gerakan suntikan. Bagaimana pun tidak dapat orang ingkari bahwa upaya itu telah terbukti ber- manfaat. Wajiblah bagi semua warganegara untuk memperhatikan sarana itu dan membantu melepaskan beban pemerintah yang ber- maksud hendak menyelamatkan jiwa rakyat.
Akan tetapi dengan segala hormat, kami ingin mengatakan kepada pemerintah yang baik hati itu, bahwa seandainya tidak ada suatu rintangan samawi, maka kamilah yang pertama-tama dianta- ra semua warganegara yang akan minta disuntik. Rintangan sama- wi itu ialah, sebab Tuhan menghendaki untuk memperlihatkan sua- atu Tanda kasih-sayang dari langit di zaman ini kepada ummat ma- nusia. Oleh karena itu, Dia berfirman kepadaku bahwa Dia akan menyelamatkan aku dari wabah tha’un beserta semua orang yang tinggal di dalam tembok rumahku – yaitu yang melupakan diri dan menyatukan diri dengan diriku, seraya patuh dan taat secara sem- purna, disertai ketakwaan yang setulus-tulusnya. Dan ini akan me- njadi Tanda Ilahi di zaman mutakhir ini, saat Dia memperlihatkan perbedaan di antara satu kaum dengan kaum yang lain. Akan tetapi yang tidak mematuhi secara sempurna, mereka itu bukanlah dari padaku. Mereka itu tidak usahlah dihiraukan. Demikianlah perin- tah Ilahi!
Oleh sebab itu, bagi diriku dan bagi semua orang yang ting- gal di dalam dinding rumahku tidak perlu suntikan. Karena seba- gaimana tadi telah kuterangkan, Tuhan Yang memiliki langit dan bumi, semenjak dahulu telah menurunkan wahyu kepadaku, bahwa Dia akan menyelamatkan dari kematian karena wabah tha’un seti- ap orang yang tinggal di dalam dinding rumahku, tapi dengan sya- rat bahwa mereka melepaskan semua kehendak untuk melawan, la- lu masuk ke dalam lingkungan orang-orang yang bai’at dengan pe- nuh keikhlasan, ketaatan dan merendahkan diri. Lagi dengan syarat bahwa mereka dengan cara apapun tidak bertakabur, melawan, sombong, lalai, congkak dan tinggi hati di hadapan perintah-perin- tah Ilahi dan utusan-Nya dan akan bertingkah-laku sesuai dengan Ajaran-Nya.
Tuhan berfirman pula kepadaku bahwa, pada umumnya, wabah tha’un yang menghancur-luluhkan itu – dan karenanya orang-orang akan mati terhantar bagai anjing, dan karena derita kesedihan dan kebingungan orang-orang menjadi gila – tidak akan melanda Qadian. Lagi, pada umumnya semua orang dalam Jemaat- ku, betapapun banyak bilangannya dibandingkan dengan orang-orang yang menentangku akan terpelihara dari wabah tha’un. Akan tetapi, wabah tha’un dapat menjangkiti orang-orang di antara me- reka yang tidak menepati janji mereka dengan sepenuh-penuhnya atau karena sebab lain yang tersembunyi tentang mereka, dan ha- nya Allah yang mengetahui. Akan tetapi pada akhirnya, orang akan mengakui dengan pandangan ketakjuban bahwa secara relatif dan komparatif, pertolongan Tuhan ada di samping golongan ini. Dan demikian rupa Dia telah menyelamatkan mereka dengan rahmat-Nya yang istimewa sehingga tidak ada tara bandingannya. Menge- nai hal ini sebagian orang yang bodoh akan tercengang dan seba- gian lagi akan menertawakan, sedangkan sebagian lagi akan me- nyebut aku orang gila. Sebagian lagi akan merasa heran bahwa apakah ada Tuhan serupa itu, Yang tanpa menggunakan sarana-sarana kebendaan pun dapat menurunkan rahmat-Nya?
Untuk menjawabnya ialah, memang tidak diragukan lagi bahwa Tuhan Yang Mahakuasa serupa itu memang ada. Seandai- nya Tuhan serupa itu tidak ada, maka orang-orang yang mempu- nyai ikatan tali silaturahmi dengan Dia pasti akan binasa di dalam kehidupan ini.
Wujud Yang Mahakuasa itu ajaib dan kekuasaan-kekuasa- an-Nya yang kudus pun ajaib pula. Pada satu pihak Dia membiar- kan orang-orang yang menentang (kebenaran) leluasa bertindak keras terhadap sahabat-sahabat-Nya bagaikan terhadap anjing-anjing dan pada pihak lain Dia memerintahkan para malaikat untuk mengkhidmati mereka (sahabat-sahabat-Nya) itu. Demikian pula apabila kegusaran-Nya bangkit dan bersimaharajalela di seluruh jagat dan kemurkaan-Nya bergejolak terhadap orang-orang aniaya, maka mata-Nya memberi perlindungan kepada orang-orangNya yang tertentu. Jika tidak demikian keadaannya, maka tugas orang-orang suci akan menjadi kacau-balau dan tidak seorang pun dapat mengenal-Nya.
Kekuasaan-kekuasaan-Nya tidak terbatas, akan tetapi keku- asaan-kekuasaan itu nampak kepada orang-orang menurut kadar keyakinan mereka masing-masing. Terhadap mereka yang dianu- gerahi keyakinan serta kecintaan dan yang memutuskan segala hu- bungan kecuali dengan Dia dan yang dijauhkan dari kebiasaan-kebiasaan memanjakan hawa nafsu mereka, kekuasaan-kekuasaan itu akan nampak secara luar biasa. Tuhan berbuat apa yang Dia ke- hendaki. Akan tetapi, kehendak untuk memperlihatkan kekuasaan-kekuasaan-Nya secara luar biasa itu hanya bagi mereka yang mau merobek-robek kebiasaan-kebiasaan mereka demi mementingkan Dia. Pada zaman ini amat sedikit orang-orang yang mengenal Dia dan percaya kepada kekuasaan-Nya yang ajaib itu. Kebalikannya, terdapat banyak orang yang sama sekali tidak percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang suara-Nya didengar oleh segala se- suatu, yang bagi-Nya tiada sesuatu yang mustahil.
Pada tempat ini baiklah diingat bahwa walaupun tiada do- sanya berobat untuk melawan penyakit tha’un (pes) dan penyakit lainnya, bahkan tercantum dalam sebuah hadits bahwa tiada sesua- tu penyakit pun yang bagi penyakit itu Tuhan tidak menciptakan obatnya. Akan tetapi, aku menganggap diriku berdosa jika aku me- ragukan Tanda Tuhan melalui suntikan yang Dia ingin tampakkan kepada kita dengan sejelas-jelasnya di atas muka bumi ini. Aku ti- dak ingin mencemari kehormatan tanda-Nya yang benar dan janji-Nya yang benar dengan menganbil faedah dari suntikan. Jika aku berbuat demikian, niscaya aku patut dituntut karena dosa itu, sebab aku tidak mempercayai janji Tuhan yang telah diberikan kepadaku. Dan seandainya demikian, maka semestinya aku berterima-kasih kepada sang dokter yang telah menemukan serum suntikan ini dan bukanlah bersyukur kepada Tuhan yang telah berjanji kepadaku bahwa tiap orang yang tinggal di dalam dinding rumahku akan diselamatkan oleh Dia.
Aku berkata berdasarkan penglihatan rohani bahwa janji-janji Tuhan Yang Mahakuasa itu benar dan aku menyaksikan saat-saat yang akan datang demikian jelasnya sehingga seakan telah ti- ba layaknya. Aku pun mengetahui bahwa tujuan pemerintah yang sebenarnya ialah, menyelamatkan orang-orang dari wabah tha’un dengan jalan apa pun dan apabila di masa yang akan datang peme- rintah menemukan suatu sarana yang lebih mujarab dari pada sun- tikan untuk menyelamatkan rakyat dari bahaya tha’un, maka peme- rintah dengan senang hati akan menerimanya. Dalam keadaan ini jelaslah bahwa cara yang telah direstui Tuhan untuk ditempuh olehku tidaklah bertentangan dengan tujuan pemerintah. Dan dua puluh tahun yang lalu tercantum di dalam kitabku Barahin Ahmadiyah berupa nubuatan mengenai wabah tha’un yang maha dahsyat itu dan juga tercantum mengenai janji limpahan berkat istimewa bagi Jemaat ini. Lihatlah Barahin Ahmadiyah halaman 518 dan 519. Kemudian, kecuali itu ada nubuatan yang tegas dari Tuhan, bahwa orang-orang mukhlis yang tinggal di dalam batas-batas rumahku dan yang tidak bertakabur di hadapan Allah dan Utusan-Nya, akan diselamatkan dari malapetaka tha’un dan secara relatif maupun secara komparatif karunia Tuhan yang istimewa akan tetap menyertai Jemaat ini, walaupun ada kalanya oleh karena kelemahan iman atau oleh karena cela dalam amal atau oleh karena ajal yang telah jadi suratan takdir atau oleh karena sesuatu sebab lain yang diketahui Allah, peristiwa semacam itu terjadi di dalam Jemaat ini. Maka peristiwa yang langka itu boleh dikatakan tidak ada. Biasanya pada waktu mengadakan perbandingan yang orang perhatikan ialah jumlah angka. Sebagaimana telah dibuktikan sen- diri oleh pemerintah dalam pengalaman, jumlah kematian di antara orang-orang yang telah mendapat suntikan anti tha’un dibanding- kan dengan jumlah kematian di antara orang-orang yang tidak mendapat suntikan adalah sangat sedikit.
Jadi, seperti halnya peristiwa kematian yang jarang terjadi tidak dapat mengurangi pentingnya arti suntikan, demikian pula mengenai Tanda ini jika di Qadian peristiwa tha’un terjadi – yang secara komparatif sangat kurang atau kadangkala ada juga seorang-orang di dalam Jemaat ini meninggal dunia akibat penyakit itu – maka nilai Tanda itu pasti tidak akan berkurang.
Nubuatan ini ditulis sesuai dengan kata-kata yang diucap- kan oleh Kalam Suci Tuhan. Adalah tidak layak bagi seorang bijak kalau ia dari semula memperolok-olokan Kalam Samawi. Ini ada- lah Kalam Ilahi dan bukanlah ucapan seorang ahli nujum. Ini ada- lah cahaya yang ditangkap indera penglihatan yang nyata dan bu- kanlah patgulipat permainan kegelapan. Ini adalah Kalam Ilahi yang telah membangkitkan wabah tha’un dan Dia-lah yang dapat melenyapkannya.
Pemerintah pasti akan menghargai nubuatan ini kelak, bila pemerintah akan menyaksikan betapa mengherankannya orang-orang ini yang tetap sehat wal afiat dibandingkan dengan orang-orang yang mendapat suntikan. Dan aku berkata dengan sejujur-jujurnya, bahwa apabila tidak terjadi keadaan yang sesuai dengan nubuatan yang sebenarnya telah dikumandangkan semenjak dua puluh atau dua puluh dua tahun yang lalu, maka aku bukanlah dari Tuhan.
Sebagai tanda bahwa aku datang dari Tuhan ialah, orang-orang mukhlis yang tinggal di dalam dinding rumahku akan tetap terpelihara dari kematian akibat penyakit ini. Dan warga Jemaatku seutuhnya – secara relatif dan secara komparatif – akan tetap terpe- lihara dari serangan wabah tha’un. Dan kesejahteraan yang terda- pat di dalam Jemaat ini pasti tidak terdapat tara bandingannya pada golongan lain. Dan kegemparan wabah tha’un yang membinasakan itu tidak akan melanda Qadian kecuali sedikit atau jarang-jarang.
Alangkah baiknya jika hati orang-orang itu lurus dan takut kepada Tuhan, supaya mereka benar-benar akan diselamatkan. Se- bab, siksaan (azab) tidak turun kepada seorang di alam dunia ini disebabkan perbedaan agama, karena mengenai itu pertanggung-jawabannya akan diminta nanti pada hari kiamat. Di dunia ini sik- saan turun hanya akibat kenakalan, keangkuhan dan terlampau ba- nyak dosa. Dan perlu diingat pula, bahwa di dalam Alquran suci dan bahkan juga di dalam beberapa bagian Taurat [Khabar tentang berjangkitnya wabah tha’un di zaman Masih Mau’ud dalam kitab-kitab Bible tercantum pada Zakaria 14:12, Injil Matius 24:8 dan Wahyu-wahyu 22:8, Pen.] terdapat khabar, bahwa di masa Masih Mau’ud akan berjangkit wabah tha’un. Bahkan Hadhrat Masih as. pun mengabarkan mengenai itu di dalam Injil. Dan tidaklah mung- kin kalau nubuatan-nubuatan para nabi akan meleset.
Hendaknya juga diingat, bahwa adalah wajib bagi kita un- tuk menjauhi upaya-upaya ciptaan manusia karena sudah ada janji Tuhan agar orang-orang yang anti jangan sampai mengaitkan Tan- da Ilahi itu kepada hal-hal lain. Akan tetapi, apabila di samping itu Allah Taala sendiri dengan perantaraan Kalam-Nya menunjukkan sesuatu upaya atau memberitahukan sesuatu obat, maka upaya atau obat serupa itu tidaklah menjadi halangan bagi Tanda itu, sebab upaya atau obat itu datang dari Tuhan yang dari pada-Nya juga Tanda itu datang.
Hendaknya jangan ada yang mempunyai dugaan bahwa kalau kadangkala seseorang di dalam Jemaat kita mati akibat wa- bah tha’un, lantas nilai serta martabat Tanda itu akan berkurang. Sebab pada zaman dahulu Musa as. dan Yesaya as. dan pada akhirnya Nabi kita saw. mendapat perintah untuk barangsiapa yang telah mengangkat pedang dan membunuh ratusan jiwa, mereka itu boleh dibunuh dengan pedang pula. Dan ini merupakan suatu Tanda dari para nabi itu yang sesudah itu mereka mendapat kemenangan besar. Padahal dalam bentrokan itu di pihak para pengikut kebenaran terdapat juga yang tewas oleh pedang pihak lawan, akan tetapi amat sedikit dan kerugian sebesar itu tidaklah berarti apa-apa untuk Tanda itu.
Jadi demikianlah, apabila ada beberapa orang dalam Jemaat kita telah terkena wabah tha’un karena sebab-sebab tersebut diatas, maka peristiwa itu pasti tidaklah menodai sedikit pun Tanda Ilahi itu. Tidakkah ini merupakan suatu Tanda agung, bahwa seperti te- lah berkali-kali kukatakan bahwa Allah Taala akan menampakkan nubuatan itu demikian rupa sehingga setiap pencari kebenaran ti- dak akan ragu-ragu. Dan mereka akan mengerti bahwa Allah Taala telah memperlakukan Jemaat ini bagai mukjizat. Bahkan bagai Tanda Ilahi akibatnya ialah Jemaat ini akan berkembang dalam jumlahnya dengan perantaraan wabah tha’un dan akan maju secara luar biasa pesatnya. Kemajuan itu akan disaksikan dengan takjub, sedangkan lawan terus-menerus menderita kekalahan pada setiap kesempatan sebagaimana telah kutulis dalam kitab Nuzulul Masih. Seandainya Tuhan tidak memperlihatkan perbedaan di antara Jemaat ini dengan golongan-golongan lainnya, niscayalah mereka berhak mendustakan diriku. Sampai sekarang apa yang mereka dustakan, dengan itu mereka hanya mengundang laknat belaka. Umpamanya, mereka berulang-ulang berteriak-teriak bahwa Athim tidak mati dalam tempo lima belas bulan, sedangkan nubuatannya dengan tegas mengatakan, bahwa apabila ia kembali kepada kebe- naran maka ia tidak akan mati di dalam tempo lima belas bulan itu. Maka di tengah berlangsungnya pertemuan debat, ia di hadapan tujuh puluh orang-orang terhormat bertobat dari menyebut Rasulullah saw. sebagai dajjal dan bahkan bukan hanya itu saja, ia pun telah membuktikan tobatnya dengan tutup mulut dan dengan menunjukkan ketakutan selama lima belas bulan. Latar belakang nubuatan itu ialah, karena ia telah menyebut Rasulullah saw. seba- gai dajjal. Oleh karena itu ia mengambil faedah dari tobatnya ha- nya sekedar sampai disitu, yakni matinya akan terjadi sesudah le- wat lima belas bulan, tapi memang ia mati juga. Terjadinya hal de- mikian ialah, karena di dalam nubuatan itu dinyatakan bahwa salah satu di antara kedua pihak yang tidak benar dari segi kepercayaan- nya, ia akan mati lebih dahulu. Maka ia mati lebih dahulu dari pada diriku.
Demikianlah khabar-khabar ghaib yang telah disampaikan Allah Taala dan telah menjadi kenyataan pada waktunya adalah berjumlah tidak kurang dari sepuluh ribu buah. Akan tetapi di da- lam kitab Nuzulul Masih yang sedang dicetak hanya disebutkan seratus lima puluh buah untuk contoh beserta bukti dan saksi-saksinya dan tiada suatu pun dari nubuatan-nubuatanku itu yang tidak menjadi kenyataan atau dari dua bagiannya sebagian belum menjadi sempurna.
Andaikata seseorang mencari-cari sampai ia tutup usia, ti- dak akan ia dapati sebuah nubuatan pun yang telah diucapkan mu- lutku dan mengenai itu ia dapat mengatakan nubuatan itu hampa belaka. Akan tetapi jika tidak punya rasa malu atau tiada mempu- nyai kesadaran berpikir, boleh sajalah ia berkata seenak hatinya. Dan aku berkata dengan tegas bahwa ada ribuan nubuatan serupa itu yang telah menjadi kenyataan dengan sejelas-jelasnya, sedang ratusan orang telah menjadi saksi terhadap nubuatan-nubuatan itu. Seandainya bandingannya dicari pada nabi-nabi terdahulu, maka tidak akan didapati bandingannya di tempat lain kecuali pada wu- jud Rasulullah saw. Andaikata lawan-lawanku mengambil keputu- san dengan cara itu pula, maka sudah lamalah mata mereka terbuka dan aku bersedia memberi hadiah besar seandainya mereka dapat menampilkan tandingan bagi nubuatan-nubuatan itu di dunia ini. Hanya semata-mata karena kenakalan atau kebodohan belaka ber- kata, bahwa nubuatan yang ini atau yang itu tidak menjadi kenya- taan, mengenai itu tidak dapat kami berbuat selain mengatakan bahwa ucapan-ucapan itu bersumber pada kekejian dan buruk sangka belaka.
Sekiranya di dalam suatu pertemuan diadakan tukar pikiran untuk menyelidiki hal itu, niscaya mereka akan menarik kembali ucapannya atau terpaksa harus disebut tidak punya rasa malu. Ka- lau ribuan nubuatan telah menjadi sempurna persis seperti dinubu- atkan, lagi pula terdapat ribuan orang yang masih hidup dan men- jadi saksi atas penyempurnaan nubuatan itu, maka hal itu bukanlah suatu hal sepele, melainkan seolah-olah penampakan Wujud Tuhan Yang Mahaagung.
Kecuali di masa nabi Muhammad saw. pernahkah ada za- man di mana terdapat seseorang yang menyaksikan ribuan nubuat- an yang telah disampaikan lalu nubuatan-nubuatan itu telah jadi sempurna laksana terang benderangnya siang hari dan ribuan orang telah memberi kesaksian atas penyempurnaan nubuatan-nubuatan itu? Kukatakan dengan seyakin-yakinnya, bahwa sebagaimana di zaman ini Tuhan sedang menghampiri dan menampakkan wujud-Nya, sedang ratusan perkara ghaib tengah disingkapkan tirainya bagi hamba-Nya ini, serupa itu jarang sekali terdapat contohnya pada zaman dahulu. Dalam waktu dekat orang-orang akan me- nyaksikan bahwa Wajah Tuhan akan nampak di zaman ini, seakan-akan Dia akan turun dari langit. Telah semenjak lama Dia me- nyembunyikan diri dan Dia di ingkari (manusia), tetapi Dia tetap diam. Akan tetapi sekarang Dia tidak akan bersembunyi lagi. Dunia akan menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Nya yang tidak pernah disaksikan nenek moyang mereka.
Hal itu akan terjadi karena dunia telah rusak-binasa dan ka- rena orang-orang tidak lagi percaya kepada Sang Pencipta langit dan bumi. Bibir mereka menyebut nama-Nya, namun hati mereka berpaling dari pada-Nya. Oleh karena itu Tuhan berkata: “Sekarang Aku akan ciptakan langit baru dan bumi baru”. Maksudnya ialah, bumi telah mati, yakni hati orang-orang diatas bumi telah menjadi keras seakan telah mati. Sebab, Wajah Tuhan telah bersembunyi dari mereka dan tanda-tanda samawi yang ter- dahulu hanya tinggal sebagai kisah-kisah belaka semuanya. Maka Tuhan telah berkehendak untuk menciptakan bumi baru dan langit baru. Apakah langit baru itu? Dan apakah bumi baru itu?
Bumi baru ialah hati yang suci, yang tengah dipersiapkan tangan-Nya sendiri, yang dinampakkan Tuhan, dan Tuhan akan di- nampakkan melalui hati yang suci. Sedang langit baru ialah Tanda-tanda yang sedang dinampakkan melalui tangan hamba-Nya ini de- ngan seizin-Nya juga. Akan tetapi sayang, dunia telah memusuhi penampakan-Nya yang baru ini. Pada tangan mereka tiada lain se- lain kisah-kisah belaka. Tuhan mereka hanyalah menurut citra me- reka sendiri. Hati mereka resah, semangat mereka lumpuh dan di atas mata mereka ada tutupan.
Ummat-ummat lain telah meninggalkan Tuhan hakiki. Apa yang dapat dikatakan tentang mereka yang telah menjadikan anak manusia sebagai Tuhan? Tengoklah keadaan orang-orang Islam, betapa mereka telah melantur jauh dari Dia menjadi musuh kental bagi kebenaran dan menjadi penentang jalan lurus bagai musuh kejam.
Umpamanya, apa-apa yang telah diserukan oleh golongan Nadwatul Ulama untuk kepentingan Islam dan golongan Anjuman Himayat-i-Islam, Lahore, yang mengumpulkan harta dari orang-orang Islam atas nama Islam. Benarkah orang-orang itu mengi- nginkan kesejahteraan bagi Islam? Apakah orang-orang ini mem- beri dukungan kepada jalan lurus? Apakah mereka ingat, di bawah musibah-musibah apakah Islam sedang dihimpit dan bagaimana- kah sunnah Ilahi akan bekerja untuk menyegarkannya kembali?
Aku berkata dengan sesungguh-sungguhnya, sekiranya aku tidak datang, niscaya pengakuan mereka untuk mendukung Islam sedikit-banyak dapat diterima. Akan tetapi, orang-orang itu jadi orang-orang terdakwa di hadapan (meja pengadilan) Tuhan; sebab, kendati mereka mengaku sebagai pendukung Islam, namun tatkala bintang terbit di langit, mereka itulah yang pertama-tama menging- karinya. Sekarang, bagaimanakah mereka akan memberi jawaban kepada Tuhan yang telah mengutus diriku tepat pada waktunya. Akan tetapi mereka tidak acuh. Sementara matahari mendekati rembang tengah hari, menurut mereka hari masih malam. Sumber mata air Tuhan telah memancar, namun mereka masih menangis-nangis di tengah padang belantara. Sebuah aliran sungai ilmu samawi sedang mengalir, namun mereka tidak tahu menahu. Tanda-tanda Tuhan sedang menampakkan diri, namun mereka tetap lengah. Tidak hanya lengah, malahan mereka memusuhi Jemaat Ilahi. Inikah yang disebut mendukung Islam, memelihara Islam dan menegakkan ajaran Islam seperti apa yang mereka laksanakan? Apakah dengan memalingkan muka, dapat mereka rintangi kehendak Tuhan yang semenjak dahulu para nabi semuanya telah memberi kesaksian terhadap kehendak-Nya itu? Sesungguhnya nubuatan Tuhan itu dalam waktu dekat akan terbukti benar.
Sebagaimana Allah berfirman
arabic
“Allah telah menetapkan, Kami dan Rasul-rasul Kami niscaya akan memperoleh keunggulan” (58:22) Peny.
Sebagaimana Tuhan sepuluh tahun yang silam telah me-ngadakan gerhana matahari dan bulan di langit pada bulan Rama- dhan untuk menampakkan kebenaran hamba-Nya ini dan Dia me- nunjukkan dua buah tanda dengan cahaya siang dan cahaya malam guna memberi kesaksian bagi diriku, demikian pula Dia telah me- nampakkan dua buah Tanda di atas permukaan bumi sesuai dengan nubuatan para nabi.
Tanda pertama ialah sebagaimana anda sekalian baca di dalam Alquran suci:
- arabic -
“Apabila unta-unta akan dibebas-tugaskan” (81:5), Peny.
Dan anda sekalian baca dalam hadits :
- arabic -
“Dan akan dilepaskan unta-unta lalu tidak akan dipergunakan”. Pen.
yang dalam penyempurnaannya kini tengah dipersiapkan juga jalan kereta api antara Mekkah dan Medinah di negeri Hijaz.
Tanda kedua ialah wabah tha’un, sebagaimana Allah Taala berfirman:
- arabic -
“Dan tak ada suatu negeri pun, melainkan Kami membina- sakannya sebelum hari kiamat atau Kami beri azab kepada penduduknya dengan azab keras” (17:59), Peny.
Jadi, Allah Taala telah memungkinkan kereta api berjalan di negeri ini dan juga menjangkitkan tha’un agar bumi jadi saksi, begitu pun langit menjadi saksi.
Oleh karena itu janganlah mengadakan konfrontasi dengan Tuhan. Berkonfrontasi dengan Tuhan adalah suatu perbuatan bo- doh. Sebelum ini, ketika Tuhan berkehendak menjadikan Adam as. sebagai khalifah, para malaikat menghalang-halangi kehendak itu, akan tetapi, apakah Tuhan membatalkan kehendak-Nya karena per- kataan mereka itu? Sekarang Tuhan berfirman lagi waktu mem- bangkitkan Adam kedua:
- arabic -
“Aku telah berkehendak untuk menjadikan khalifah. Maka Aku telah menciptakan Adam ini”.
[Lihat kitab “Tadzkirah” halaman 211, cetakan 1935, Peny.]
Sekarang, cobalah katakan, apakah anda sekalian dapat me- rintangi kehendak Tuhan? Jadi, mengapakah anda berprasangka sia-sia dan tidak menempuh jalan pasti? Janganlah masuk dalam u- jian. Camkanlah dengan seyakin-yakinnya, bahwa tidak ada yang dapat merintangi kehendak Tuhan. Konfrontasi-konfrontasi seperti itu bukanlah merupakan jalan ketakwaan.
Andaikan timbul was-was, anda dapat menempuh cara se- perti caraku telah menyiarkan khabar suka yang berdasar ilham da- ri Tuhan berkenaan dengan keselamatan sekelompok insan yang mengikuti ajaranku dari azab tha’un. Demikianlah pula apabila di dalam hati anda sekalian ada hasrat untuk mendatangkan kesejah- teraan bagi kaum anda, hendaknya anda pun mendapatkan khabar suka dari Allah Taala untuk keselamatan kawan-kawan seagama anda dari wabah tha’un, lalu menyiarkan surat selebaran seperti yang telah kulakukan agar khalayak ramai mengerti bahwa Tuhan ada beserta anda.
Bahkan kesempatan ini pun sungguh baik sekali bagi um- mat Kristen yang selamanya berkata, bahwa najat atau keselamatan itu terletak pada kepercayaan kepada Yesus Kristus. Maka wajib pulalah bagi mereka pada saat-saat musibah ini berkecamuk, me- nyelamatkan ummat Kristen dari wabah tha’un. Di antara semua firkah yang paling banyak doa-doanya dikabulkan, mereka itulah yang makbul. Sekarang Tuhan memberi kesempatan kepada setiap orang agar jangan tak keruan berdebat antara satu dengan yang la- in. Perlihatkanlah keunggulan dalam kemakbulan, agar mereka se- lamat dari wabah tha’un dan kebenaran mereka nampak nyata juga. Teristimewa para pendeta yang menyatakan hanya Masih ibnu Maryam sajalah juru selamat di dunia dan di akhirat. Dan sekira- nya mereka mempercayai dengan setulus hati bahwa Ibnu Maryam-lah yang memiliki dunia dan akhirat, maka mereka ber- hak menyaksikan contoh najat atau keselamatan dengan perantara- an penebusan dosa oleh ibnu Maryam.
Dengan cara demikian bagi pemerintah pun akan mudahlah bila berbagai sekte yang ada di India, yang berpegang pada kebe-naran agamanya masing-masing berusaha melepaskan serta me- nyelamatkan golongannya dari wabah tha’un dengan mohon sya- faat dari Tuhan yang mereka percayai atau dari sembahan lain se- lain Allah bagi orang-orang yang tertimpa musibah. Setelah mere- ka mendapatkan janji tegas (dari Tuhan), hendaknya mereka siar- kan janji itu dengan perantaraan selebaran-selebaran, seperti telah kami lakukan. Cara itu semata-mata demi kesejahteraan makhluk Tuhan dan merupakan bukti mengenai kebenaran agama mereka, lagi pula merupakan bantuan bagi pemerintah. Tentulah yang di- inginkan pemerintah tiada lain selain keselamatan rakyat dari ma- lapetaka wabah tha’un biar dengan cara apapun.
Pada akhirnya hendaklah dimaklumi bahwa kami tidak me- larang warga Jemaat kami yang tersebar di pelbagai wilayah Punyab dan India untuk minta disuntik. Mereka yang dengan tegas diperintahkan pemerintah, seyogianya mereka harus minta disuntik dan hendaklah menaati perintah dari pemerintah. Dan mereka yang diperbolehkan menentukan pilihan mereka sendiri – jika mereka ti- dak mengamalkan sepenuhnya ajaran yang telah diberikan kepada mereka – seyogianya mereka pun minta disuntik agar mereka ja- ngan tergelincir dan agar disebabkan oleh peri keadaan pribadi me- reka yang buruk janganlah mengelabui mata orang-orang tentang janji Tuhan itu.
Jika timbul pertanyaan, apakah ajaran yang dengan mengi- kutinya secara sesempurna-sempurnanya dapat menyelamatkan da- ri serangan wabah tha’un itu, maka akan kutuliskan dengan ringkas beberapa baris di bawah ini.
AJARAN
Hendaknya difahami dengan jelas, bahwa ikrar bai’at seca- ra lisan saja tidak berarti, selama bai’at itu tidak dihayati dengan sesempurna-sempurnanya disertai kebulatan tekad dalam hati. Jadi barang siapa mengamalkan ajaranku dengan sesempurna-sempurna-nya, ia masuk rumahku – perihal rumah itu ada janji yang tersirat dalam Kalam Ilahi:
- arabic -
“Sesungguhnya Aku akan menyelamatkan tiap-tiap orang yang tinggal di dalam rumah engkau”
Dalam hal ini hendaknya jangan diartikan, bahwa penghuni rumahku bukanlah hanya mereka yang berdiam di dalam rumahku yang terbuat dari tanah dan batu bata ini, melainkan juga mereka yang mengikutiku dengan sesempurna-sempurnanya, adalah terma- suk penghuni rumah-rohaniku.
Untuk mengikuti ajaranku, hendaknya mereka harus meya- kini hal-hal berikut ini, bahwa mereka mempunyai satu Tuhan Yang Qadir (Mahakuasa), Qayyum (Berdiri sendiri dan segala se- suatu bergantung pada-Nya) dan Khalikul Kul (Pencipta segala se- suatu yang ada); Yang sifat-sifat-Nya kekal-abadi dan tidak pernah berubah. Dia bukan anak seseorang dan Dia tidak mempunyai a- nak. Dia bersih dari penanggungan derita dan dinaikkan ke tiang salib dan dari kematian. Dia adalah demikian rupa keadaan-Nya, kendatipun jauh namun dekat. Dan, meskipun Dia dekat namun jauh. Walaupun tunggal namun penampakan-Nya beraneka-ragam. Manakala di dalam diri manusia terjadi suatu perubahan baru, ma- ka baginya Dia pun menjadi Tuhan yang baru dan Dia memperla- kukannya dengan penampakan-Nya yang baru pula. Orang itu me- lihat suatu perubahan di dalam wujud Tuhan, menurut kadar atau proporsi perubahan yang terjadi atas dirinya, tetapi hal itu tidak berarti bahwa ada perubahan terjadi dalam wujud Tuhan. Kebalikannya, semenjak azali Dia tidak pernah mengalami peru- bahan dan wujud-Nya paripurna. Akan tetapi pada waktu terjadi perubahan-perubahan di dalam diri manusia yang menuju keba- ikan, Tuhan-pun menampakkan diri-Nya kepada orang itu dengan penampakan baru. Dan pada setiap kemajuan yang dicapai manu- sia, penampakan kekuasaan Tuhan-pun terjadi lebih meningkat. Dia memperlihatkan kekuasaan-Nya yang luar biasa manakala ter- jadi perubahan luar biasa. Inilah pangkal keajaiban-keajaiban serta mukjizat-mukjizat. Itulah Tuhan yang merupakan syarat bagi Jemaat kita. Berimanlah kepada-Nya dan hendaklah mengutama- kan Dia lebih dari dirimu, kesenangan-kesenanganmu dan segala perhubungan-perhubunganmu. Dengan perbuatan-perbuatan nyata disertai keberanian, perlihatkanlah kesetiaan dengan sejujur-jujurnya.
Orang kebanyakan di dunia ini tidak mengutamakan Dia dari harta-benda mereka dan karib-kerabat mereka, akan tetapi kamu sekalian hendaknya mengutamakan Dia agar kamu sekalian di langit akan dituliskan di dalam daftar Jemaat-Nya.
Memperlihatkan tanda-tanda kasih-sayang merupakan sun- nah Ilahi semenjak zaman bahari. Akan tetapi kamu sekalian baru akan dapat memperoleh bagian dalam sunnah itu, apabila di antara kamu sekalian dan Dia tidak ada jarak pemisah sedikit pun. Keinginan-keinginanmu menjadi keinginan-Nya dan kedambaan- mu menjadi kedambaan-Nya dan selama-lamanya – baik dalam suasana keberhasilan maupun dalam suasana kegagalan – kepala- mu rebah di hadapan istana-Nya, agar Dia boleh berbuat apa saja yang Dia kehendaki.
Apabila kamu sekalian hendak berbuat serupa itu, maka di dalam dirimu akan nampak wujud Tuhan yang telah semenjak la- ma menyembunyikan wajah-Nya itu. Apakah ada di antaramu se- kalian orang yang mengamalkan hal serupa itu dan mencari keri- dhaan-Nya tanpa berkeluh-kesah atas Qadha dan Qadar-Nya?
Maka, meskipun kamu melihat suatu musibah, kamu harus melangkahkan kakimu terus ke muka, sebab inilah sarana kemaju- anmu. Berusahalah dengan segenap kemampuanmu untuk menye- bar-luaskan ketauhidan Ilahi di permukaan bumi ini.
Berbelas-kasihlah kepada sesama hamba-Nya. Janganlah berbuat aniaya terhadap mereka, baik dengan mulutmu atau de- ngan tanganmu, maupun dengan cara-cara lain. Hendaklah kamu selamanya berusaha menyampaikan kebaikan bagi sesama makh- luk. Janganlah berlaku sombong terhadap siapa pun, sekalipun ter- hadap bawahanmu juga. Janganlah mencaci-maki orang lain, seka- lipun ia mencaci-makimu. Hendaklah bersikap merendah-rendah, lemah-lembut, berkeniatan suci, kasih sayang terhadap sesama makhluk sehingga kamu dihargai Allah.
Banyak orang menampakkan perangai lemah-lembut, akan tetapi di dalam dirinya ia tak ubah seperti serigala tabiatnya. Ba- nyak orang pada penampakan lahirnya bersih, namun di dalam hati mereka terdapat ular-ular berbisa. Maka, kamu tidak akan dapat diterima di hadirat Allah selama keadaan lahir dan keadaan bathin- mu tidak serupa. Seandainya kamu jadi orang besar, berbelas-kasih lah terhadap orang-orang kecil dan janganlah menghina mereka. Seandainya kamu orang berilmu, berilah orang-orang yang tidak berpengetahuan nasihat dan janganlah merendahkan mereka de- ngan menonjolkan kepandaianmu. Andaikan kamu hartawan, maka berbaktilah kepada orang-orang miskin dan janganlah takabur de- ngan menunjukkan sikap keaku-akuan. Takutilah langkah-langkah yang dapat membawa kepada kebinasaan. Hendaklah takut kepada Tuhan dan tempuhlah jalan ketakwaan. Janganlah menyembah makhluk. Berpasrah dirilah kepada Tuhanmu dan berpalinglah dari dunia. Jadilah kepunyaan Dia sepenuhnya dan jalanilah kehidupan bagi Dia semata-mata. Dan bencilah segala kenajisan dan dosa demi Dia, sebab Dia adalah wujud yang suci. Hendaklah tiap-tiap hari bilamana fajar menyingsing memberi kesaksian bahwa kamu telah melewatkan hari dengan penuh ketakwaan dan tiap-tiap pe- tang hendaklah menjadi saksi bahwa kamu menjalani siang hari dengan hatimu merasa takut terhadap Allah.
JANGAN CEMAS AKAN KUTUK-LAKNAT DUNIA
Janganlah cemas akan kutuk-laknat dunia, sebab kutuk-laknat itu lama kelamaan akan hilang-sirna dengan sendirinya lak- sana asap menipis dan hilang di udara. Kutuk-laknat itu tidak dapat mengubah hari jadi malam. Tetapi kamu harus takut kepada laknat Tuhan yang turun dari langit, laknat yang jika menimpa seseorang akan menjadikan dia binasa di dalam kedua alam (yakni di alam ini dan di alam nanti, Peny).
Kamu tidak dapat melindungi dirimu dengan sikap pura-pura sebab Allah, Tuhanmu, dapat melihat sampai ke dasar lubuk hati manusia. Dapatkah kiranya kamu memperdayai Tuhan? Maka buatlah dirimu lurus, bersih, suci dan berdirilah dengan teguh, se- bab apabila terdapat di dalam dirimu kegelapan walau sedikit saja, kegelapan itu akan menghalau semua cahaya nuranimu. Dan, an- daikan di sudut relung dadamu ada terselip keangkuhan, ria, me- ninggikan diri ataupun kemalasan, maka kamu tidak dianggap se- suatu yang layak diterima Tuhan. Jangan-jangan nanti oleh bebe- rapa hal yang kamu sangka karya baktimu,malah kamu sebenarnya menipu dirimu sendiri dan beranggapan bahwa segala apa yang seharusnya kamu kerjakan telah kamu laksanakan. Sebab, Tuhan menghendaki agar di dalam wujudmu terjadi revolusi yang dahsyat dan menyeluruh. Dia menuntut dari dirimu suatu maut, yang sesu- dah maut itu kamu akan Dia hidupkan kembali.
Segeralah berdamai antara satu sama lain dan maafkanlah kesalahan saudaramu. Sebab, jahatlah orang yang tidak sudi ber- damai dengan saudaranya. Ia akan diputuskan perhubungannya sebab ia menanam benih perpecahan. Tinggalkanlah keinginan hawa nafsumu dalam keadaan apapun dan lenyapkanlah ketegang- an antara satu dengan yang lain. Walau pun seandainya kamu ada di pihak yang benar, bersikaplah merendah diri seakan-akan kamu bersalah agar kamu diampuni. Lepaskanlah segala sesuatu yang bakal menggemukkan hawa-nafsu sebab pintu itu – yang melalui pintu itu kamu diperkenankan masuk – tak dapat dilalui orang yang gemuk oleh hawa-nafsunya.
Alangkah malangnya orang yang tidak mempercayai apa-apa yang difirmankan Tuhan dan yang telah kusampaikan kepada- mu. Sekiranya kamu ingin agar Tuhan ridha kepadamu di langit, maka segeralah bersatu-padu dan seakan-akan kamu sekalian an- tara satu dengan yang lain bagaikan saudara-saudara sekandung layaknya. Di antara kamu sekalian yang paling mulia adalah dia yang paling suka memaafkan kesalahan saudaranya dan malanglah dia yang bersikeras kepala dan tidak bersedia memaafkan kesalah- an orang lain, maka ia bukan dari golonganku.
Hendaklah kamu senantiasa takut sekali akan laknat Allah sebab Dia itu Kudus dan Ghayyur (sangat tinggi rasa hormat-Nya). Setiap orang yang berkelakuan buruk tidak akan dapat memperoleh qurub-Nya atau kedekatan pada-Nya. Setiap orang takabur tidak akan dapat memperoleh qurub-Nya, begitu juga orang zalim, orang khianat dan setiap orang yang tidak mempunyai rasa hormat terha- dap nama Tuhan.
Barang siapa tergila-gila oleh keduniaan dan layaknya se- perti anjing, semut atau burung nasar [tatkala ia melihat bangkai busuk] dan mereka sudah merasa puas oleh kesenangan dunia, me- reka tidak dapat memperoleh qurub-Nya. Setiap orang yang tidak bersih matanya, ia akan tetap jauh dari Dia. Setiap orang yang ha- tinya tidak bersih, tidak akan menyadari adanya Tuhan. Barang siapa tinggal di dalam gejolak api [penderitaan], ia akan diselamat- kan dari api itu. Barang siapa menangis demi Dia, ia akan dibuat tertawa gembira oleh-Nya.
Barang siapa memutuskan diri dari dunia demi Dia, ia akan menemukan Dia. Dengan kesungguhan hati, dan dengan penuh ke- tulusan serta dengan langkah-langkah bersemangat jadilah sahabat Tuhan agar Tuhan pun akan menjadi sahabatmu. Perlihatkanlah belas-kasih terhadap bawahanmu, isteri-isterimu dan saudara-saudaramu yang tak berada agar kamu pun di langit akan dilimpahi kasih sayang. Hendaknya kamu benar-benar menjadi kepunyaan-Nya agar Tuhan-pun menjadi kepunyaanmu. Dunia ini tempat yang penuh dengan seribu satu macam bala-bencana yang antara lain termasuk wabah tha’un, maka kamu sekalian hendaknya ber- pegang teguh pada tangan Allah agar Dia menjauhkan bala-
bencana itu dari kamu. Tak akan ada bencana timbul di atas per- mukaan bumi ini selama belum ada perintah dari langit dan tidak ada bencana hilang-lenyap selama belum turun belas-kasih dari langit.
Oleh karena itu akan bijaksanalah apabila kamu berpegang kuat-kuat pada akar dan bukan pada dahan. Kamu sekalian tidak dilarang untuk berobat atau berikhtiar, akan tetapi yang dilarang ialah menggantungkan kepercayaan pada hal-hal itu. Kesudahan- nya adalah kehendak Allah jualah yang akan terjadi. Bagi dia yang memiliki kekuatan berpegang pada sikap dan pendirian itu, kedu- dukan tawakal adalah unggul dari pada segala martabat lainnya.
YANG MENDAPAT KEMULIAAN DI LANGIT
Ada pula bagimu sekalian suatu ajaran penting, yaitu kamu hendaknya jangan meninggalkan Alquran sebagai benda yang dilu- pakan sebab, justru di dalam Alquran-lah terdapat kehidupanmu. Barang siapa memuliakan Alquran ia akan memperoleh kemuliaan di langit. Barang siapa lebih mengutamakan Alquran dari segala Hadits dan dari segala ucapan lain, akan di utamakan di langit. Bagi ummat manusia di atas permukaan bumi ini, kini tidak ada kitab lain kecuali Alquran dan bagi seluruh Bani Adam kini tidak ada seorang rasul juru syafaat selain Muhammad Musthafa saw. Maka berusahalah untuk menaruh kecintaan yang setulus-tulusnya kepada Nabi agung itu dan janganlah meninggikan seseorang selain beliau dalam segi apapun agar di langit kamu dicatat, di daftar orang-orang yang memperoleh keselamatan. Dan ingatlah, bahwa najat (keselamatan) bukanlah sesuatu yang akan nampak nanti sesudah mati, melainkan najat yang hakiki ialah yang memperlihatkan cahayanya di alam dunia ini juga. Siapakah yang memperoleh keselamatan? Ialah dia yang berkeyakinan bahwa Tuhan benar-benar ada dan bahwa Muhammad saw. adalah juru syafaat yang menjadi penengah antara Tuhan dan seluruh makhluk; bahwa di bawah bentangan langit ini tidak ada rasul lain semartabat dengan beliau dan tidak ada kitab lain semartabat dengan Alquran; bahwa Tuhan tidak menghendaki siapa pun untuk hidup selama-lamanya, akan tetapi Nabi pilihan ini hidup untuk selama-lamanya. Untuk menjadikan beliau tetap hidup selama-lamanya, Tuhan telah meletakkan dasar demikian, ialah Dia mengalirkan keberkatan-keberkatan syariat dan keberkatan rohani terus hingga hari kiamat. Dan pada akhirnya, karena barkat rohani beliau saw. Dia mengutus Masih Mau’ud [Al Masih yang dijanjikan] ke dunia ini, yang kedatangannya sangat diperlukan untuk menyempurnakan pembangunan gedung Islam, sebab, hal demikian itu diperlukan karena dunia ini jangan habis sebelum kepada ummat Muhammad saw. seorang Al-Masih rohani diutus, seperti halnya telah diutus seorang Al-Masih kepada ummat Musa as. Hal itulah yang diisyaratkan oleh ayat berikut:
- arabic -
“Tuntunlah kami pada jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat”.
Musa as. telah mendapat harta pusaka yang telah hilang se- menjak berabad-abad yang lampau sedangkan Muhammad saw. te- lah menemukannya kembali harta pusaka yang telah hilang dari ummat Musa as. itu. Sekarang ummat Muhammad saw. telah men- jadi pengganti ummat Musa as. akan tetapi di dalam derajat kebe- sarannya adalah seribu kali lebih tinggi. Yang menjadi tandingan Musa as. kini lebih besar dari Musa as. sendiri, sedangkan yang menjadi tandingan Isa ibnu Maryam adalah lebih besar dari Isa ibnu Maryam sendiri. Dan Al-Masih Mau’ud tidak saja datang – menilik jangka waktunya – di dalam abad keempat belas sesudah Rasulullah saw. sebagaimana Almasih ibnu Maryam datang dalam abad keempat belas sesudah Musa [Semua orang Yahudi berpen- dapat berdasar sejarahnya, bahwa Isa as. bangkit pada permulaan abad keempat belas sesudah Musa as. – lihat sejarah bangsa Yahu- di – Pen.] melainkan ia telah datang pada saat dikala keadaan um- mat Islam demikian rupa sehingga serupa dengan keadaan orang-orang Yahudi di mana Masih ibnu Maryam datang. Maka aku-lah sesungguhnya Al-Masih yang dijanjikan itu. Apa yang Tuhan ke- hendaki, Dia kerjakan. Bodohlah orang yang bertengkar dengan Dia. Jahillah orang yang mengecam terhadap Dia dengan menga- takan, jangan begitu melainkan harus begini. Dia telah mengutusku disertai Tanda-tanda cemerlang, yang melebihi sepuluh ribu jum- lahnya. Dari jumlah itu sebuah di antaranya ialah wabah tha’un pula.
Pendek kata, barang siapa bai’at kepadaku dengan sesung- guh-sungguhnya dan menjadi pengikutku dengan hati yang setu- lus-tulusnya dan juga membuat dirinya tenggelam sirna di dalam ketaatan kepadaku, hingga ia meninggalkan segala keinginan-keinginan pribadinya, dialah yang pada hari-hari penuh derita, rohku akan memberi syafaat kepadanya.
Maka, wahai sekalian orang yang merasa dirinya tergolong dalam Jemaat-ku! Kamu sekalian di langit baru akan tergolong dalam warga Jemaat-Ku setelah kamu sekalian benar-benar me- langkahkan kakimu pada jalan ketakwaan. Oleh karena itu dirikan- lah shalat [sembahyang] kelima waktu dengan penuh rasa ketakut- an dan pemusatan pikiran seakan-akan kamu sekalian melihat wa- jah Ilahi di hadapanmu. Jalanilah hari-hari puasamu karena Allah dengan penuh ketulusan. Setiap orang yang wajib membayar zakat, hendaklah ia melunasi zakat. Barang siapa telah memenuhi syarat untuk menunaikan ibadah haji dan tidak ada yang menghalangi, hendaklah ia menunaikan ibadah haji. Kerjakanlah segala amalan baik dengan cermat dan tinggalkanlah perbuatan buruk disertai perasaan jengkel.
Ingatlah dengan seyakin-yakinnya bahwa tiada sesuatu amal dapat sampai ke hadhirat Allah apabila amal itu kosong dari takwa. Setiap amal baik berakar pada takwa. Sesuatu amal yang tidak kehilangan akar itu, amal itu sekali-kali tidak akan sia-sia. Sudahlah pasti bahwa kamu sekalian akan diuji pula dengan ber- macam-macam duka-nestapa dan musibah seperti ujian yang dia- lami orang-orang mukmin dahulu. Maka waspadalah, jangan-jangan kamu nanti tergelincir. Bumi tidak akan dapat membinasa- kan kamu sedikit pun andaikata hubunganmu dengan langit terjalin erat. Manakala sesuatu kemalangan menimpa dirimu, itu bukanlah dikarenakan perbuatan musuhmu melainkan oleh tanganmu sendi- ri. Apabila kemuliaan duniawimu satu demi satu hilang, Allah akan menganugerahimu di langit kemuliaan yang kekal-abadi. Oleh karena itu janganlah kamu melepaskan Dia. Kamu sekalian pasti akan diberi bermacam-macam dukacita, sedangkan beberapa harapanmu tidak akan terlaksana. Jadi, dalam menghadapi keadaan serupa itu, kamu sekalian jangan putus-asa sebab Tuhanmu sedang mengujimu, apakah langkahmu pada jalan-Nya teguh atau tidak. Seandainya kamu sekalian menghendaki agar para malaikat di la- ngit mendendangkan sanjung-puji bagimu, maka deritalah dera dan pukulan dan tetaplah bersuka-cita. Dengarkanlah caci-maki orang dan bersyukurlah. Alamilah kegagalan demi kegagalan, akan tetapi janganlah memutuskan hubungan. Kamu sekalian merupakan Jemaat Allah terakhir. Hendaknya kamu memperlihatkan amal ba- ik yang kesempurnaannya mencapai derajat tertinggi. Setiap orang dari antara kamu yang menjadi malas, ia akan dilempar ke luar dari Jemaat bagai sebuah barang kotor dan ia akan mati dengan mem-bawa penyesalan, dan bagaimana pun tidak akan merugikan Tuhan.
Wahai, perhatikanlah! Dengan gembira sekali aku beri kha- bar kepadamu bahwa Tuhanmu sungguh-sungguh ada. Kendatipun segala sesuatu merupakan makhluk-Nya, namun Dia memilih orang yang memilih Dia. Dia menghampiri orang datang meng-hampiri-Nya. Barang siapa memuliakan Dia, Dia pun akan meng- anugerahkan kemuliaan kepadanya. Hendaknya sesudah kamu me- luruskan hatimu dan mensucikan lidahmu, matamu dan telingamu, datanglah kepada-Nya supaya Dia akan menyambutmu.
Apa yang Tuhan kehendaki dari dirimu berkenaan dengan segi kepercayaan hanyalah demikian; Tuhan itu Esa dan Muhammad saw. adalah nabi-Nya serta Khaatamul Anbiya, lagi beliau adalah termulia. Sesudah beliau kini tiada nabi lagi kecuali yang secara buruzi [bayangan] dikenakan jubah Muhammadiyat. Sebab, seorang khadim tidaklah terpisah dari makhdum-nya [majikan-nya]; demikian pula sebuah dahan tidak terpisah dari akarnya. Maka, barang siapa karena sama sekali melarutkan diri di dalam wujud majikannya dan menerima gelar kenabian dari Tuhan, ia tidak mencemari gelar Khaatamun Nubuwwat. Tak ubahlah halnya seperti kamu sekalian melihat rupamu pada cermin, kamu tidak menjadi dua bahkan kamu tetap satu adanya, kendati- pun nampaknya dua. Bedanya hanya terletak dalam bentuk zil [bayangan] dan bentuk asal belaka. Demikianlah Tuhan menghen- daki tentang seorang Masih Mau’ud. Di sinilah letak rahasia sabda Rasulullah saw. yang mengatakan, bahwa Masih Mau’ud akan di- kubur di dalam kuburan beliau saw. yakni orang yang dimaksud itu akulah dan dalam hal ini [antara wujud Rasulullah saw. dan Masih Mau’ud as. - Peny.] tidak terdapat kelainan.
Hendaknya anda mengerti dengan seyakin-yakinnya, bah- wa Isa ibnu Maryam telah wafat [Para ahli riset kaum Kristen me- ngemukakan pendapat serupa. Lihat buku Supernatural Religion halaman 522. Untuk penjelasan lebih lanjut bacalah buku kami Tuhfah Golarwiyah halaman 139, Pen.] dan kuburannya terdapat di desa Khanyar, kota Srinagar, Kasymir. Allah Taala telah mem- beritahukan mengenai wafat beliau dalam Kitab Suci-Nya. Dan jika ayat itu mengandung arti lain, maka di manakah tercantum di dalam Alquran berita tentang wafatnya Isa ibnu Maryam? Ayat-ayat yang bertalian dengan kematian beliau seandainya mempu- nyai arti lain – sebagaimana diartikan orang-orang yang bertenta- ngan faham dengan kami – maka Alquran seakan-akan sama sekali tidak menyebutkan kematian Isa as. bahwa beliau pun pada suatu ketika akan wafat pula. Allah Taala telah menerangkan tentang wa- fat Nabi kita saw. akan tetapi di seluruh Alquran tidak diterangkan mengenai wafat Isa as. Apakah rahasia di balik hal itu? Dan sean- dainya dikatakan bahwa berita mengenai wafatnya Isa as. terdapat di dalam ayat yang berbunyi :
- arabic -
“Tetapi setelah Engkau wafatkan daku, maka Engkau-lah yang menjadi pengawas terhdap mereka” (5:117) – Peny.
[Dari ayat ini jelas, bahwa Hadhrat Isa as. tidak a- kan datang lagi ke dunia ini. Karena, seandainya beliau a- kan datang lagi ke dunia ini, maka dalam keadaan demiki- an jawaban Hadhrat Isa as. bahwa beliau tidak tahu-mena- hu tentang kesesatan orang-orang Kristen adalah dusta. Barang siapa datang kedua kalinya ke dunia dan tinggal empat puluh tahun lamanya, lalu menyaksikan beratus-ratus juta ummat Kristen yang menganggap beliau Tuhan dan mematahkan salib serta menjadikan ummat Kristen masuk ke dalam agama Islam, betapakah pada hari kiamat dapat berdalih di hadapan Ilahi Taala, bahwa beliau sama sekali tidak tahu-menahu tentang kesesatan orang-orang Kristen. Pen.]
maka ayat itu jelas menerangkan, bahwa beliau as. telah wafat se- belum orang-orang Kristen menjadi sesat.
Pendek kata, jika ayat - arabic - diartikan, bahwa Isa as. dinaikkan ke langit hidup-hidup dengan tubuh kasar beliau, mengapakah Allah Taala tidak menyebutkan dalam Alquran tentang wafatnya seorang yang karena dianggap masih hidup telah menyesatkan beratus-ratus ribu manusia? Seakan-akan Allah Taala membiarkannya hidup untuk selama-lamanya agar orang menjadi musyrik dan tidak beragama lagi. Jadi, seakan-akan bukanlah kesalahan manusialah, melainkan semuanya itu adalah karena Tuhan sendiri menghendaki orang-orang menjadi sesat.
Ingatlah dengan sebaik-baiknya, bahwa kepercayaan Isa as. mati di atas kayu salib tidak dapat dibatalkan, selama belum ada kepercayaan bahwa nabi Isa as. sudah wafat. Apakah faedahnya beranggapan, bahwa beliau masih hidup, padahal akidah itu berten- tangan dengan ajaran Alquran? Biarkanlah beliau wafat, agar agama [Islam] ini hidup! Allah Taala telah menyatakan dengan firman-Nya sendiri tentang wafatnya Masih, begitu pula Rasulullah saw. telah melihat dalam peristiwa Mi’raj bahwa Isa as. terdapat di antara mereka yang telah meninggal dunia. Sekarang apakah anda masih juga belum percaya? Iman semacam apakah itu? Apakah an- da lebih mengutamakan tutur kata manusia dari pada mengutama- kan Kalam Ilahi? Agama macam apakah itu?
{Diisyaratkan pada sebuah ayat Alquran dengan jelas ten- tang Kasymir, bahwa Masih as. dan bundanya telah bertolak ke Kasymir setelah peristiwa salib, sebagai Dia berfirman:
= arabic -
“Dan Kami berikan kepada Isa dan ibunya tempat di atas bukit yang tenteram-damai dan di sana terdapat air jernih yakni mata air” (23:51)
Jadi di dalam ayat ini Allah Taala menggambarkan suasana Kasymir. Kata …… (Awaa) menurut kamus bahasa Arab adalah menyatakan arti memberi perlindungan dari suatu musibah atau kesulitan. Sedangkan sebelum peristiwa salib, Isa as. dan bunda- nya tidak pernah mengalami masa penderitaan yang demikian rupa gawatnya sehingga kedua beliau perlu diselamatkan. Jadi dari situ ternyata bahwa Allah Taala telah mengirimkan Isa as. dan budanya ke atas bukit itu setelah terjadi peristiwa salib. Pen.}
Dan nabi kita Rasulullah saw. tidak saja memberi kesaksian bahwa beliau saw. melihat Isa as. terdapat di antara roh-roh mereka yang telah meninggal dunia, tetapi juga dengan wafatnya beliau sendiri terbukti bahwa tidak ada seorang nabi pun masih hidup.
Jadi, para penentang kami telah menjadi demikian keadaan-
nya bahwa sebagaimana mereka mengabaikan Alquran, demikian pula mereka mengabaikan Sunnah, sebab wafat merupakan Sunnah Nabi kita saw. Seandainya Isa as. masih hidup, maka dengan wa- fatnya Rasulullah saw. tentu merupakan suatu kenistaan kepada pribadi beliau saw. Oleh karena itu selama anda sekalian belum percaya kepada wafatnya Isa as. selama itu anda bukanlah ahli Sunnah dan bukan pula ahli Quran.
Aku sekali-kali tidak mengingkari keluhuran Hadhrat Isa as. Sesungguhnya kepadaku Tuhan mengabarkan bahwa Masih Muhammadi adalah lebih tinggi dari pada Masih Musawi, akan tetapi meskipun demikian aku sangat menghormati Masih ibnu Maryam oleh karena – menilik segi kerohanian – aku adalah Khaatamul Khulafa di dalam Islam seperti halnya Masih ibnu Maryam merupakan Khaatamul Khulafa di dalam ummat Israil. Di dalam ummat Musa as., Isa ibu Maryam adalah sebagai Masih Mau’ud, sedangkan di dalam ummat Muhammad saw. akulah se- bagai Masih Mau’ud. Maka aku menghormati beliau, sebab aku adalah se-nama dengan beliau. Dan barang siapa mengatakan bah- wa aku tidak menghormati Masih ibnu Maryam, ia adalah seorang pembuat onar dan seorang pendusta besar. Aku bukan hanya menghormati pribadi Almasih as. saja, bahkan aku pun menghor- mati pula keempat saudara beliau juga.
{Yesus masih mempunyai empat saudara laki-laki dan dua sauda- ra perempuan. Mereka itu semua adalah saudara laki-laki dan saudara perempuan sekandung Yesus yakni semuanya itu adalah anak-anak Yusuf dan Maryam. Keempat saudara laki-lakinya itu adalah Yehuda, Ya’kub, Syam’un dan Yozas dan kedua saudara perempuannya adalah Asia dan Lidiya. Lihat Apostlic Records karangan Padri John Ellein Giles, cetakan London 1886, halaman 159 dan 166. Pen.} Sebab kelima bersaudara itu seibu. Bukan ha- nya sekedar itu, bahkan kuanggap kedua saudara perempuan se-kandung Hadhrat Almasih as. adalah pribadi-pribadi suci juga. Karena semua wujud itu lahir dari kandungan Sang Dara Suci Siti Maryam. Keluhuran Siti Maryam ialah bahwa beliau selama jang- ka waktu lama menahan diri dari menikah. Kemudian, atas desak- an para orang saleh dikalangan kaumnya, beliau dinikahkan sebab beliau berbadan dua (hamil), walaupun timbul celaan dari orang-orang bahwa mengapa pernikahan dilangsungkan padahal beliau sedang hamil, hal mana adalah bertentangan dengan ajaran Taurat? Mengapakah beliau membatalkan janji tanpa semestinya dalam ke- adaan beliau mendara? Lalu, mengapa meletakkan dasar bagi prak- tek poligami yakni kendatipun Yusuf sang tukang kayu itu sudah beristeri, mengapakah Maryam setuju untuk dikawini Yusuf? Akan tetapi, kuberkata bahwa semua itu terjadi karena menghadapi suatu keadaan darurat. Dalam keadaan demikian, seyogianya beliau-beliau patut dikasihani dan bukan harus dicela.
SIAPA YANG DIAKUI SEBAGAI WARGA JEMAAT?
Setelah kuterangkan hal-hal di atas, sekali lagi kukatakan bahwa janganlah hendaknya kamu mengira bahwa bai’at secara lahir memadai. Bentuk lahir adalah tak berarti apa-apa. Tuhan me- lihat kepada hatimu dan Dia akan memperlakukanmu sesuai de- ngan keadaan hatimu.
Perhatikanlah, dengan mengatakan kata-kata berikut ini aku menunaikan tugas tabligh: Dosa adalah racun, maka janganlah ka- mu makan racun itu. Kedurhakaan terhadap Tuhan adalah suatu kematian yang rucah, maka hindarilah dia. Berdoalah, berdoalah agar kamu sekalian mendapat kekuatan. Barang siapa tatkala me- manjatkan doa tidak berkeyakinan bahwa Tuhan berkuasa atas tiap sesuatu – kecuali yang telah Dia janjikan lain lagi – adalah bukan dari jemaatku.
Barang siapa tidak meninggalkan perbuatan dusta dan tipu-menipu, ia bukan dari jemaatku. Barang siapa yang terjepit oleh ketamakan duniawi dan sama sekali tidak mengarahkan pandangan nya ke arah hari kemudian, ia bukanlah dari jemaatku. Barang sia- pa yang sesungguh-sungguhnya tidak mengutamakan agama dari pada keduniaan, ia bukanlah dari jemaatku. Barang siapa tidak benar-benar bertobat dari tiap-tiap kejahatan dan dari tiap-tiap perbuatan buruk seperti minum arak, berjudi, memandang dengan nafsu berahi, khianat, suap menyuap dan dari setiap perbuatan hendak menguasai sesuatu tanpa sah, ia bukanlah dari jemaatku.
Barang siapa tidak mewajibkan atas dirinya untuk mendiri
kan shalat kelima waktu, ia bukanlah dari jemaatku. Barang siapa tidak tetap dalam memanjatkan doa dan mengenang Tuhan dengan rendah hati, ia bukan dari jemaatku. Barang siapa yang tidak mele- paskan teman nakal – yang memberi pengaruh tidak baik padanya- ia bukan dari jemaatku. Barang siapa tidak menghormati ayah-bundanya dan tidak menaati mereka dalam segala perkara kebaikan dan yang tidak bertentangan dengan Alquran dan ia tidak acuh ter- hadap kewajiban bakti terhadap mereka, ia bukanlah dari jemaatku. Barang siapa tidak berlaku halus dan kasih sayang terhadap isteri- nya dan sanak-saudara dari pihak isterinya, ia bukan dari jemaatku.
Barang siapa mengasingkan tetangganya dari menerima ke- baikan yang sekecil-kecilnya sekalipun, ia bukanlah dari jemaatku. barang siapa tidak mau memaafkan kesalahan orang yang bersalah terhadapnya, lagi ia adalah seorang pendendam, ia bukanlah dari jemaatku. Setiap suami yang berlaku khianat terhadap isterinya dan setiap isteri yang berlaku khianat terhadap suaminya, ia bukan- lah dari jemaatku.
Barang siapa menyalahi janji yang dibuatnya tatkala ia bai’at, bagaimanapun caranya, ia bukanlah dari jemaatku. Barang siapa yang tidak benar-benar yakin bahwa aku adalah Masih Mau’ud dan Mahdi yang dijanjikan, ia bukanlah dari jemaatku. Barang siapa yang tidak bersedia menaatiku dalam segala perkara baik, ia bukanlah dari jemaatku. Barang siapa duduk bercengkera- ma di tengah kumpulan orang-orang yang menentangku serta mengiakan apa yang dikatakan mereka, ia bukanlah dari jemaatku. Tiap-tiap tukang zina, orang fasik, peminum, pembunuh, pencuri, penjudi, pengkhianat, tukang suap-menyuap, perampas, orang ani- aya, pembohong, pemalsu dan orang sepergaulan dengan mereka, begitu pula tiap orang yang suka melemparkan tuduhan terhadap saudara-saudaranya, baik yang laki-laki maupun yang perempuan dan tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan buruknya serta tidak meninggalkan pergaulan buruk, ia bukanlah dari jemaatku.
Semuanya itu adalah racun. Setelah kamu memakan racun-racun itu, betapa pun kamu tidak akan dapat selamat. Kegelapan dan cahaya tidak dapat berkumpul bersama-sama pada satu tempat. Setiap orang yang mempunyai watak berbelit-belit dan tidak jujur dalam perhubungannya dengan Tuhan, niscaya tidak akan menda patkan berkat itu seperti yang diperoleh mereka yang berhati ber- sih. Alangkah beruntungnya orang-orang yang membersihkan hati- nya dan mensucikan hatinya dari segala bentuk kekotoran dan me- ngikat janji setia kepada Tuhan, sebab mereka sekali-kali tidak a- kan disia-siakan. Tidaklah mungkin Tuhan akan menistakan mere- ka, sebab mereka itu kepunyaan Tuhan dan Tuhan adalah kepunya- an mereka. Mereka akan diselamatkan pada setiap saat bila benca- na datang.
Sungguhlah tolol musuh yang mengadakan tipu-muslihat terhadap mereka itu, sebab mereka berada di dalam haribaan Tuhan dan Tuhan mendukung mereka. Siapakah yang beriman kepada Tuhan? Hanya mereka itulah yang peri keadaan mereka dilukiskan di atas. Demikian pula bodohlah orang yang memikir kan peri keadaan orang berdosa yang nekad-nekadan dan kotor bathinnya serta bertabiat jahat, karena orang itu dengan sendirinya akan binasa. Semenjak Tuhan menciptakan langit dan bumi, belum pernah Dia membinasakan, memusnahkan dan menghancur-lebur kan orang-orang saleh, malahan kebalikannya Dia senantiasa me- nampakkan kepada mereka kejadian-kejadian agung dan bahkan kini pun Dia akan memperlihatkannya.
TUHAN MEMILIKI KEKUATAN-KEKUATAN MAHABESAR
DAN LUAR BIASA
Tuhan adalah Tuhan yang amat setia dan bagi mereka yang tetap setia, Dia menampakkan kejadian-kejadian ajaib. Dunia ingin mene lan mereka dan tiap lawan mau menghancurkan mereka, teta- pi Dia yang menjadi kawan mereka, menyelamatkan mereka dari tiap tempat kemus
nahan dan menganugerahi mereka kemenangan dalam tiap-tiap medan. Alangkah bahagianya orang yang tidak melepaskan tali silaturahim dengan Tuhan semacam itu. Kepada-Nya kita beriman. Kita telah menge nal Dia. Dia-lah Tuhan bagi seluruh dunia dan Dia-lah yang telah menu runkan wahyu kepadaku dan yang telah memperlihatkan bagiku tanda-tanda perkasa, yang telah mengutus- ku sebagai Masih Mau’ud untuk za man ini. Selain Dia tidak ada Tuhan lagi, tidak di langit tidak pula di bumi. Barang siapa tidak beriman kepada-Nya, jauhlah ia dari kebahagi aan dan ia ada da-
lam cengkeraman kemalangan. Kami telah menerima wahyu dari Tuhan kami laksana matahari berkilau-kilauan. Kami telah me- nyaksikan-Nya, bahwa Dia-lah Tuhan seluruh dunia dan tiada Tuhan selain Dia. Sungguh perkasa lagi berdiri sendiri Tuhan yang kami jumpai itu! Betapa hebatnya kekuasaan-kekuasaan yang di- miliki Tuhan yang telah kami saksikan. Sesungguhnya di hadapan Dia tiada sesuatu yang mustahil kecuali apabila itu bertentangan dengan Kitab-Nya dan dengan janji-Nya.
Maka, apabila kamu berdoa, janganlah hendaknya kamu berdoa seperti yang dilakukan orang-orang naturalis yang jahil, yang telah meran cang suatu hukum kodrat alam menurut daya khayal mereka sendiri yang tidak mendapat pengesahan Kitab Ilahi. Mereka itu mardud (tertolak), doa-doa mereka sekali-kali tidak akan terkabul. Mereka itu buta, tidak melihat. Mereka itu mati, tidak hidup. Mereka mengemukakan di hadapan Tuhan suatu hukum yang mereka rancang sendiri dan mereka membatasi kodrat-kodrat-Nya yang tidak terhingga itu dan menganggap-Nya lemah. Maka mereka akan diperlakukan sesuai dengan keadaan mereka sendiri.
Akan tetapi apabila kamu sekalian berdiri untuk meman- jatkan doa, maka terlebih dahulu kamu wajib meyakini bahwa Tuhanmu berkuasa atas tiap sesuatu – sesudah itu baru doa-doamu akan terkabul, dan kamu akan menyaksikan keajaiban-keajaiban kodrat Ilahi yang telah kami lihat. Dan kesaksian kami adalah ber- dasar rukyat (penglihatan) sendiri dan bukan berdasarkan dongeng-dongeng. Bagaimanakah doa-doa orang semacam itu terkabul, dan juga, bagaimanakah ia akan mempunyai keberanian untuk meman- jatkan doa waktu ia dihadapkan kepada kesulitan-kesulitan besar kalau ia tidak percaya bahwa Tuhan berkuasa atas tiap sesuatu? Sebab, hal itu bertentangan dengan hukum kodrat yang dibuatnya sendiri.
Akan tetapi wahai orang-orang budiman! Hendaklah kamu jangan berbuat seperti itu! Tuhanmu adalah Wujud, yang meng- gantungkan bintang-bintang yang tak terhitung banyaknya dicakra- wala itu tanpa tiang sebatang pun dan telah menciptakan bumi dan langit dari serba tiada. Apakah kamu berprasangka terhadap Dia, bahwa Dia tidak akan berdaya untuk memenuhi keperluanmu?
[Tuhan berkuasa mengerjakan tiap sesuatu. Ya, Kitab Ilahi menge- muka kan peraturan berkenaan dengan doa, bahwa Dia memper- lakukan manusia yang saleh dengan amat kasih sayang bagaikan seorang sahabat. Yakni, adakalanya Dia melepaskan kehendak-Nya sendiri dan mengabulkan doa orang itu. Sebagaimana Dia sendiri berfirman :
- arabic -
“Berdoalah kepada-Ku dan Aku akan menjawab doamu” (40:61), Peny.
Dan adakalanya Dia ingin agar kehendak-Nya-lah yang diikuti. Sebagaimana Dia berfirman:
- arabic -
“Niscaya Kami akan menguji kamu sekalian dengan suatu ketakutan dan kelaparan” (2:156), Peny.
Hal demikian niscaya dilakukan-Nya agar kadang-kadang Dia memperlakukan manusia sesuai dengan doanya untuk membe- ri kemajuan kepadanya dalam keyakinan dan kemakrifatan. Dan kadangkala Dia ber- laku menurut kehendak-Nya sendiri dan menganugerahkan kepada orang itu baju kehormatan ridha-Nya serta mengangkat martabatnya serta de- ngan mencintai orang itu Dia memberi kemajuan kepadanya pada jalan petunjuk. Pen.]
Bahkan prasangkamu itu sendirilah yang akan merugikan dirimu. Dalam wujud Tuhan kami terdapat keajaiban-keajaiban yang tak terhingga ba- nyaknya. Akan tetapi hanya merekalah’yang menjadi kepunyaan Dia berkat ketulusan serta kesetiaan mereka’dapat me- lihat keajaiban-keajaiban itu. Dia tidak menampakkan keajaiban-keajaiban kepada orang yang tidak mempercayai kekuasaan-Nya dan tidak setia kepada kesungguhan hati terhadap-Nya.
Alangkah malangnya manusia itu yang hingga kini belum menge- tahui juga bahwasanya ia mempunyai Satu Tuhan yang berkuasa atas tiap sesuatu. Sorga kita adalah Tuhan kita. Puncak kelezatan kita terletak pada Tuhan kita, sebab kami telah melihat-Nya dan segala kejuitaan nampak pada wujud-Nya. Harta itu patut dimiliki walaupun untuk memilikinya harus dengan jalan memper- taruhkan jiwa. Ratna mutumanikam (intan) itu patut dibeli sekali- pun untuk memperolehnya harus dengan jalan meniada- kan segala wujud kita.
Wahai orang-orang yang merugi! Bergegaslah lari menuju Sumber mata air ini agar oleh mata air itu dahagamu akan dilepas- kan. Inilah Sum- ber mata air kehidupan yang bakal menyelamat- kan kamu sekalian. Apakah gerangan yang harus kuperbuat dan bagaimanakah harus kusampaikan berita ini kepada setiap kalbu manusia? Dengan genderang bagaimana jenis- nya harus kuumum- kan di pusat-pusat keramaian bahwa inilah Tuhan-mu agar orang dapat mendengar? Dengan obat apakah harus kuobati telinga orang-orang agar jadi terbuka untuk mendengarnya?
TUHAN ADALAH TIANG UTAMA SEGALA RENCANA PEMBANGUNAN KITA
Jika kamu menjadi kepunyaan Tuhan, maka ketahuilah de- ngan seyakin-yakinnya bahwa Tuhan adalah kepunyaanmu sendiri. Di kala kamu sedang tidur, maka Tuhan akan menjaga-mu. Di te- ngah kamu lengah dari musuhmu, Tuhan akan mengamat-amati musuhmu dan akan mematahkan siasat-siasatnya. Kamu sekalian sampai kini belum mengetahui, kodrat-kodrat apakah yang Tuhan-mu miliki. Sekiranya kamu mengetahui, tentulah tidak ada hari a- kan tiba kepadamu, bila kamu amat bersedih hati memikirkan urus- an keduniaan. Seorang yang memiliki sejumlah harta-benda, mau- kah ia menangis dan meratap-ratap lalu membinasakan dirinya ha- nya karena uangnya satu sen telah hilang? Kemudian jikalau kamu maklum akan harta itu dan kamu maklum bahwa Tuhan akan men- cukupi segala keperluanmu, maka mengapakah kamu demikian asyik tenggelam dalam urusan duniawi?
Tuhan adalah suatu Khazanah kesayangan, maka hargailah Dia! Sebab, Dia adalah Penolong-mu dalam tiap langkah tindakan- mu. Tanpa Dia kamu sekalian tak berarti sedikit pun, begitu pula daya-upayamu tiada berarti. Jangan meniru kaum lain yang sepe- nuhnya menggantungkan diri pada sarana-sarana duniawi, sebagai- mana seekor ular makan tanah. Kaum lain bergantung pada upaya materi atau sarana duniawi yang rendah itu. Bagai seekor burung nasar [burung pemakan bangkai sebangsa burung elang. Peny.] dan anjing makan bangkai, mereka membenamkan rahang ke dalam bangkai. Kaum lain sudah sangat jauh melantur dari Tuha me-
nyembah manusia-manusia, makan daging babi dan minum arak laksana minum air. Karena mereka terlampau menggantungkan diri pada sarana-sarana materi dan tidak memohon bantuan kekuatan dari Tuhan, mereka jadi mati dan roh samawi telah keluar dari diri mereka tak ubahnya seperti seekor burung merpati meninggalkan sarangnya. Bathin mereka dihinggapi penyakit kusta – penyakit memuja kebendaan – yang telah menggerogoti seluruh tubuh ba- thiniah mereka. Maka takutilah penyakit kusta semacam itu.
Aku tidak melarang kamu sekalian dari mempergunakan sarana-sarana kebendaan sampai batas tertentu, tetapi yang kula- rang ialah kamu hendaknya jangan seperti kaum lain menjadi bu- dak sarana-sarana kebendaan semata-mata, lalu melupakan Tuhan yang mengadakan sarana-sarana itu juga. Jika sungguh kamu pu- nya mata, niscaya kamu akan menyaksikan bahwa hanyalah Tuhan yang berwujud dan segala yang lain tidak ada artinya sama sekali. Kamu tidak dapat merentangkan tanganmu, begitu pula tidak dapat melipatnya, tanpa seizin Tuhan. Seorang yang mati rohaninya akan menertawakan hal itu, tetapi alangkah baik baginya jika ia mati saja sekali dari pada ia tertawa.
JANGAN MEMBEBEK KEPADA KAUM LAIN
Waspadalah! Demi terlihat olehmu betapa kaum lain telah mencapai kemajuan besar di dalam rencana-rancana duniawi me- reka, maka janganlah hendaknya kamu lantas meniru mereka dan mengikuti jejak mereka. Dengarlah dan fahamilah bahwa mereka itu sangat terasing dan lengah dari Tuhan, yang memanggil kamu sekalian supaya datang kepada-Nya. Apakah arti Tuhan mereka yang hanya seorang insan hina-dina itu? Oleh karena itu mereka dibiarkan dalam kelalaian.
Aku tidak melarang kamu berusaha mencari dan memper- oleh kebahagiaan duniawi, melainkan kamu jangan hendaknya me- ngikuti orang-orang yang memandang dunia ini sebagai segala-galanya. Hendaknya di dalam tiap sesuatu yang kamu kerjakan ba- ik yang bersangkutan dengan dunia maupun yang bertalian dengan agama – kamu terus-menerus bermohon kepada Tuhan supaya Dia menganugerahimu kekuatan serta taufik. Akan tetapi tidaklah cu- kup hanya dengan bibir saja, melainkan kamu hendaknya benar-benar percaya, bahwa setiap berkat turun hanya dari langit. Kamu baru dapat menjadi orang saleh, apabila di dalam setiap pekerjaan dan di dalam setiap kesulitan yang kamu hadapi, sebelum kamu mengatur rencanamu kamu menutup pintu kamarmu, lalu mere- bahkan dirimu di hadapan singgasana Ilahi dan meratap bahwa kamu sedang ditimpa kesulitan dan memohon karunia-Nya untuk mengatasi kesulitan itu. Niscayalah nanti Rohulkudus akan meno- longmu dan dengan jalan ghaib Dia akan membuka jalan keluar bagimu. Kasihanilah dirimu dan janganlah mengikuti orang-orang yang sama sekali telah memutuskan tali silaturahim dengan Tuhan dan yang sepenuhnya menggantungkan diri pada sarana-sarana duniawi, sehingga untuk memohon pertolongan pun mereka tidak mau mengucapkan kalimat Insya Allah juga.
Semoga Tuhan membuka matamu supaya kamu mengeta- hui bahwa Tuhan-mu adalah soko guru atau tiang utama bagi se- gala rencanamu. Kalau soko guru rebah apakah kiranya kasau-kasau dapat bertahan di atas atapnya? Tidak, bahkan dengan segera pula akan runtuh dan boleh jadi dengan runtuhnya akan menyebab- kan banyak korban jatuh. Demikian pula rencana-rencanamu tanpa pertolongan Ilahi tidak dapat terwujud. Apabila kamu tidak me- minta bantuan dari pada-Nya dan memohon pertolongan dari pada-Nya tidak kamu jadikan peganganmu, maka kamu tidak akan ber- hasil dan kesudahannya kamu akan mati dengan menanggung pe- nyesalan yang amat besar.
Hendaklah kamu jangan memikirkan dengan pandangan keheran-heranan mengapa bangsa lain maju, padahal mereka tidak tahu-menahu tentang Tuhan-mu yang Paripurna dan Mahaperkasa. Jawabannya ialah karena mereka telah meinggalkan Tuhan, dengan demikian mereka telah dihadapkan kepada ujian secara materi. Kadangkala ujian dari Tuhan itu mengambil bentuk demikian, yai- tu, barang siapa yang meninggalkan-Nya, hatinya lekat pada kema- bukan dan kelezatan dunia, lagi mendambakan kekayaan duniawi, maka kepadanya pintu keduniaan dibukakan, tetapi ditilik dari segi agama, ia sama sekali miskin dan telanjang belaka. Akhirnya, ia mati di dalam angan-angan duniawi dan dimasukkan ke dalam neraka-jahanam yang abadi. Dan kadangkala ujian itu mengambil bentuk demikian pula bahwa di dunia pun ia tidak akan berhasil. Akan tetapi ujian yang terakhir tidaklah begitu berbahaya seperti yang pertama, sebab yang mengalami ujian pertama lebih me- nyombong. Betapa pun juga kedua-dua golongan itu dimurkai Tuhan. Sumber kesejahteraan hakiki adalah Tuhan. Jadi, apabila orang-orang itu tidak mengetahui Tuhan yang Hayyul Qayyum – yang Mahahidup dan Berdiri sendiri – bahkan mereka tidak peduli dan berpaling muka dari pada-Nya, maka bagaimanakah mereka dapat memperoleh kesejahteraan yang hakiki? Berbahagialah
orang yang mengerti rahasia itu dan binasalah orang yang tidak mengerti rahasia itu.
Demikian pula hendaknya kamu jangan mengikuti jejak pa- ra filosuf dunia yang mengagumi mereka. Sebab, pikiran mereka hanya memperlihatkan ketololan belaka. Filsafat sejati ialah yang Tuhan telah ajarkan di dalam firman-Nya. Celakalah orang-orang yang mengagumi filsafat dunia dan berbahagialah orang-orang yang mencari ilmu sejati dan filsafat di dalam Kitab Ilahi. Menga- pakah kamu menempuh jalan ketidak-fahaman? Apakah kamu a- kan mengajari Tuhan hal-hal yang Dia tidak tahu? Apakah kamu hendak berlari-lari di belakang orang buta dengan harapan supaya ia dapat menunjuki jalan kepadamu?
Wahai orang-orang yang tidak faham! Betapa ia dapat me- nunjuki jalan kepadamu, jikalau ia sendiri seorang buta. Kebalik- annya filsafat sejati itu diperoleh dengan perantaraan Rohulkudus yang telah dijanjikan kepadamu. Kamu akan disampaikan kepada ilmu-ilmu kudus dengan perantaraan Rohulkudus yang oleh orang-orang lain tidak dicapai. Jika kamu sekalian memohon dengan tulus hati, pada akhirnya kamu akan memperolehnya juga. Maka baru kamu akan menyadari bahwa itulah sebenarnya ilmu yang memberi kesegaran serta kehidupan dan menyampaikan kamu ke puncak menara keyakinan. Dari manakah orang yang ia sendiri suka makan bangkai dapat membawakan makanan yang bersih bagimu? Bagaimanakah orang yang ia sendiri buta dapat memper- lihatkan sesuatu? Setiap hikmah suci turun dari langit. Maka, apa- kah yang dapat kamu cari dari orang-orang duniawi? Orang-orang yang rohnya terbang menuju ke langit, merekalah yang mewarisi hikmah itu. Betapa orang-orang yang mereka sendiri tidak mempu- nyai ketenteraman hati dapat memberi ketenteraman kepadamu. Akan tetapi, lebih dahulu dan yang penting adalah kebersihan hati. Lebih dahulu dan yang penting adalah ketulusan dan kejernihan hati. Kemudian, barulah kamu akan memperoleh segala sesuatu itu.
PINTU WAHYU MASIH TETAP TERBUKA
Hendaknya jangan kamu mengira bahwa wahyu Ilahi tidak ada lagi dan hanya berlaku di masa lampau saja [Syariat berakhir pada Kitab Suci Alquran, akan tetapi wahyu tidak berakhir, sebab wahyu merupakan jiwa agama sejati. Suatu agama yang di dalam- nya kelangsungan wahyu terputus, agama itu mati dan Tuhan tidak besertanya] dan pada waktu sekarang Rohulkudus tidak dapat tu- run dan hanya turun pada zaman dahulu saja. Aku berkata dengan sesungguh-sungguhnya bahwa segala pintu dapat tertutup, akan tetapi pintu untuk turunnya Rohulkudus tidak tertutup untuk sela- manya. Bukalah pintu hatimu agar Rohulkudus memasuki hatimu. Andaikata kamu sekalian menutup jendela yang melaluinya sinar matahari masuk berarti kamu menjauhkan dirimu sendiri dari sen- tuhan sinar matahari.
Wahai orang yang tidak faham, bangkitlah! Bukalah jende- la itu, maka dengan sendirinya matahari akan menyelinap ke dalam dirimu. Jika pada zaman ini Tuhan tidak menutup jalan anugerah duniawi bagimu, bahkan membukakannya selebar-lebarnya, apa- kah kamu punya persangkaan bahwa Dia telah menutup jalan anu- gerah samawi bagimu yang kamu sangat memerlukannya pada saat ini? Sekali-kali tidak! Bahkan pintu itu telah dibukakan dengan se- terbuka-bukanya. Kini, jikalau Tuhan sesuai dengan ajaran yang diberikan di dalam Surah Al-Fatihah telah membukakan bagimu pintu segala nikmat yang pernah diberikan kepada ummat-ummat terdahulu, mengapakah kamu menolak untuk menerima nikmat itu? Timbulkanlah kedahagaan untuk (minum dari) sumber mata air, agar air keluar dengan sendirinya. Mulailah kamu menangis bagai bayi meminta susu agar air susu menetes dengan sendirinya dari buah dada ibu. Buatlah dirimu layak menerima kasih agar ka- mu dikasihani. Perlihatkanlah kegelisahan agar kamu memperoleh ketenteraman hati. Merataplah berulangkali agar ada sebuah tangan meraih tanganmu. Sungguh amat sulitlah jalan menuju ke hadirat Tuhan, akan tetapi dimudahkan bagi mereka yang bertekad untuk mati dan melompat ke dalam jurang yang amat dalam. Mereka membulatkan hati untuk rela masuk ke dalam api dan terbakar ha- ngus demi sang Kekasih mereka. Lalu terjunlah mereka ke dalam api dan yang mereka jumpai tak lain melainkan sorga. Itulah yang dimaksudkan dalam kandungan firman Tuhan :
- arabic -
yakni: “Wahai orang-orang jahat dan wahai orang-orang saleh! Tidak ada di antara kamu yang tidak akan melewati api neraka-jahanam kecuali mereka yang melompatkan diri mereka ke dalam api karena Tuhan, mereka itu akan diselamatkan. Akan tetapi mereka yang berjalan di atas api untuk melampiaskan nafsu amma- rah mereka, api itu akan memakan mereka” (19:72).
Pendeknya, berbahagialah mereka yang berperang melawan hawa nafsu mereka sendiri dan malanglah nasib mereka yang ber- perang terhadap Tuhan untuk memuaskan hawa nafsu mereka sen- diri dan tidak berdamai dengan Tuhan. Barang siapa mengabaikan perintah Tuhan untuk memanjakan hawa nafsunya, niscaya tidak a- kan dapat masuk langit.
Karena itu berusahalah agar sebuah titik atau sebuah tanda baris pun dalam Alquran suci jangan memberi kesaksian terhadap- mu, bahwa karena kamu mengabaikan perintah Tuhan maka kamu akan ditindak. Sebab, keburukan biar hanya sebesar zarah pun a- kan menerima pembalasan. Waktu sangatlah singkat, sedangkan tugas hidupmu belumlah selesai. Bergegas-gegaslah melangkahkan kaki, karena malam telah hampir tiba. Apa-apa yang kamu akan persembahkan, periksalah berulang-ulang, jangan-jangan karena ada yang ketinggalan hingga menyebabkan kerugian; atau jangan-jangan semua persembahan itu tak ubahnya hanya kotoran dan barang-barang palsu belaka, yang sekali-kali tak layak untuk diper- sembahkan di hadapan singgasana Sang Maharaja.
KETINGGIAN ALQURAN
Aku mendengar ada sementara orang di antaramu yang sama sekali tidak menerima hadits. Jika mereka berbuat demikian, mereka itu amat keliru. Aku tidak mengajarkan demikian, malahan pendirianku ialah demikian: ada tiga hal yang Tuhan telah berikan kepadamu sebagai petunjuk. Yang pertama-tama adalah Alquran, [ Sarana petunjuk kedua ialah Sunnah, yakni, teladan suci yang diperlihatkan dengan amal-perbuatan Rasulullah saw., umpamanya untuk memperlihatkan cara shalat, beliau saw. sendiri shalat dan untuk memperlihatkan cara puasa, beliau sendiri melakukan puasa. Yang demikian itulah disebut Sunnah, yakni amal-perbuatan Nabi saw. yang memperlihatkan firman Tuhan dalam bentuk amal-perbuatan. Sarana petunjuk ketiga ialah Hadits, yakni sabda-sabda Nabi saw. yang dikumpulkan sesudah beliau tiada. Derajat Hadits adalah lebih rendah dari Quran dan Sunnah, sebab kebanyakan Hadits adalah meragukan. Akan tetapi jika disertai Sunnah, maka Hadits itu akan menjadi sesuatu yang yakin.Pen.] yang didalamnya diutarakan Ketauhidan, Kebesaran dan Keagungan Ilahi, juga di dalamnya perselisihan-perselisihan yang ada di antara kaum Yahudi dan Kaum Nasrani diputuskan, seperti perselisihan dan kekeliruan mengenai terbunuhnya Isa ibnu Maryam dengan perantaraan kayu salib dan menjadi orang terkutuk; dan seperti halnya nabi-nabi yang lain, beliau tidak diangkat (kepada-Nya). Begitu pula di dalam Alquran terdapat larangan untuk beribadah kepada sesuatu selain Tuhan; terlarang untuk menyembah manusia, hewan, matahari, bulan dan sesuatu planit lain, begitu pula terlarang untuk memuja sarana-sarana duniawi dan dirimu sendiri.
Oleh karena itu, berhati-hatilah dan janganlah melangkahkan kaki biarpun hanya selangkah tetapi bertentangan dengan ajaran Tuhan dan petunjuk Alquran. Aku berkata dengan sesungguh-sungguhnya bahwa barang siapa mengabaikan suatu pe- rintah sekecil-kecilnya di antara sejumlah tujuh ratus buah perintah Alquran, ia menutup pintu keselamatan bagi dirinya sendiri dengan tangannya sendiri. Jalan keselamatan yang sempurna dan hakiki dibuka oleh Alquran, sedang semua jalan lainnya adalah bayang- annya.
Maka, bacalah Alquran dengan seksama dan hendaklah ka- mu sangat mencintainya dan dengan demikian rupa cintanya se- hingga kamu belum pernah mencintai sesuatu yang lain dari itu, karena sebagaimana Tuhan berfirman kepadaku :
- arabic -
yakni, bahwa :”Segala macam kebaikan terdapat di dalam Alquran”, itu sungguh benar!
Alangkah sayangnya orang-orang yang lebih mengutama- kan sesuatu selain Alquran. Sumber segala kebahagiaan dan kese- lamatan bagimu terdapat di dalam Alquran. Tiada sebuah pun ke- perluan agamamu yang tidak terdapat di dalam Alquran. Saksi yang membenarkan maupun yang mendustakan keimananmu pada hari kiamat adalah Alquran. Di bawah kolong langit ini tidak ada sebuah kitab pun yang secara langsung dapat memberi petunjuk kepadamu kecuali Alquran. Allah Taala telah berkenan berbuat banyak kebajikan kepadamu dengan menganugerahkan kepadamu sebuah Kitab Suci seperti Alquran.
Aku berkata dengan sesungguh-sungguhnya kepadamu sekalian, bahwa kitab yang dibacakan kepadamu itu seandainya dibacakan kepada kaum Kristen, mereka tidak akan binasa. Dan nikmat serta petunjuk yang dilimpahkan kepadamu itu, andaikan diberikan kepada kaum Yahudi sebagai pengganti Kitab Taurat, maka sebagian firkah atau aliran mereka tidak akan mengingkari hari kiamat. Oleh karena itu hargailah nikmat yang dilimpahkan kepadamu. Nikmat itu sungguh berharga sekali. Nikmat kesayang- an itu merupakan suatu harta pusaka yang besar nilainya. Jika seki- ranya Alquran tidak diturunkan, maka seluruh dunia ini tidak ubah- nya hanya laksana segumpal daging yang menjijikkan belaka. Alquran adalah sebuah Kitab agung dan semua petunjuk tanding- annya adalah tidak berarti. Pembawa Injil adalah Rohulkudus yang menampakkan diri dalam bentuk seekor burung merpati – seekor hewan yang tak berdaya lagi lemah – seekor kucing pun dapat me- nerkamnya. Oleh karena itulah hari demi hari orang-orang Kristen kian jatuh ke jurang kelemahan, lagi pula jiwa rohaniatnya sudah tidak ada lagi di dalam diri mereka, sebab tumpuan keimanan me- reka terletak pada burung merpati. Akan tetapi Rohulkudus Alquran menampakkan diri dalam bentuk yang agung, sehingga seluruh alam semesta dipenuhi oleh wujudnya dari bumi sampai langit. Jadi, alangkah jauhnya perbedaan di antara burung merpati dan penampakan agung yang disebutkan juga di dalam Alquran suci.
Alquran dapat membuat seorang-orang menjadi insan suci dalam jangka waktu seminggu. Alquran dapat membuat dirimu seperti para nabi, asalkan saja kamu sekalian – dari segi lahiriah atau pada dasarnya – tidak berpaling dari pada Alquran. Selain Alquran, kitab mana lagi yang pada awal mula sekali mengajarkan kepada para pembacanya doa dan memberikan pengharapan seba- gai berikut :
- arabic -
Yakni, tunjukkanlah kepada kami jalan kenikmatan-kenikmatan yang telah ditunjukkan kepada orang-orang dahulu, yaitu nabi, shiddiq, syahid dan saleh! Oleh karena itu, pertinggilah semangatmu dan janganlah menolak seruan Alquran sebab Dia berkenan memberi kepadamu kenikmatan-kenikmatan yang pernah dianugerahkan kepada orang-orang terdahulu. Tidakkah Dia mem- berikan kepadamu negeri dan Baitulmukaddas yang pernah dipu- nyai orang-orang Bani Israil dan yang kini ada di dalam kekuasa- anmu?
Maka, wahai orang-orang lemah kepercayaan dan kurang dalam semangat! Tuhan-mu telah menjadikan kamu sebagai peng- ganti Bani Israil secara jasmaniah untuk memiliki semua kawasan negeri, maka sampaikah di pikiranmu mengapa Dia tidak menjadi- kan kamu pengganti secara rohaniah pula? Bahkan, sebenarnya Tuhan bermaksud melimpahkan kepadamu karunia-karunia lebih besar dari pada karunia-karunia yang dilimpahkan kepada mereka. Tuhan telah menjadikan kamu ahliwaris bagi harta pusaka mereka, baikpun secara rohani maupun secara jasmani. Akan tetapi, orang lain tidaklah akan menjadi ahliwarismu sampai hari kiamat tiba. Tuhan sekali-kali tidak akan mengasingkan dirimu dari limpahan nikmat wahyu, ilham, mukalamah dan mukhatabah Ilahiyyah
[Mukalamah dan mukhatabah Ilahiyyah adalah firman Tuhan dalam bentuk percakapan secara langsung kepada hamba-hamba-Nya.Peny.] Dia akan menyempurnakan terhadapmu semua nikmat yang telah diberikan kepada orang-orang dahulu. Akan tetapi ba- rang siapa oleh keangkuhannya akan berdusta terhadap Tuhan de- ngan mengatakan bahwa wahyu Ilahi telah turun kepadanya pada- hal tidak, atau mengatakan bahwa ia telah mendapat kehormatan bermukalamah dan bermukhatabah dengan Tuhan padahal tidak, maka aku berkata dengan bersaksi kepada Tuhan dan malaikat-malaikat-Nya bahwa ia pasti akan dibinasakan sebab ia telah ber- dusta terhadap Khalik-Nya dan telah tipu-menipu serta telah mem- perlihatkan kelancungan dan kecerobohan. Maka takutilah keadaan itu. Terkutuklah orang-orang yang membuat-buat impian dusta dan mengaku bermukalamah serta bermukhatabah. Seakan-akan di da- lam hatinya menganggap Tuhan tidak ada. Namun hukuman Tuhan akan mencengkeramnya dan hari naasnya tidak akan dapat dihin- dari.
Maka, kamu sekalian hendaklah mencapai kemajuan dalam hal ketulusan, kelurusan, ketakwaan dan kecintaan kepada Dzat Ilahi. Selama hayat dikandung badan pandanglah hal itu sebagai satu-satunya pekerjaanmu. Lalu, Tuhan-pun akan memberi kehor- matan dengan bermukalamah dan mukhatabah kepada orang di an- taramu yang Dia kehendaki. Hendaklah kamu jangan mempunyai keinginan serupa itu, sebab jangan-jangan karena keinginan hawa-nafsumu syaitan mulai menunggangimu, yang karenanya banyak orang menjadi binasa. Oleh karena itu sibukkanlah dirimu dalam berbakti dan beribadah. Hendaknya segala daya-upayamu dikerah- kan pada usaha ke arah itu saja agar kamu mematuhi segala hukum Tuhan. Hendaknya kamu inginkan kemajuan dalam keyakinan, mendapat keselamatan dan bukan memamerkan ilham. Alquran suci telah banyak mencantumkan hukum-hukum suci bagimu dan salah satu diantaranya ialah, kamu hendaknya sama sekali menjau- hi syirik, sebab orang musyrik tidak akan memperoleh sumber ke- selamatan. Janganlah kamu berdusta, karena dusta pun merupakan sebagian syirik.
Alquran tidak mengatakan kepadamu seperti dikatakan Injil, bahwa kamu jangan memandang kepada wanita-wanita bukan muhrim dengan pandangan buruk dan dengan pikiran yang me- ngandung rasa berahi, sedangkan memandang kepada mereka tan- pa itu [pandangan buruk dan mengandung berahi] adalah halal. Malahan Alquran mengatakan, bahwa janganlah sekali-kali me- mandang [kepada mereka] – baik dengan pandangan buruk atau pun pandangan baik – karena hal itu semua dapat menyebabkan kamu tergelincir. Kebalikannya, hendaklah kamu, bilamana berha- dapan dengan orang-orang bukan mukhrim – meredupkan matamu dan hendaklah jangan sedikit pun mengetahui parasnya. Akan teta- pi diperkenankan (memandang) sampai batas seperti keadaan o- rang berpenyakit bular, melihat dengan mata berkabut.
Alquran tidak mengatakan kepadamu seperti dikatakan Injil bahwa kamu hendaknya jangan minum minuman keras sebanyak yang dapat menjadikanmu mabuk, tetapi Alquran mengatakan bah- wa janganlah sama sekali meminumnya sebab kamu tidak akan menemukan jalan Tuhan dan Tuhan tidak akan bercakap-cakap denganmu, lagi Dia tidak akan membersihkan kamu dari kekoto- ran-kekotoran. Dan Alquran mengatakan, bahwa itu adalah pe- nemuan syaitan, maka jauhilah!
Alquran tidak hanya mengatakan kepadamu seperti dikata- kan Injil, bahwa janganlah kamu marah kepada saudaramu tanpa sebab, tetapi ia (Alquran) mengatakan bahwa kamu hendaknya bu- kan hanya harus menahan amarahmu saja,
bahkan amalkanlah pula - arabic - (memberi nasihat dengan kasih sayang) dan hendaknya kamu mengatakan pula kepada orang lain supaya berlaku serupa itu. Bukan hanya kamu sendiri yang berlaku kasih sayang, melainkan kamu meng-amanatkan kepada semua saudaramu juga untuk berkasih-sayang.
Alquran tidak hanya mengatakan kepadamu seperti dika- takan Injil, bahwa hendaklah kamu bersabar atas tiap perbuatan yang tidak senonoh isterimu kecuali zina dan janganlah menja- tuhkan talak.
Akan tetapi Alquran mengatakan: - arabic- (orang baik adalah bagi orang laki-laki yang baik). Tujuan yang dimaksud oleh Alquran ialah orang yang tidak bersih tak dapat hidup ber-dampingan dengan orang bersih.
Pendeknya, apabila isterimu walaupun tidak berzina, akan tetapi ia memandang orang-orang yang bukan mukhrim dengan pandangan berahi dan berpelukan dengan mereka dan melakukan pendahuluan-pendahuluan perzinaan, walaupun zina belum lagi dilaksanakan dan memperlihatkan auratnya kepada orang yang bu- kan mukhrim serta ia musyrik dan pembuat onar, dan Tuhan Yang Suci yang kamu imani tidak senang kepadanya, maka apabila ia tidak meninggalkan perbuatan itu, kamu dapat menjatuhkan talak kepadanya sebab ia dengan amal-perbuatannya sendiri memisah- kan diri dari padamu. Sekarang ia tidak merupakan bagian badan- mu lagi. Maka kamu tidaklah layak menjalani hidup bersama dia dengan dayus, sebab ia tidak lagi merupakan bagian badanmu; ia merupakan sebuah anggauta badan yang jijik lagi busuk dan patut dipenggal, sebab jangan-jangan ia mengotori seluruh badan dan kamu menjadi mati.
Alquran tidak mengatakan kepadamu seperti dikatakan Injil, bahwa janganlah sekali-kali bersumpah; tetapi Alquran mela- rangmu dari membuat persumpahan-persumpahan yang sia-sia. Sebab, dalam beberapa keadaan sumpah merupakan suatu sarana untuk menjatuhkan putusan dan Tuhan tidak menghendaki untuk menghilangkan sesuatu sarana bukti, karena dengan itu hikmahnya akan hilang. Adalah hal yang wajar apabila seseorang tidak mem- beri kesaksian dalam suatu perkara yang sedang diperselisihkan, maka untuk menjatuhkan putusan diperlukan kesaksian Tuhan. Dan persumpahan itu menjadikan Tuhan sebagai saksi.
Alquran tidak mengatakan kepadamu seperti dikatakan Injil, bahwa janganlah melawan orang zalim pada setiap kesem- patan, tetapi Alquran mengatakan :
- arabic -
[“Balasan terhadap suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Maka barang siapa yang memaafkan dan oleh karenanya menimbulkan perbaikan maka pahalanya adalah di sisi Allah” (42:41) ] Peny.
Yakni, balasan terhadap kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, akan tetapi barang siapa memberi maaf dan mengampuni kesalahan dan dengan pemberian maaf menimbulkan suatu perba- ikan, maka Tuhan akan ridha kepadanya dan Dia akan memberi pahala kepadanya. Jadi, menurut Alquran tindakan balasan pada setiap kesempatan adalah tidak terpuji, begitu pula pemberian maaf pada setiap kesempatan adalah tidak patut dipuji. Bahkan hendak- nya harus menilik keadaan, begitu pula hendaknya tindakan bala- san atau memaafkan itu disertai oleh pertimbangan mengenai kea- daan dan kemashlahatan tapi bukan dengan semena-mena. Itulah yang dimaksudkan oleh Alquran.
Alquran tidak mengatakan kepadamu seperti yang dikata- kan Injil, bahwa kasihanilah musuh-musuhmu, tetapi Alquran me- ngatakan bahwa janganlah kamu mempunyai musuh pribadi dan hendaknya rasa kasihmu merata kepada tiap-tiap orang. Akan te- tapi orang yang menjadi musuh bagi Tuhan-mu, pula menjadi musuh bagi Rasul-mu dan menjadi musuh bagi Kitab Allah, orang itulah musuhmu. Maka, hendaknya kamu jangan mengasingkan orang-orang serupa itu juga dari seruan dan doa-doamu. Dan hendaklah kamu memusuhi perbuatan mereka saja dan bukan kepada pribadi mereka. Berusahalah agar mereka menjadi orang-orang benar. Mengenai itu Dia berfirman :
- arabic -
[“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan dan memberi kepada kaum kerabat……” (16:91)], Peny.
Yakni, apakah yang dikehendaki Tuhan dari padamu? Tia- da lain melainkan hal itulah; yaitu: kamu hendaknya selalu berla- ku adil terhadap seluruh ummat manusia. Lebih lanjut lagi, kamu hendaklah berbuat bajik terhadap mereka yang belum pernah ber- buat bajik kepadamu. Lebih dari pada itu lagi, hendaklah kamu memperlakukan dengan rasa kasih terhadap ummat Tuhan sehing- ga kamu seakan-akan keluarga mereka yang sejati, bagai ibu-ibu berlaku terhadap anak-anak mereka. Sebab, di dalam kebajikan itu tersembunyi suatu unsur menonjolkan diri. Sedangkan orang yang berbuat kebajikan adakalanya memamerkan juga kebajikannya. A- kan tetapi orang yang karena dorongan alami, bagai seorang ibu berbuat bajik, ia sekali-kali tidak dapat menonjolkan diri. Jadi, de- rajat kebajikan yang terakhir itu adalah dorongan alami, yang ada- lah bagai seorang ibu.
Sedangkan ayat itu bukan hanya berkenaan dengan sesama makhluk saja, bahkan bertalian dengan Tuhan. Berbuat adil terha- dap Tuhan ialah dengan mengingat nikmat-nikmat-Nya, memper- lihatkan kepatuhan terhadap-Nya. Berbuat bajik terhadap Tuhan ialah mempunyai keyakinan terhadap Dzat-Nya demikian rupa se- hingga seakan-akan menyaksikan Dia. Berbuat Ita’i dzil qurba [memberi kepada kaum kerabat] ialah, beribadah kepada-Nya bukan karena ketamakan akan sorga dan bukan karena takut akan neraka, melainkan, jika meskipun seandainya tidak ada sorga dan neraka, maka tidak timbul perubahan di dalam semangat kecintaan dan ketaatan. Dan, tercantum di dalam Injil bahwa barang siapa melaknati dirimu, hendaknya memohon berkat bagi mereka. Akan tetapi Alquran berkata, bahwa jangan berbuat sesuatu karena ke-aku-anmu. Hendaklah bertanya kepada hatimu [yang merupakan tempat penampakan kebesaran-Nya]; perlakuan apa yang harus kamu ambil terhadap orang semacam itu? Maka, apabila Tuhan meresapkan perasaan ke dalam hatimu demikian, yaitu orang yang melaknat itu patut dikasihani dan Langit tidak melaknatnya, maka kamu pun janganlah hendaknya melaknati dia agar jangan kamu dianggap jadi lawan Tuhan. Akan tetapi, apabila hati nuranimu membisikkan bahwa ia bersalah, dan diresapkan ke dalam hatimu perasaan bahwa Langit melaknat orang itu, maka hendaknya ja- ngan memohon berkat baginya. Seperti halnya tidak ada seorang nabi pun yang memohon berkat bagi syaitan dan tidak ada seorang nabi pun yang membebaskan syaitan dari laknat, begitu pula kamu janganlah tergesa-gesa melaknat seseorang sebab kebanyakan pra- sangka adalah palsu, dan kebanyakan laknat jatuh kembali pada si pelaknat.
Berhati-hatilah dalam tindak-tandukmu dan sebelum kamu melakukan suatu pekerjaan, hendaklah kamu mempertimbangkan dengan masak dan mohonlah pertolongan dari Tuhan, sebab kamu buta. Jangan-jangan kamu menganggap orang itu zalim, padahal ia adil; dan kamu mengira dia pembohong, padahal ia jujur. Dengan cara demikian kamu membuat Tuhan gusar dan menjadikan semua amal baikmu sia-sia.
Demikian pula dikatakan di dalam Injil, bahwa janganlah hendaknya kamu mengerjakan amal-amal baikmu untuk dilihat orang-orang. Akan tetapi Alquran mengatakan, bahwa kamu ja- ngan hendaknya berbuat demikian sehingga semua pekerjaanmu tersembunyi dari orang-orang; bahkan hendaklah mengingat ke- maslahatannya kamu melaksanakan sebagian amal baikmu secara tersembunyi apabila kamu pandang bahwa secara sembunyi-sem- bunyi itu lebih baik bagi dirimu. Dan, sebagian lagi kamu kerjakan secara terang-terangan, apabila kamu pandang bahwa di dalam me- lakukan secara terang-terangan terkandung kebaikan bagi umum, agar kamu memperoleh dua macam pahala dan agar orang-orang lemah – yang tidak berani melakukan amal baik – ia pun dengan mengikuti jejakmu akan melakukan pekerjaan baik itu.
Pendeknya, firman Tuhan yang berbunyi: - arabic -
yakni, lakukanlah amal baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan juga. Adapun hikmah yang terkandung di dalam perintah itu telah dijelaskan oleh-Nya sendiri yang maksud- nya; berilah pengertian bukan hanya dengan ucapan saja, melain- kan juga doronglah orang-orang dengan perbuatan nyata, sebab, ucapan tidak selamanya berkesan bahkan seringkali contoh per- buatan itu lebih berkesan.
Demikian pula terdapat di dalam Injil, bahwa apabila kamu memanjatkan doa, hendaklah kamu masuk ke dalam kamarmu. Akan tetapi Alquran mengajarkan, bahwa janganlah kamu selalu berdoa dengan cara tersembunyi, melainkan hendaklah kamu me- manjatkan doa dihadapan orang-orang atau bersama saudara-saudaramu secara terang-terangan agar apabila suatu doa terkabul, maka bagi orang-orang yang berkumpul menyebabkan kemajuan dalam keimanan mereka dan agar orang lain pun berhasrat untuk berdoa.
Demikian pula tercantum di dalam Injil, bahwa berdoalah dengan cara demikian: Hai Bapak kami yang ada di langit, kudus- lah nama-Mu, datangkanlah kerajaan-Mu. Datangkanlah keridha- an-Mu ke bumi seperti yang ada di langit. Anugerahkanlah kepada kami hari ini roti kami sehari-hari. Dan seperti halnya kami mema- afkan orang-orang yang berhutang kepada kami, maka Engkau ma- afkanlah hutang kami. Janganlah kami dicoba bahkan selamatkan- lah kami dari kejahatan sebab kerajaan, kekuasaan dan kebesaran adalah milik Engkau untuk selama-lamanya.
Akan tetapi Alquran mengatakan, bahwa tidak benar bumi kosong dari kekudusan, bahwa di atas bumi pun kekudusan Tuhan berlaku dan bukan hanya di langit. Sebagaimana Dia berfirman:
- arabic -
[“Dan tidak ada sesuatu melainkan ia bertasbih dengan puji-pujian terhadap-Nya” - “Bertashbihlah kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi”] Peny.
Yakni, tiap zarah bumi dan langit memuji dan mengkudus- kan Tuhan. Segala yang ada di dalam keduanya sibuk dalam berzi- kir kepada-Nya, gunung-gunung sibuk dalam berzikir kepada-Nya, sungai-sungai sibuk dalam berzikir kepada-Nya, pohon-pohon si- buk dalam berzikir kepada-Nya dan banyaklah orang-orang saleh sibuk dalam berzikir kepada-Nya. Barang siapa tidak sibuk dalam berzikir kepada-Nya dengan hati dan mulutnya dan tidak meren- dahkan diri di hadapan Tuhan, maka Qadha dan Qadar Ilahi dalam berbagai bentuk siksaan dan azab akan memaksanya tunduk.
Segala sesuatu yang diterangkan dalam Kitab Ilahi berke- naan dengan para malaikat, menunjukkan betapa tingginya sifat ketaatan mereka. Sifat itu juga diterangkan dalam Alquran berke- naan dengan zarah-zarah atau butiran-butiran bumi, bahwa tiap se- suatu selalu taat kepada-Nya. Sehelai daun pun tidak dapat jatuh tanpa perintah-Nya. Tanpa izin-Nya tak ada obat yang dapat me- nyembuhkan dan tak ada makanan yang cocok untuk di makan. Tiap sesuatu merebahkan diri di bawah singgasana Ilahi dengan kerendahan dan penghambaan serendah-rendahnya serta tenggelam di dalam kepatuhan terhadap-Nya. Zarah demi zarah gunung dan bumi, tetes demi tetes air sungai dan samudra, tunas demi tunas pe- pohonan dan tetumbuhan serta tiap bagiannya dan seluruh zarah tubuh manusia dan hewan mengenal wujud Tuhan serta taat kepa- da-Nya dan sibuk memuji serta meng-kuduskan-Nya. Oleh karena itu Allah Taala berfirman:
- arabic -
Yakni, seperti halnya tiap sesuatu di langit bertashbih dan mengkuduskan Tuhan, demikian pula tiap sesuatu di atas bumi ini bertashbih dan mengkuduskan-Nya.
Jadi, tidak adakah di atas bumi ini yang memuji dan meng- kuduskan Tuhan? Kata-kata (atau pertanyaan) serupa itu tak mung- kin diucapkan seorang arif yang sempurna. Bahkan di antara benda benda yang ada di bumi, sebagian ada yang patuh kepada hukum-hukum syariat dan sebagian lagi tunduk kepada hukum-hukum Qadha dan Qadar. Sedangkan sebagian lagi selalu siap sedia untuk mematuhi kedua-dua hukum itu. Betapa awan, angin, api, bumi se- muanya asyik mematuhi dan mengkuduskan Tuhan. Apabila ada seorang manusia yang mengdurhakai hukum-hukum syariat Ilahi, maka ia tunduk kepada Qadha dan Qadar Ilahi. Tidak ada seorang pun tinggal di luar kedua kekuasaan itu. Salah satu dari kedua gan- dar kekuasaan langit pasti dipikul oleh setiap orang [Tiap-tiap ma- nusia pasti dikuasai salah satu di antara kedua hukum syariat Qadha dan Qadar.Peny.].
Ya, tentu saja ditilik dari segi keadaan buruk-baik hati manusia – kelalaian dan zikir Ilahi silih berganti memberi penga- ruh pada permukaan bumi ini. Akan tetapi tanpa kebijaksanaan dan kemaslahatan Tuhan, pasang-surut ini tidak akan terjadi dengan sendirinya. Tuhan menghendaki agar terjadi demikian di bumi ini, maka begitulah itu terjadi. Jadi, pertukaran antara petunjuk dan ke- sesatan pun tiada ubahnya bagai pertukaran antara siang dan ma- lam, berlaku sesuai dengan peraturan dan izin Tuhan dan bukan dengan sendirinya. Kendatipun tiap sesuatu mendengar suara-Nya dan mengenangkan kesucian-Nya, akan tetapi Injil berkata, bahwa bumi ini sunyi dari pengkudusan terhadap Tuhan! Adapun ketera- ngan mengenai pernyataan itu dijelaskan pada kalimat doa Injil sebagai berikut: Sekarang kerajaan Tuhan belum datang di atas permukaan bumi ini. Disebabkan oleh tidak adanya kerajaan Tuhan dan bukan oleh suatu sebab lain, maka kehendak Tuhan ti- dak dapat berlaku di atas permukaan bumi ini seperti halnya yang berlaku di atas langit. Akan tetapi ajaran Alquran sama sekali ber- lawanan dengan faham itu. Alquran dengan kata-kata tegas menga- takan bahwa tiada pencuri, pendurhaka, penjahat dapat mengerja- kan sesuatu kejahatan diatas permukaan bumi ini selama belum di- berikan kepadanya kemampuan dari langit. Jadi, mengapa dikata- kan bahwa kerajaan langit tidak ada di bumi ini? Apakah ada keku- asaan yang berlawanan menjadi penghalang untuk berlakunya hu- kum-hukum Tuhan di atas muka bumi ini? Mahasuci Allah, sekali-kali tidaklah demikian! Bahkan Tuhan sendiri menetapkan peratu- ran tersendiri bagi para malaikat, tetapi Dia justru menanamkan sifat ketaatan pada fitrat manusia; jadi memang mereka itu tidak berdaya untuk melawan, lagi pula mereka tidak dapat dihinggapi oleh kesalahan dan kealpaan.
Akan tetapi kepada fitrat manusia diberikan kewenangan untuk menerima ataupun tidak menerima. Dan oleh karena kewe- nangan itu diberikan dari Atas, maka tidaklah dapat dikatakan, bahwa karena adanya manusia durhaka, lalu kerajaan Tuhan le- nyap dari muka bumi, melainkan dalam setiap keadaan, kerajaan Tuhan tetap ada. Ya, hanya ada dua peraturan berlaku. Yang per- tama berlaku di langit untuk para malaikat, ialah peraturan Qadha dan Qadar, mereka (malaikat-malaikat) tidak berdaya untuk mela- kukan kejahatan dan yang kedua berlaku di bumi untuk manusia berkenaan dengan Qadha dan Qadar Tuhan yaitu, dari langit dibe- rikan kewenangan kepada mereka untuk melakukan kejahatan. Akan tetapi apabila mereka memohon kekuatan dari Tuhan, yakni ber-istighfar, maka kelemahan mereka dapat hilang dengan bantu- an Rohulkudus dan kelemahannya pun dapat hilang dan mereka dapat terpelihara dari berbuat dosa seperti halnya para nabi dan
rasul Tuhan terpelihara.
Dan apabila ada orang yang serupa itu, yaitu mereka telah berdosa maka faedah bagi mereka ialah mereka diselamatkan dari akibat dosa, yakni diselamatkan dari azab. Sebab dengan kedatang- an cahaya, kegelapan akan lenyap. Orang-orang berdosa yang tidak membaca istighfar, yakni tidak memohon kekuatan dari Tuhan, mereka tetap mendapat hukuman bagi dosa-dosa mereka. Perhati- kanlah, dewasa ini wabah tha’un juga berjangkit di atas bumi seba- gai hukuman. Dan orang-orang durhaka terus-menerus binasa kare- na wabah itu. Kemudian betapa dapat dikatakan, bahwa kerajaan Tuhan tidak ada di atas permukaan bumi ini.
Janganlah menyangka, mengapa apabila kerajaan Tuhan ada di atas muka bumi ini, lalu orang-orang melakukan dosa? Se- bab dosa-dosa pun ada di bawah peraturan hukum Qadha dan Qadar Tuhan. Jadi, walaupun orang-orang itu menyimpang dari hukum syariat, namun mereka tidak dapat menghindari hukum ke- jadian, yakni hukum Qadha dan Qadar.
Pendek kata, betapa dapat dikatakan bahwa pundak orang-orang durhaka tidak dibebani gandar kerajaan Ilahi? Perhatikanlah, di negeri India jajahan Inggeris ini terdapat juga peristiwa-peristi- wa pencurian dan pembunuhan. Juga terjadi pelanggaran-pelang-
garan kesusilaan, perbuatan-perbuatan khianat, korupsi dan seba- gainya. Pendeknya, segala macam pelanggar-pelanggar hukum-pun ada. Akan tetapi, tidak dapat dikatakan bahwa di negeri ini ti- dak ada pemerintah kerajaan Inggeris. Sebab, memang ada keraja- an, akan tetapi pemerintah tidak memandang layak untuk sengaja menetapkan undang-undang kekerasan yang karena kehebatannya kehidupan menjadi sulit dirasakan oleh orang-orang. Seandainya pemerintah ingin menghentikan tindakan-tindakan pelanggaran, pemerintah dapat menjebloskan semua orang ke dalam sebuah ru- mah tahanan yang mengerikan dan dengan mudah sekali mereka dapat berhenti dari perbuatan mereka. Atau, seandainya hukuman-hukuman berat ditetapkan dalam undang-undang, maka kejahatan-kejahatan pun dapat dicegah.
Pendeknya, kamu sekalian dapatlah memahami, betapa me- luasnya kebiasaan minum arak di negeri ini, betapa bertambahnya wanita-wanita tuna-susila, betapa banyaknya peristiwa pencurian dan pembunuhan; hal itu bukanlah karena tidak ada kekuasaan pe- merintah Inggeris di sini, melainkan adalah karena kelunakan pe- merintahlah yang telah menyebabkan kejahatan-kejahatan itu ber- kembang dan bukanlah pemerintah Inggeris telah angkat kaki dari negeri ini. Bahkan pemerintah mempunyai kewenangan untuk mencegah timbulnya tindakan-tindakan kejahatan dengan memper- keras hukuman-hukuman. Jika pemerintahan manusiawi – yang di- bandingkan dengan kerajaan Ilahi tidak berarti sedikit pun – demi- kian keadaannya, betapa besarnya undang-undang Ilahi berkemam- puan dan berkewenangan seandainya pada saat ini mengambil tin- dakan keras yaitu kepada tiap-tiap pezina petir menyambar dan kepada setiap pencuri dikenakan penyakit, yakni tangannya mem- busuk lalu lepas dan setiap pembangkang yang mengingkari Tuhan dan agama-Nya dibinasakan oleh wabah tha’un, maka sebelum le- wat jangka-waktu seminggu saja semua orang di dunia ini dapat menyandang pakaian kesucian dan kesalehan.
Walhasil, kerajaan Tuhan memang berdaulat di atas bumi ini, tetapi kelunakan undang-undang samawi memberikan kebeba- san demikian rupa sehingga orang-orang yang berbuat kejahatan tidak segera dihukum. Ya, mereka selalu mendapat hukuman-hukuman juga; gempa-gempa bumi terjadi, petir-petir menyambar, gunung berapi meletus laksana mercon menewaskan ribuan jiwa, kapal-kapal tenggelam, ratusan jiwa melayang karena kecelakaan kereta api, taufan mengamuk, rumah-rumah ambruk, ular-ular menggigit, binatang-binatang buas menyergap, wabah-wabah ber- kecamuk. Pintu kebinasaan bukan hanya sebuah, malahan ada ri- buan pintu telah dibukakan dan ditetapkan oleh hukum kodrat Tuhan untuk mengganjar orang-orang berdosa.
Lalu, betapa dapat dikatakan bahwa kerajaan Tuhan tidak ada di atas muka bumi ini. Yang benar ialah, kerajaan memang ada, dan pada tangan tiap orang berdosa ada belenggu dan pada kaki mereka ada rantai. Akan tetapi hikmah Ilahi telah demikian rupa memperlunak peraturannya, sehingga belenggu dan rantai tidak segera menunjukkan fungsinya. Jikalau orang tidak jera, akhirnya ia akan disampaikan ke neraka jahanam yang abadi; dan ia dimasukkan ke dalam azab yang dengan azab itu seorang ber- dosa tidak hidup maupun tidak mati.
Pendek kata, peraturan ada dua macam. Peraturan pertama bertalian dengan para malaikat; yakni mereka diciptakan hanya semata-mata untuk taat dan ketaatan mereka hanya semata-mata merupakan ciri bagi cahaya fitratnya. Mereka tidak dapat berbuat dosa, namun mereka tidak dapat mengembangkan kebajikan pula. Peratusan kedua bertalian dengan manusia, yakni di dalam fitrat manusia tertanam suatu ciri khas, yaitu mereka dapat berbuat dosa, namun demikian mereka dapat mengembangkan pula kebajikan.
Kedua-dua peraturan fitrat itu tidak berubah. Dan seperti halnya malaikat tidak dapat menjadi manusia, begitu pula manusia pun tidak dapat menjadi malaikat. Kedua-dua peraturan itu tidak dapat berubah – kekal dan pasti. Oleh karena itu peraturan samawi tidak dapat berlaku di atas bumi, demikian pula peraturan duniawi tidak berlaku terhadap malaikat.
Jika kealpaan manusia terhapus oleh tobat, maka manusia dapat menjadi lebih bagus dari malaikat. Sebab, di dalam diri ma- laikat tidak terdapat bakat untuk maju. Dosa manusia di ampuni dengan jalan tobat. Dan menurut hikmah Ilahi, pada sebagian o- rang rangkaian kealpaannya dibiarkan berlaku, agar setelah mereka berbuat dosa, mereka menyadari kelemahan-kelemahan mereka, lalu setelah mereka bertobat, mereka mendapat ampunan. Demiki- an itulah peraturan yang telah ditetapkan bagi manusia. Itulah yang diinginkan oleh fitrat manusia.Kealpaan dan kelupaan merupakan ciri khas fitrat manusia dan bukanlah ciri khas malaikat. Lalu, pe- raturan yang bertalian dengan malaikat betapa dapat berlaku bagi manusia. Adalah suatu kesalahan kalau mengalamatkan kelemahan terhadap Allah Taala. Yang berlaku di atas muka bumi ini hanya- lah buah pekerjaan peraturan. Naudzubillah! Apakah Tuhan demi- kian tiada berdaya sehingga kerajaan-Nya, kekuasaan-Nya dan ke- besaran-Nya hanya terbatas di langit saja? Ataukah di bumi ini ada Tuhan lain lagi sebagai tandingan yang menguasai bumi?
Tidak pantaslah bila orang-orang Kristen menekankan bah- wa kerajaan Tuhan hanya terdapat di langit saja dan belum lagi berdaulat di atas bumi ini, sebab mereka mengakui sendiri bahwa langit tidak ada wujudnya. Dengan demikian jelaslah bahwa andai- kata langit – di mana terdapat kerajaan Tuhan - tidak ada wujud- nya dan kerajaan Tuhan belum berdaulat di atas bumi ini, maka ke- rajaan Tuhan seakan-akan tidak terdapat di mana juapun. Selain itu kita sedang menyaksikan dengan mata kepala sendiri kerajaan Tuhan di atas bumi ini. Sesuai dengan peraturan-Nya, umur kita sampai kepada ajal dan keadaan kita senantiasa berubah. Kita me- ngalami aneka-ragam suka dan duka. Ribuan manusia mati karena perintah Tuhan dan ribuan manusia lahir. Doa-doa terkabul dan tanda-tanda menampakkan diri. Bumi menumbuhkan ribuan jenis tetumbuhan, buah-buahan dan bunga-bunga atas perintah-Nya. Apakah semua itu terjadi tanpa berdaulatnya kerajaan Tuhan? Bahkan benda-benda langit senantiasa beredar menurut suatu sis- tem. Dan andaikata terjadi perubahan di dalam sistem itu – yang dengan perubahan itu diketahui sang Pelakunya – maka perubahan itu sedikit pun tidak terasa. Akan tetapi, bumi menjadi mangsa ri- buan perubahan, revolusi dan pergantian. Tiap hari ada puluhan juta manusia berlalu dari dunia, dan puluhan juta lahir. Dari tiap segi dan caranya terasalah ada kehadiran suatu Pencipta Yang Mahakuasa. Maka, apakah kerajaan Tuhan belum juga berdaulat di atas muka bumi ini? Dan Injil tidak mengajukan suatu dalil pun berkenaan dengan alasan mengapa kerajaan Tuhan belum juga ber- daulat di atas muka bumi ini. Adapun Almasih sepanjang malam berdoa untuk keselamatannya sendiri di sebuah taman dan doanya terkabul sebagaimana tercantum dalam Kitab Iberani 5 ayat 7. Akan tetapi, meskipun demikian ketidak-berdayaan Tuhan untuk menyelamatkan (Almasih as. dari orang-orang Yahudi) menurut anggapan orang-orang Kristen dapat ditampilkan sebagai dalil bah- wa pada masa itu kerajaan Tuhan tidak berdaulat di atas muka bu- mi ini.
Akan tetapi, kami telah mengalami percobaan-percobaan lebih besar dari itu dan kami telah memperoleh keselamatan dari percobaan-percobaan itu. Bagaimanakah kami akan mengingkari kerajaan Tuhan? Apakah perkara pembunuhan yang diajukan pendeta Martin Clark di hadapan meja pengadilan Captain Douglas guna membunuhku [Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. jadi sasar- an tuduhan, bahwa beliau terlibat dalam usaha pembunuhan. Ada- pun undang-undang dalam pemerintahan India jajahan Inggris me- nyebutkan bahwa hukuman bagi seorang pembunuh ialah hukuman gantung sampai mati.Peny.] itu lebih ringan dari perkara yang dia- jukan orang-orang Yahudi di hadapan meja pengadilan Pilatus ber- talian dengan pribadi nabi Isa as. yang hanya semata-mata karena perselisihan agama dan bukanlah karena tuduhan mengenai usaha pembunuhan? Akan tetapi, oleh karena Tuhan adalah Raja di atas bumi juga, seperti halnya Dia Raja di langit, maka sebelum perkara itu tercetus Dia memberi khabar kepadaku bahwa percobaan akan datang dan mengabarkan pula bahwa Dia akan membebaskanku, sedang khabar itu dikumandangkan jauh sebelumnya kepada ratus- an manusia. Dan akhirnya aku dibebaskan.
Pendeknya, itulah kerajaan Tuhan yang telah menyelamat- kanku dari perkara yang diadukan golongan-golongan Islam, Hin- du dan Kristen secara sepakat terhadap diriku. Demikianlah bukan hanya sekali bahkan puluhan kali kusaksikan kerajaan Tuhan dia- tas bumi, sehingga aku tidak boleh tidak harus percaya kepada fir- man Tuhan dalam ayat ini:
- arabic -
Yakni, kerajaan Tuhan ada di atas bumi dan ada di langit juga (2:108). Dan, kemudian tidak boleh tidak harus percaya kepa- da ayat berikut ini:
- arabic -
Yakni, seluruh bumi dan langit taat kepada-Nya. Apabila Dia menghendaki sesuatu, maka Dia berkata, “Jadilah”, maka segeralah itu terjadi (36:83).
Kemudian Dia berfirman:
- arabic -
Yakni, Tuhan berkuasa atas kehendak-Nya, tetapi kebanya- kan orang tidak mengetahui siksaan Tuhan dan kemahakuasaan-Nya (12:22).
Walhasil, itulah doa Injil yang membuat manusia putus-asa dari rahmat Tuhan dan membuat orang-orang Kristen lancang ter- hadap sifat Rabubiyat (pemeliharaan) Tuhan, terhadap karuniaNya dan terhadap ganjaran-hukuman-Nya. Dan Injil memandang Dia tidak berwewenang untuk memberi bantuan di atas muka bumi ini, selama kerajaan-Nya belum berdaulat di atas muka bumi ini. Akan tetapi kebalikannya, doa yang diajarkan Tuhan kepada orang-orang Islam di dalam Alquran mengemukakan, bahwa tidaklah Tuhan menganggur seperti keadaan orang-orang yang kehilangan kekua- saan di muka bumi ini, melainkan sifat-sifat Rabubiyat-Nya, Rah- maniyat-Nya(pemurah-Nya), Rahimiyat-Nya (pengasih-Nya) dan wewenang-wewenang-Nya berlaku di atas muka bumi ini; dan Dia berkemampuan untuk memberi bantuan kepada hamba-hamba yang setia kepada-Nya, dan Dia dapat membinasakan orang-orang yang berdosa dengan kemurkaan-Nya.
Doa itu ialah :
- arabic -
Yakni, hanya Tuhan-lah yang berhak mendapat segala puji, yaitu, tiada sedikit pun cela terdapat di dalam kawasan kerajaan-Nya dan bagi sifat-sifat keutamaan-Nya, tiada suatu pun keadaan yang diharapkan terwujud mungkin kelak, tetapi kini belum lagi terwujud dan tiada sesuatu yang tidak bekerja dalam tata kerajaan Tuhan. Dia memelihara alam semesta. Dia melimpahkan rahmat tanpa mengharap imbalan, dan Dia melimpahkan rahmat guna mengganjar tiap-tiap amal. Dia membalas dengan ganjaran atau hukuman pada waktu yang di tentukan. Kepada-Nya-lah kami ber- ibadah dan kepada-Nya-lah kami mohon pertolongan. Dan kami memanjatkan doa: Tunjukilah kami jalan untuk memperoleh segala nikmat dan hindarkanlah kami dari jalan kemurkaan dan dari jalan kesesatan. Amin!
Doa yang terkandung dalam Surah Al-Fatihah itu sama se- kali berlawanan dengan doa Injil, sebab Injil mengingkari adanya kerajaan Tuhan di atas muka bumi. Adapun menurut Injil ialah, karena sampai sekarang kerajaan Tuhan belum berdaulat di atas muka bumi ini, maka Rububiyat, Rahmaniyat, Rahimiyat, kodrat, ganjaran dan hukuman Tuhan sama sekali tidak berlaku di bumi ini. Akan tetapi, dari Surah Al Fatihah kita maklum bahwa kera- jaan Tuhan ada di atas bumi. Oleh karena itu, di dalam Surah Al-Fatihah diterangkan mengenai segala sesuatu yang bersangkutan dengan kerajaan Tuhan.
Adalah jelas, bahwa seorang raja hendaknya memiliki sifat-sifat seperti: (1) memiliki kekuasaan mengayomi rakyatnya. Sifat ini dijelaskan di dalam Surah Al-Fatihah dengan kalimat Rabbul ’alamin; (2) atas kemauan sendiri ia hendaknya melimpahkan ka- sih sayang yang seyogianya diberikan seorang raja kepada rakyat- nya dengan memenuhi segala persyaratan hidup mereka yang po- kok demi kesejahteraan mereka, tanpa mengharapkan imbalan jasa dari mereka. Jadi, sifat itu telah dijelaskan dengan kata Ar-Rahman (3) ia hendaknya memberi bantuan secara semestinya kepada rak- yatnya guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang tidak dapat mereka selesaikan dengan usaha mereka sendiri. Jadi, sifat itu telah dibuktikan dengan kata Ar-Rahim; (4) sifat keempat yang hendak- nya dimiliki seorang raja, ialah ia hendaknya berkuasa untuk mem- beri ganjaran dan hukuman, agar jangan timbul kekalutan dalam tata pemerintahan. Sifat itu dijelaskan dengan kata Maliki Yaumid- din.
Ringkasnya, Surah tersebut di atas telah mengemukakan segala persyaratan bagi suatu kerajaan, yang dengan persyaratan-persyaratan itu terbukti bahwa kerajaan Tuhan dan kekuasaan ke- rajaan Tuhan memang ada di atas bumi ini. Dengan demikian, Rabubiyat, Rahmaniyat, Rahimiyat, rangkaian pertolongan dan rangkaian hukum-Nya-pun memang ada.
Walhasil, segala sesuatu yang terdapat di antara persyarat- an-persyaratan bagi suatu kerajaan, semuanya dimiliki Allah Taala di atas muka bumi ini. Tiada suatu zarah pun yang berada di luar lingkup hukum-Nya. Setiap ganjaran ada pada tangan-Nya. Setiap rahmat ada pada tangan-Nya. Akan tetapi, Injil mengajarkan doa bahwa kerajaan Tuhan belum datang di tengah-tengah kamu. Un- tuk kedatangan kerajaan-Nya itu kamu harus senantiasa memohon doa kepada Tuhan agar kerajaan itu datang; yaitu, sampai sekarang Tuhan mereka belum memiliki bumi ini dan belum menjadi raja di atas bumi ini. Oleh karena itu, betapa dapat diharapkan dari Tuhan serupa itu.
Dengarlah dan ketahuilah makrifat agung ini, bahwasanya zarah demi zarah pun ada di dalam genggaman kekuasaan Tuhan seperti halnya zarah demi zarah langit berada di dalam naungan kerajaan Tuhan. Lagi pula, sebagaimana di langit ada wujud pe- nampakan kebesaran, demikian pula di atas bumi pun ada wujud penampakan kebesaran. Bahkan penampakan kebesaran di langit hanyalah bertalian dengan soal keimanan belaka. Orang awam tidak pernah pergi ke langit; begitu pula tidak pernah menyaksi- kannya. Akan tetapi, penampakan kerajaan Tuhan di atas muka bumi ini [Ayat ……….. Manusia menanggungnya” (33:73) menerangkan, bahwa manusialah yang benar-benar patuh kepada Tuhan. Ia menyampaikan sifat kepatuhannya ke tingkat kecintaan dan keasyikan dan ia membuktikan kerajaan Tuhan di atas muka bumi ini dengan menanggung beribu-ribu percobaan. Pendeknya, kepatuhan yang disertai ketulusan-hati tidak dapat dilaksanakan malaikat-malaikat. Peny.] nampak dengan sejelas-jelasnya kepada tiap-tiap orang dengan mata kepala mereka sendiri.
Setiap insan – betapapun ia kaya raya – pasti akan minum piala maut(kematian), bertentangan dengan keinginannya. Maka, perhatikanlah betapa penampakan perintah Raja yang Hakiki itu, manakala ke luar perintah-Nya tiada seorang pun dapat menghin- dari kematiannya biar hanya sedetik pun. Setiap penyakit ganas dan tak terobati apabila berjangkit, tak seorang tabib atau dokter pun dapat membasminya. Maka, renungkanlah betapa hebatnya penampakan kerajaan Tuhan di atas muka bumi ini, sehingga pe- rintah-perintah-Nya tidak dapat ditolak. Kemudian, betapa dapat dikatakan bahwa kerajaan Tuhan tidak berdaulat di muka bumi ini, melainkan kelak di hari kemudian akan berlaku.
Tengoklah, perintah Tuhan telah menggoncangkan bumi dengan pecahnya wabah tha’un pada masa ini supaya kejadian itu menjadi satu Tanda bagi Al-Masih yang dijanjikan-Nya. Maka adakah orang yang dapat membasmi penyakit itu, kecuali atas ke- hendak-Nya? Jadi, bagaimanakah dapat dikatakan bahwa sekarang kerajaan Tuhan belum lagi berdaulat di atas muka bumi ini?
Ya, seorang penjahat melewatkan hidupnya di atas bumi Nya bagai orang-orang tahanan. Ia mendambakan hidup untuk selama-lamanya. Akan tetapi, kerajaan Tuhan yang sejati membi- nasakannya, dan pada akhirnya ia dicengkeram malaikat maut. Kemudian, bagaimanakah dapat dikatakan bahwa sampai sekarang kerajaan Tuhan tidak berdaulat di atas muka bumi ini? Lihatlah, di atas bumi ini setiap hari jutaan orang mati atas perintah Tuhan da- lam sekejap, dan jutaan orang lahir atas perintah-Nya. Lagi pula atas kehendak-Nya jutaan orang dari keadaan papa menjadi kaya-raya dan dari keadaan kaya-raya menjadi papa. Kemudian, bagai- manakah dapat dikatakan bahwa sampai kini kerajaan Tuhan be- lum lagi berdaulat di atas muka bumi ini? Lihatlah, di atas bumi ini setiap hari jutaan orang mati atas perintah Tuhan dalam sekejap dan jutaan orang lahir atas perintah-Nya. Lagi pula atas kehendak-Nya jutaan orang dari keadaan papa menjadi kaya-raya dan dari keadaan kaya-raya menjadi papa. Kemudian, bagaimanakah dapat dikatakan bahwa sampai kini kerajaan Tuhan belum lagi berdaulat di atas muka bumi ini?
Di atas langit hanyalah para malaikat yang menghuni, akan tetapi di permukaan bumi ini yang tinggal adalah baik manusia maupun malaikat, yang merupakan karyawan Tuhan dan abdi kera- jaan-Nya dan yang ditugaskan untuk mengawasi berbagai perbuat- an manusia dan mereka setiap saat mematuhi Tuhan serta senantia- sa mengirimkan laporan-laporan kerja mereka. Kemudian, bagai- manakah dapat dikatakan bahwa kerajaan Tuhan tidak berdaulat di atas muka bumi ini? Bahkan Tuhan lebih dikenal dari kerajaan bumi-Nya. Sebab, setiap orang mempunyai anggapan bahwa raha- sia langit tersembunyi dan tidak kentara. Bahkan pada zaman seka- rang ini hampir semua orang Kristen dan para filosuf mereka tidak mempercayai adanya wujud seluruh langit yang di dalam Injil dija- dikan dasar pokok bagi kerajaan Tuhan. Akan tetapi bumi ini sebe- narnya adalah sebuah bola raksasa di bawah telapak kaki kita, dan di atasnya terjadi ribuan peristiwa Qadha dan Qadar yang dari situ jelas bahwa semua perubahan, pergantian, kejadian dan kehancur- an terjadi atas perintah suatu Wujud tertentu yang berkuasa. Kemu- dian, bagaimanakah dapat dikatakan bahwa di atas permukaan bu- mi ini tidak berdaulat kerajaan Tuhan?
Ajaran serupa itu – yakni, ketika di zaman ini orang-orang Kristen dengan keras mengingkari adanya seluruh langit – adalah sangat tidak serasi, sebab di dalam doa Injil itu telah di akui bahwa kini kerajaan Tuhan belum berdaulat di atas muka bumi ini, dan di pihak lain semua ahli penyelidik Kristen telah menerima dengan kesungguhan hati, yakni, dengan penyelidikan mutakhir mereka sendiri, telah menetapkan bahwa langit bukanlah apa-apa dan sama sekali tidak ada hakikatnya.
Maka, kesimpulannya ialah kerajaan Tuhan tidak ada di atas bumi ini maupun di atas langit. Orang-orang Kristen telah mengingkari adanya langit dan Injil menolak adanya kerajaan bu- mi. Dengan demikian, maka menurut pernyataan mereka sendiri Tuhan tidak memiliki kerajaan di bumi maupun di langit. Akan te- tapi, Tuhan kita Yang Mahamulia dan Mahaagung, di dalam Surah Al-Fatihah tidak menyebutkan kata langit, begitu pula tidak me- nyebutkan kata bumi. Dan, dengan demikian kepada kita diberita-
hukan hakikat, bahwa Dia adalah - arabic –
- Pencipta sekalian alam; yakni, sepanjang ada penghuni-penghuni [ Perhatikanlah betapa luasnya kandungan kata
- arabic - “Pencipta sekalian alam” itu Seandainya terbukti bahwa di dalam benda-benda langit ada penghuninya, nis- caya penghuni-penghuni itu akan dirangkum di dalam kalimat itu. Peny.] dan sepanjang adanya sesuatu jenis makhluk – baik yang berupa fisik maupun berupa roh, maka yang menciptakan dan me- melihara semua (makhluk) itu adalah Tuhan yang senantiasa me- melihara mereka dan selalu mengurus mereka dengan cara semes- tinya. Lagi pula, sifat-sifat Rabubiyat-Nya, Rahmaniyat-Nya dan pengganjaran serta penghukuman-Nya tetap bekerja setiap saat di seluruh alam.
Perlu juga diingat, bahwa kandungan kalimat -
arabic – pada Surah Al-Fatihah tidak hanya berarti bahwa ganjaran dan hukuman itu akan berlaku pada hari kiamat. Bahkan berkali-kali dan dengan jelas sekali diterangkan dalam Alquran suci, bahwa kiamat adalah Hari pembalasan besar. Akan tetapi suatu pembalasan dimulai di dunia ini juga, seperti diisya- ratkan oleh kata-kata :
-- arabic --
(“dan menjadikan bagi kalian Furqon/pembeda”) – Peny.
Maka baiklah hal ini diperhatikan pula, bahwa di dalam doa Injil, yang diminta ialah roti sehari-hari. Demikianlah bunyinya: “Berilah kami tiap-tiap hari makanan kami yang secukupnya pada sehari” (Lukas 11:3, Peny.)
Akan tetapi mengherankanlah, bahwa siapa yang punya ke- rajaan belum berdaulat, betapa Dia dapat memberikan makanan. Sampai sekarang semua ladang dan semua buah-buahan – tumbuh dan matang – bukan atas perintah Dia, melainkan matang dengan sendirinya. Hujan pun turun dengan sendirinya. Bagaimana Dia mampu memberi makanan kepada seseorang? Apabila kerajaan akan berdaulat di atas muka bumi, barulah boleh minta makanan kepada-Nya. Sekarang Dia belum memiliki setiap benda yang ada di bumi ini. Apabila Dia sudah menguasai sepenuh-penuhnya atas harta-kekayaan itu, barulah Dia dapat memberi makanan kepada seseorang. Sementara itu meminta kepada-Nya adalah kurang te- pat; dan kemudian sesudah itu ungkapan (Injil), bahwa seperti hal- nya kami memaafkan orang-orang yang berhutang kepada kami, maka maafkanlah hutang-hutang kami. Dalam keadaan ini pun ti- daklah benar, karena Dia belum memiliki kerajaan bumi. Sampai sekarang orang-orang Kristen belum makan apapun dari tangan-Nya, lalu apa yang hendak dikata tentang hutang itu.
Pendek kata, kita tidak memerlukan pembebasan hutang dari Tuhan yang hampa tangan serupa itu dan tidak perlu takutlah kepada-Nya, sebab sampai kini kerajaan-Nya belum berdaulat di muka bumi ini dan cambuk kerajaan-Nya tidak dapat menakut-nakuti. Betapa Dia dapat menghukum seseorang yang berdosa, atau betapa Dia dapat membinasakan dengan wabah tha’un seperti Dia pernah membinasakan kaum pendurhaka di zaman Musa, atau seperti Dia menghujani bangsa Luth dengan batu, atau betapa Dia dapat menghancurkan pendurhaka-pendurhaka dengan gempa bu- mi atau petir atau dengan bentuk azab lainnya, sebab sampai kini kerajaan Tuhan belum berdaulat di atas muka bumi ini.
Maka, oleh karena itu Tuhan orang-orang Kristen adalah Tuhan yang demikian lemah seperti halnya keadaan sang “anak-Nya” yang lemah itu dan demikian tidak berdayanya seperti halnya keadaan sang “anak-Nya” yang tak berdaya itu. Makanya meman- jatkan doa-doa kepada-Nya supaya kita dibebaskan dari hutang tidak akan berhasil. bilakah Dia memberi pinjaman yang akan di- maafkan (tidak akan ditagih)? Sebab, sampai kini kerajaan-Nya belum berdaulat di atas bumi ini, oleh karena itu pertumbuhan bu- mi ini bukanlah atas perintah-Nya dan segala benda di bumi ini a- dalah bukan milik-Nya, melainkan segala itu terwujud dengan sen- dirinya, sebab perintah-Nya tidak berlaku di atas bumi ini. Dan, manakala Dia bukan penguasa dan Raja di atas bumi ini dan segala kemudahan (fasilitas) di atas bumi ini bukan karena perintah-Nya, maka Dia tidak memiliki kewenangan atau pun hak untuk memberi hukuman. Oleh sebab itu adalah suatu ketololan belaka kalau kita menjadikan Tuhan sebagai wujud lemah semacam itu dan menaruh harapan kepada-Nya untuk melaksanakan sesuatu di atas muka bu- mi ini, sebab sampai kini kerajaan-Nya belum berdaulat di atas muka bumi ini.
Akan tetapi, kepada kami diajarkan doa Surah Al-Fatihah, bahwa Tuhan setiap saat memiliki kekuasaan di alam dunia ini serupa dengan kekuasaan yang Dia miliki di alam-alam lain. Pada awal permulaan Surah Al-Fatihah disebutkan sifat-sifat kekuasaan paripurna Tuhan, yang Kitab-kitab lainnya di dunia ini tidak me- nyebutkan dengan jelas serupa itu. Sebagaimana Allah Taala ber- firman, bahwa Dia adalah Rahman, Rahim, Maliki Yaumiddin, kemudian diajarkan untuk memohon doa kepada-Nya. Dan, doa yang di-mohon-kan itu bukanlah seperti doa yang diajarkan Almasih hanya untuk memohon makanan sehari-hari saja, melain- kan Dia mengajarkan doa untuk apa yang telah dianugerahkan ke- pada naluri manusia berupa kemampuan yang dilimpahkan semen- jak azali, dan Dia membangkitkan kedahagaan, yaitu :
- arabic -
Yakni, wahai Pemilik sifat-sifat paripurna, Mahapemurah; segala zarah mendapat pemeliharaan wujud Engkau dan mendapat kebahagiaan dari sifat Engkau: Rahmaniyat, Rahimiyat dan kekua- saan mengganjar serta menghukum! Jadikanlah kami ahli waris ba- gi orang-orang suci terdahulu. Segala nikmat yang telah dilimpah- kan kepada mereka, berikanlah kepada kami juga. Selamatkanlah kami agar kami jangan mendapat kemurkaan karena kedurhakaan. Selamatkanlah kami dari menjadi orang sesat, karena sepi dari per- tolongan Engkau. Amin!
Dari segala penelaahan tersebut nampaklah perbedaan di antara doa Injil dan doa Alquran, bahwa Injil menjanjikan keda- tangan kerajaan Tuhan, sedangkan Alquran menerangkan bahwa kerajaan Tuhan ada di tengah-tengahmu. Bukan hanya ada, bahkan secara amalan karunia-karunia pun senantiasa terlimpah atas diri- mu.
Walhasil, di dalam Injil hanya terdapat janji belaka, akan tetapi Alquran tidak hanya janji belaka, melainkan memperlihatkan kerajaan yang sudah berdiri dan memperlihatkan karunia-karunia-Nya. Dari ini sekarang ternyatalah keutamaan Alquran bahwa ia mengemukakan Tuhan yang adalah Penyelamat dan Pemberi ke-sentausaan kepada orang-orang suci di dunia ini, dan tiada jiwa yang hampa dari limpahan karunia-Nya, bahkan karunia ini – sifat-sifat Rabubiyat, Rahmaniyat dan Rahimiyat-Nya – senantiasa ber- laku atas setiap jiwa menurut keadaan masing-masing. Akan tetapi Injil mengemukakan Tuhan yang kerajaan-Nya belum berdaulat di muka bumi ini dan hanya mengemukakan janji belaka. Sekarang pikirlah, yang manakah menurut akal patut diikuti? Benarkah apa yang dikatakan Hafiz Syirazi:
“Hai, tuan! Janganlah gusar jika
aku bermurid kepada guru lain.
Karena dikau hanya janji-janji belaka,
namun dia telah membuktikan dengan tunai”.
Di dalam Injil orang-orang yang dipuji-pujinya ialah orang-orang berperangai lemah-lembut, yang miskin dan yang tidak ber- ada. Di samping itu dipujinya orang-orang teraniaya tapi tidak me- lawan. Akan tetapi Alquran tidak hanya mengatakan bahwa jadilah kamu sekalian senantiasa orang-orang miskin dan hendaknya ja- ngan melawan kejahatan, melainkan ia berkata bahwa perangai le- mah-lembut, kepapaan, kemiskinan dan menghindari sikap mela- wan adalah baik. Akan tetapi bila (perangai-perangai) itu dipergu- nakan tidak pada tempatnya, adalah buruk.
Pendek kata, setiap kebajikan hendaklah dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan situasi, sebab kebajikan akan menjadi buruk akibatnya bila bertentangan dengan keadaan dan situasi. Sebagaimana kamu sekalian saksikan, betapa hujan itu baik dan penting, akan tetapi bila ia turun tidak tepat pada waktunya, ia akan menjadi penyebab bagi kebinasaan. Kamu saksikan bahwa memakan makanan dingin atau makanan panas hanya sejenis saja secara tetap, kesehatanmu tidak akan terjamin. Sebaliknya, kese- hatanmu akan terjamin bilamana kamu makan secara berganti-ganti jenisnya atau minum sesuai dengan keadaan dan situasi.
Jadi, dalam tindak kekerasan atau sikap lunak, memaafkan, balas dendam, doa yang baik dan doa yang buruk dan dalam budi pekerti lain yang cocok bagimu menurut waktunya, menghendaki pergantian seperti itu juga. Maka jadilah orang berperangai lemah-lembut dan berakhlak luhur, akan tetapi jangan hendaknya tanpa mempertimbangkan keadaan dan situasi. Di samping itu camkan- lah pula, bahwa akhlak fadhilah yang sejati dan tidak bercampur-baur dengan racun nafsu–mementingkan-diri pribadi adalah datang dari Atas dengan perantaraan Rohulkudus. Maka, kamu tidak akan dapat memperoleh akhlak fadhilah (luhur) itu hanya semata-mata dengan daya-upayamu sendiri selama kamu belum dianugerahi akhlak itu dari Atas. Setiap orang yang tidak memperoleh bagian dalam akhlak dengan perantaraan Rohulkudus sebagai limpahan karunia dari langit, orang itu dusta dalam pengakuan akhlaknya. Di dasar lubuk hatinya terdapat banyak lumpur dan banyak kotoran yang menampakkan diri bila nafsunya bergejolak. Oleh karena itu, mohonlah setiap waktu kekuatan kepada Tuhan supaya kamu dise- lamatkan dari lumpur dan kotoran itu dan agar Rohulkudus me- nimbulkan di dalam dirimu kesucian dan kehalusan budi pekerti sejati.
Ingatlah, bahwa akhlak yang suci dan murni merupakan mukjizat bagi orang-orang suci, sedangkan orang lain tidak mem- perolehnya. Mereka yang tidak meleburkan dirinya dalam wujud Tuhan, tidaklah memperoleh kekuatan dari Atas; oleh karena itu mereka tidak mungkin dapat memperoleh akhlak yang suci. Maka timbulkanlah pertalian yang suci dengan Tuhan-mu. Tinggalkanlah kebiasaan saling mengejek, memperolok-olok, mendengki, kotor mulut, serakah, bohong, berbuat jahat, berpandangan berahi, ber- buruk sangka, memuja keduniaan, takabur, angkuh, keaku-akuan (egosentris), berbuat keji dan bersilat lidah. Kemudian barulah semua (akhlak suci dan murni) itu kelak akan kamu peroleh dari langit. Selama kekuatan luhur – yang menarikmu ke atas – belum menyertaimu dan Rohulkudus yang memberi hidup itu belum ma- suk ke dalam dirimu, selama itu kamu tetap ada dalam keadaan lemah sekali dan tetap tinggal dalam kegelapan, bahkan kamu bangkai tak bernyawa.
Dalam keadaan demikian kamu tidak akan dapat mengatasi sesuatu musibah, bagitu pun dalam keadaan kamu berkecimpung dalam kemakmuran dan kekayaan kamu tidak akan dapat menyela- matkan diri dari kesombongan dan kecongkaan, dan kamu dikuasai syaitan dan hawa nafsu dari segala penjuru. Maka obat bagimu yang sebenarnya tak lain hanyalah Rohulkudus – yang diturunkan secara khusus oleh tangan Tuhan – dan yang akan membelokkan (perhatian) mukamu ke arah kebajikan dan kejujuran.
Jadilah kamu sekalian putera-putera Langit dan bukan putera-putera bumi. Jadilah kamu sekalian ahli waris cahaya dan bukanlah pencinta kegelapan, agar kamu dapat lewat dengan sela- mat dari tempat lalu-lintas syaitan. Syaitan memang selamanya menghendaki hari malam dan ia sama sekali tidak menghendaki hari siang, sebab ia pencuri ulung yang melangkahkan kakinya di dalam kegelapan.
NUBUATAN DALAM AL-FATIHAH
Surah Al-Fatihah bukanlah hanya merupakan ajaran belaka, melainkan di dalamnya terkandung suatu nubuatan agung pula. Nubuatan itu adalah demikian; setelah menyebutkan keempat sifat-Nya, yaitu Rabubiyat, Rahmaniyat, Rahimiyat, Malikiyat Yaumid din – yaitu kewenangan untuk mengganjar dan menghukum – dan setelah Dia menyatakan dodrat-Nya yang umum, Dia kemudian mengajarkan di dalam ayat-ayat selanjutnya doa sebagai berikut: Ya Tuhan, berkenanlah Engkau menetapkan kami sebagai ahli wa- ris orang-orang saleh, para nabi dan para rasul terdahulu. Semoga jalan mereka dibukakan bagi kami. Semoga nikmat yang dilimpah- kan kepada mereka di anugerahkan kepada kami. Wahai Tuhan, selamatkanlah kami dari keadaan, di mana kami termasuk kaum yang kepada mereka azab Engkau menimpa di dunia ini juga, yak- ni orang-orang Yahudi yang telah Engkau binasakan di zaman Hadhrat Almasih dengan wabah tha’un.
Wahai Tuhan, selamatkanlah kami dari keadaan, di mana kami termasuk mereka yang tidak mendapat petunjuk dari Engkau dan mereka menjadi sesat, yakni orang-orang Nasrani.
Di dalam doa itu tersembunyi nubuatan berikut ini, bahwa sebagian di antara orang-orang Islam disebabkan oleh kelurusan dan kesetiaan mereka akan menjadi ahli waris nabi-nabi terdahulu serta akan memperoleh nikmat-nikmat kenabian dan kerasulan. Lagi pula terdapat lagi sebagian yang akan mempunyai sifat-sifat orang Yahudi, yang kepada mereka azab akan diturunkan didunia ini juga. Dan terdapat lagi sebagian yang akan mengenakan jubah Kristen (mempunyai ciri-ciri orang-orang Kristen). Sebab, adalah menjadi kebiasaan yang sudah lazim di dalam lingkup Kalam Ilahi, bahwa manakala suatu kaum dilarang dari melakukan suatu peker- jaan, pastilah di antara kaum itu terdapat sebagian yang menurut ilmu Ilahi akan (melanggar dan) melakukan pekerjaan itu, dan se- bagian lagi ada yang menempuh jalan kebajikan dan ketaatan. Di dalam sekian banyak Kitab-kitab yang telah Allah Taala turunkan semenjak permulaan hingga akhir dunia, terdapat sunnah-Nya se- jak dahulu yaitu, apabila Dia melarang suatu kaum dari melakukan suatu pekerjaan atau menyerukan untuk melakukan suatu pekerja- an, maka menurut ilmu-Nya sudahlah pasti bahwa ada sebagian yang akan (melanggar dan) melakukan pekerjaan itu dan sebagian lagi tidak.
Jadi, Surah ini menubuatkan, bahwa di antara ummat ini seseorang akan muncul dengan memiliki corak seperti para nabi dalam keadaannya yang sempurna. Dengan demikian nubuatan
yang tersimpul di dalam ayat : arabic menjadi kenyataan dalam bentuk yang sesempurna-sempurnanya dan sebaik-baiknya. Dan di antara mereka terdapat segolongan yang akan muncul dengan memiliki corak seperti orang-orang Yahudi yang dilaknat oleh Hadhrat Isa as. dan ditimpa azab Ilahi, dengan demikian nubuatan yang tersimpul di dalam ayat
- arabic - menjadi terbukti. Dan segolongan lagi di antara mereka akan mengambil corak seperti orang-orang Kristen, bahkan benar-benar menjadi orang-orang Kristen yang dari kebia- saan mereka minum-minuman keras, hidup bebas, fasik dan jahat, mereka tidak memperoleh petunjuk Tuhan, yang dengan demikian nubuatan yang ternyata dari ayat
arabic akan menjadi kenyataan.
Dan, oleh karena hal itu termasuk dalam akidah-akidah orang-orang Islam, yaitu, di akhir zaman nanti ribuan orang Islam akan mempunyai sifat-sifat ummat Yahudi dan nubuatan itu terda- pat pada beberapa tempat di dalam kitab suci Alquran. Adanya beratus-ratus orang Islam menjadi Kristen atau menempuh jalan hi- dup tanpa kendali dan bebas seperti peri keadaan orang-orang Kristen sedang dipersaksikan dan dihayati. Malahan banyak orang menyebut dirinya orang-orang Islam yang demikian keadaannya sehingga mereka senang menganut corak pergaulan hidup orang-orang Kristen. Kendatipun mereka disebut orang-orang Islam, me- reka memandang dengan pandangan benci sekali terhadap perintah shalat dan puasa, begitu pula terhadap hukum halal dan haram. Sedangkan kedua-dua golongan yang mempunyai sifat Yahudi dan Kristen itu nampak tersebar di negeri ini. Kamu sekalian telah me- nyaksikan tersempurnanya kedua nubuatan dalam Surah Al-Fatihah dan telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa banyaknya orang-orang Islam telah mempunyai sifat seperti orang-orang Yahudi dan betapa banyaknya mereka yang menyerupai orang-orang Kristen.
Maka, dengan sendirinya nubuatan ketiga pun patutlah dite- rima, bahwa seperti halnya dengan jadinya orang-orang Islam me- nyerupai Yahudi dan Kristen, mereka pun mendapati sifat-sifat bu- ruk mereka; demikian pula layaklah kalau sebagian mereka mene- rima martabat dan kedudukan yang telah dicapai orang-orang suci dari golongan Bani Israil terdahulu.
Tak lain hanyalah dari sikap purbasangka terhadap Tuhan saja, jika beranggapan bahwa Dia menetapkan bagi orang-orang Islam untuk mengambil sifat-sifat buruk orang-orang Yahudi, bah- kan Dia pun telah menamai juga mereka itu Yahudi, tetapi Dia ti- dak memberikan sedikit pun kepada ummat ini martabat yang per- nah diberikan kepada para rasul dan nabi mereka. Lalu, atas dasar apakah ummat ini menjadi ummat terbaik (khairul umam) bahkan kebalikannya menjadi ummat terburuk (syarrul umam), sebab se-gala macam keburukan terdapat pada diri mereka, tetapi kebalikan- nya tidak terdapat satu macam kebajikan pun. Tidakkah seyogia- nya di dalam ummat ini timbul seseorang yang menyerupai para nabi dan rasul yang menjadi pewaris dan bayangan para nabi Bani Israil semuanya?
Adalah tidak serasi dengan rahmat Allah Taala apabila Dia menciptakan beribu-ribu orang di dalam ummat ini dan di dalam zaman ini yang bersifat seperti Yahudi dan beribu-ribu orang ma- suk agama Kristen, namun tak seorang pun dibangkitkan ia yang mewarisi para nabi terdahulu dan yang menerima rahmat yang di- peroleh mereka, dengan demikian nubuatan yang tersimpul
dalam ayat : -arabic-
itu menjadi sempurna seperti halnya telah menjadi sempurna nubu- atan mengenai jadinya mereka seperti orang-orang Yahudi dan Kristen; dan dalam keadaan itu ummat ini telah dijuluki dengan beribu macam nama buruk. Dari Alquran dan Hadits terbukti, bah- wa sudah merupakan suratan takdir merekalah untuk menjadi orang-orang Yahudi. Maka dalam kenyataan demikian itu hendak- nya karunia Ilahi sendiri menetapkan pula (takdir), bahwa seperti halnya mereka mengambil ciri-ciri buruk orang-orang Kristen ter- dahulu, demikian pula mereka pun hendaknya mewarisi sifat-sifat baik mereka. Dari sebab itu Allah Taala dalam Surah Al-
Fatihah pada ayat: arabic -
telah memberi khabar suka, bahwa beberapa pribadi di dalam um- mat ini akan memperoleh juga nikmat yang didapati para nabi ter- dahulu. Tidak hanya menjadi orang-orang Yahudi atau kristen dan mengambil sifat sifat buruk mereka saja, bahkan tidak dapat meng- ambil sifat baik mereka. Kepada hal itulah baris-baris di dalam su- rah At-Tahrim mengisyaratkan juga, bahwa mengenai beberapa o- rang dari ummat ini akan mempunyai persamaan dengan Siti Maryam Shiddiqah yang menjalani hidup suci, lalu roh Isa ditiup- kan kedalam kandungannya dan lahirlah Isa dari padanya. Di da- lam ayat ini diisyaratkan kepada kenyataan bahwa akan ada seo- rang dan ummat ini yang mula-mula akan memperoleh martabat Siti Maryam, kemudian akan ditiupkan roh Isa ke dalam dirinya, lalu dari Siti Maryam akan lahir Isa. Yakni, dari sifat-sifat Maryam beralih ke sifat-sifat Isa. Seakan-akan keadaan sifat Maryam mela- hirkan bayi yang bersifat Isa dan dengan demikian ia akan disebut Ibnu Maryam. Sebagaimana di dalam kitab “Barahin Ahmadiyah” mula-mula aku dinamai Maryam, kepada hal itu diisyaratkan da- lam ilham yang tercantum dalam (kitab itu)
halaman 241 yang berbunyi: - arabic - yakni, “Hai Maryam, dari manakah engkau memperoleh nikmat ini?”[Lihat “Tadzkirah” halaman 46, cetakan 1956, Peny.] Dan kepada hal itulah pula diisyaratkan dalam (kitab itu) halaman 266, yakni, di
dalam ilham itu yang berbunyi: - arabic -
yakni, “Hai Maryam, goyangkanlah dahan pohon korma”. [“Tadzkirah” halaman 40, cetakan 1956, Peny.] Kemudian sesudah itu pada halaman 496 dalam kitab “Barahin Ahmadiyah” tecantum ilham:
- arabic -
yakni, “Hai Maryam, masuklah bersama teman-temanmu ke dalam sorga, Aku telah meniupkan dari sisi-Ku roh kesucian ke dalam diri engkau”.[“Tadzkirah” halaman 72, cetakan 1956, Peny.]
Allah Taala telah menamai diriku di dalam firman itu roh
suci -- arabic – Yang demikian itu adalah bersesuaian
dengan ayat - -arabic --
(Surat At-Tahrim 13, Pen.]
Jadi, pada tempat itu seakan-akan secara kiasan di dalam kandungan Siti Maryam roh Isa telah masuk, yang namanya Roh
Suci [ ---- arabic ---].
Kemudian, terakhir sekali di dalam “Barahin Ahmadiyah” pada halaman 556 diterangkan tentang Isa yang ada di dalam kandungan Siti Maryam, dengan ilham berikut ini
- arabic -
“Hai Isa, sesungguhnya Aku akan wafatkan dikau dan akan mening- gikan (derajat) engkau di sisi-Ku dan akan menjadikan orang-orang yang me- ngikut engkau di atas orang-orang yang ingkar sampai hari kiamat” (Tadzkirah, halaman 282-283, cetakan 1956) Peny.
Pada tempat itu aku dipanggil dengan nama Isa, dan ilham ini menyingkapkan bahwa Isa itu telah lahir yang peniupan rohnya telah dijelaskan pada halaman 496 (kitab “Barahin Ahmadiyah”). Mengingat hal itu aku disebut Isa ibnu Maryam, sebab kedudukan- ku sebagai Isa melalui kedudukan Maryam adalah tercipta tersebab oleh tiupan Tuhan. Lihat “Barahin Ahmadiyah” halman 496 dan halaman 556. Dan peristiwa itu, di dalam surah At-Tahrim dalam bentuk nubuatan diterangkan dengan jelas sekali bahwa Isa ibnu Maryam akan lahir dengan cara demikian, yakni mula-mula seseo- rang dari ummat ini akan dijadikan Maryam, kemudian sesudah itu ke dalam diri Maryam itu akan ditiupkan roh Isa.
Jadi, selama satu masa tertentu ia mendapat asuhan dalam kandungan sifat Maryam ia akan dilahirkan dengan memiliki kero- hanian Isa dan dengan demikian ia akan dipanggil Isa ibnu Maryam. Inilah khabar mengenai Ibnu Maryam Muhammadi yang diterangkan dalam Alquran suci, yakni pada surah At-Tahrim – 1300 tahun yang lalu. Kemudian di dalam kitab “Barahin Ahmadiyah” Allah Taala sendiri telah menerangkan tafsir ayat-ayat surah At-Tahrim itu.
Alquran suci ada, periksalah Alquran pada satu pihak dan kitab “Barahin Ahmadiyah” pada pihak lain. Kemudian renung- kanlah dengan adil, dengan rasional dan dengan ketakwaan, bahwa nubuatan yang terkandung di dalam surah At-Tahrim berbunyi: di dalam ummat ini pun akan ada seseorang yang disebut Maryam dan kemudian dari keadaan Maryam ia akan dijadikan Isa. Jadi, seakan-akan dari (ummat) ini ia akan lahir. Betapa jelas tersempur- nanya nubuatan itu dengan ilham-ilham dalam kitab “Barahin Ahmadiyah”. Apakah ini ada pada kekuasaan manusia? Apakah ini kewenanganku? Apakah aku lahir pada saat ketika Alquran suci turun dan aku mohon agar suatu ayat diturunkan supaya menjadi- kanku Ibnu Maryam dan dibebaskan dari reaksi tentangan menga- pa aku dipanggil Ibnu Maryam? Apakah mungkin ada rencana dari pihak diriku sendiri semenjak dua puluh atau dua puluh dua tahun terdahulu atau lebih lama dari itu, bahwa aku membuat-buat ilham, lalu pertama-tama menyebut diriku sebagai Maryam dan lebih lan- jut dengan cara dusta membuat ilham bahwa ke dalam diriku pun ditiupkan roh Isa seperti halnya Siti Maryam dahulu? Kemudian, akhirnya pada halaman 556 dalam kitab “Barahin Ahmadiyah” tercantum bahwa sekarang aku telah menjadi Isa melalui Maryam.
Wahai para muliawan, renungkanlah dan takutlah kepada Tuhan! Ini sekali-kali bukanlah perbuatan manusia. Ini adalah sua- tu rahasia yang halus lagi mendalam sekali dan di luar jangkauan akal serta dugaan manusia. Sekiranya ketika aku tengah menulis “Barahin Ahmadiyah” – yang waktunya telah lewat cukup lama– timbul dalam otakku rencana serupa itu, maka mengapakah kutulis di dalam kitab “Barahin Ahmadiyah” tersebut bahwa Isa ibnu Maryam akan turun kedua kalinya dari langit?
Maka, oleh karena Allah Taala mengetahui, bahwa dengan sarana pengetahuan mengenai itu, dalil-dalil itu akan terbukti lemah; sebab itu kendatipun Dia memanggilku Maryam (seperti tertera) pada jilid ketiga kitab “BarahinAhmadiyah” kemudian sebagaimana jelas dari kitab “Barahin Ahmadiyah” itu aku menda- pat asuhan selama dua tahun lamanya dengan sifat Maryam dan secara diam-diam dikembangkan (dibesarkan).
Kemudian, setelah dua tahun lewat, sebagaimana tercantum pada halaman 496 dalam kitab “Barahin Ahmadiyah”, ke dalam di- riku ditiupkan roh Isa dan secara kiasan aku dibuat hamil seperti halnya Siti Maryam. Pada akhirnya sesudah beberapa bulan lama- nya – yang jangka waktunya tidak lebih dari sepuluh bulan – dengan perantaraan ilham yang tercantum paling akhir dalam kitab “Barahin Ahmadiyah” halaman 556 aku dijadikan Isa dari keadaan Maryam. Pendeknya, dengan cara demikianlah aku disebut Ibnu Maryam dan Allah Taala pada waktu (penyusunan) kitab “Barahin Ahmadiyah” tidak memberitahukan kepadaku rahasia yang tersem- bunyi ini. Padahal semua wahyu Tuhan yang terkandung dalam ra- hasia itu pun telah diturunkan kepadaku dan telah dicantumkan da- lam kitab “Barahin Ahmadiyah”. Akan tetapi kepadaku tidak dibe- ritahukan tentang arti dan jalannya (prosesnya). Oleh karena itulah aku telah menulis di dalam “Barahin Ahmadiyah” kepercayaan yang umum di kalangan ummat Islam, sehingga hal itu memberi kesaksian mengenai kesahajaan (keluguan) dan kewajaranku. Penulisan itu – yang adalah tidak berdasar ilham – adalah hanya semata-mata suatu kebiasaan belaka dan bukanlah keterangan yang dapat dijadikan pegangan bagi kaum penentang. Sebab, aku tidak mengakui tahu hal kegaiban atas kehendak sendiri sebelum Allah Taala sendiri menerangkan-Nya kepadaku. Jadi, hingga saat itu ke- bijaksanaan Allah menghendaki agar aku tidak memahami rahasia sebagian ilham yang tercantum dalam kitab “Barahin Ahmadiyah”. Akan tetapi apabila saatnya tiba, maka rahasia-rahasia itu dibuka- kan kepadaku. Barulah aku mengetahui, bahwa pengakuanku seba- gai Masih Mau’ud bukanlah suatu hal baru. Pengakuan itu jugalah yang di dalam kitab “Barahin Ahmadiyah” telah berulang-ulang di- tuliskan dengan jelas.
Di sini pun aku hendak menyebutkan pula sebuah ilham la- in dan aku tak ingat, apakah ilham itu pernah kusiarkan dalam sa- lah sebuah risalah atau selebaranku atau tidak. Akan tetapi hendak- lah diketahui, bahwa aku telah memperdengarkan kepada beratus-ratus orang dan itu terdapat dalam buku catatan ilham-ilhamku dan ilham-ilham itu (turun) di masa ketika Allah Taala mula-mula me- manggilku dengan sebutan Maryam dan kemudian Dia mengil- hamkan tentang peniupan roh. Lalu sesudah itu diturunkan ilham berikut ini:[Tadzkirah, halaman 73, cetakan 1956. Peny.] :
- arabic -
Yakni, kemudian Maryam (yang dimaksudkan ialah hamba ini), karena penderitaan nyeri waktu melahirkan, dibawa ke seba- tang pohon korma. Yakni, terpaksa harus berhadapan dengan kha- layak ramai serta orang-orang jahil dan alim-ulama dungu yang tidak memiliki buah keimanan. Mereka mengafirkan dan menghina serta mencaci-maki dan membangkitkan taufan huru-hara. Lalu Maryam berkata, “Alangkah baiknya jika aku mati saja sebelum ini dan tiada jejak dan bekas diriku tertinggal”. Hal demikian mengi- syaratkan kepada huru-hara yang mula-mula ditimbulkan oleh para kiayai dengan serentak dan tidak dapat menahan diri mendengar pengakuanku ini dan mereka hendak menghancurkanku dengan se- gala daya dan upaya.
Kemudian, pada saat setelah melihat keributan yang ditim- bulkan orang-orang dungu, timbullah perasaan sedih dan lara dida- lam hatiku. Keadaan itulah yang digambarkan oleh Allah Taala disitu. Dan mengenai itu ada pula ilham yang lainnya lagi seperti:
(“….. – arabic - )
Artinya:
dan kemudian, di samping ilham itu ada lagi terdapat pada halaman 521 di dalam kitab “Barahin Ahmadiyah” yang berbunyi :
- arabic -
(“ artinya: ……..”)
Lihat “Barahin Ahmadiyah” halaman 516 baris 12, 13.
Terjemahan:
“Dan orang-orang berkata, ‘Hai Maryam, engkau telah memperlihatkan perbuatan yang amat tidak senonoh dan terkutuk, lagi jauh dari kelurusan, Bapak [Karena ilham ini maka aku jadi teringat bahwa di kota Batala ada seorang sayyid bernama Fadhl Shah atau Mehr Shah yang sangat mencintai ayahku dan mempunyai hubungan erat dengan beliau. Ketika seseorang menyampaikan berita kepadanya mengenai pengakuanku sebagai Masih Mau’ud, beliau menangis sedu-sedan seraya berkata, “Ayahnya orang baik sekali. Ayahnya berbudi-bahasa baik, dan jauhlah ia dari kepalsuan, seorang muslim jujur dan berhati bersih. Orang ini (maksudnya Masih Mau’ud, Peny.) mengambil sifat dari siapa”? Begitu pulalah banyak lagi orang yang mengatakan bahwa, “Engkau memberi noda pada nama baik keluarga dengan pengakuan semacam itu” (Pen.) ] dan ibumu tidaklah demikian keadaannya. Akan tetapi Tuhan akan membersihkan hamba-Nya dan tuduhan mereka dan Kami jadikan dia satu Tanda bagi orang-orang. Hal itu telah ditakdirkan sejak semula, dan memang demikianlah akan terjadi. Inilah Isa ibnu Maryam yang diragukan orang-orang – inilah perkataan yang benar”
Semua itu adalah kalimat-kalimat yang tercantum di dalam kitab “Barahin Ahmadiyah”, dan ilham itu sebenarnya adalah ayat-ayat Alquran yang bersangkutan dengan Hadhrat Isa as. dan ibunda beliau. Di dalam ayat-ayat itu disebutkan tentang Isa yang oleh orang-orang dinyatakan sebagai seorang manusia yang lahir secara tidak sah. Mengenai dialah Allah Taala berfirman, bahwa Dia akan menjadikannya (Isa) sebagai Tanda. Isa itulah yang di tunggu-tunggu dan di dalam kalimat-kalimat ilham yang dimaksudkan de- ngan Isa dan Maryam itu adalah diriku ini. Mengenai dirikulah di- katakan, bahwa Dia akan menjadikan sebagai Tanda. Selain itu di -katakan bahwa akulah Isa ibnu Maryam yang akan datang itu, tapi orang-orang meragukannya. Ini adalah kebenaran dan inilah orang- nya yang akan datang itu. Dan keraguan itu timbul hanya karena kekurang-fahaman belaka. Barang siapa tidak mengerti rahasia-rahasia Ilahi dan memuja keadaan lahiriah, ia tidak dapat melihat kepada realitas (hakikat).
Hendaknya ini pun diperhatikan, bahwa di antara tujuan-tujuan agung Surah Al-Fatihah adalah doa:
- ARABIC -
(“Tunjukilah kami jalan yang lurus, yakni jalan orang-orang yang telah Kau beri nikmat”(I:6) Peny.)
Seperti halnya di dalam doa Injil dimohonkan makanan (roti) sehari-hari, maka di dalam doa (Al-Fatihah) ini segala nikmat dari Tuhan yang pernah diberikan kepada para rasul dan para nabi terdahulu dimohonkan. Perbandingan itu patutlah ditilik pula.
Seperti halnya berkat kemakbulan doa Hadhrat Almasih, orang-orang Kristen telah memperoleh banyak bahan keperluan pangan, demikian pula berkat kemakbulan doa Alquran melalui Rasulullah saw., orang-orang saleh dan suci di kalangan ummat Islam, pada khususnya orang-orang kamil(sempurna) dari antara mereka ditetapkan sebagai ahli waris para nabi Bani Israil. Dan, pada hakikatnya kebangkitan Masih Mau’ud dari antara ummat (Islam) ini pun merupakan buah kemakbulan doa itu pula. Sebab, walaupun banyak orang saleh dan suci telah menyerupai para nabi bani Israil secara tersembunyi, akan tetapi Masih Mau’ud ummat ini dengan perintah dan siizin Tuhan dibangkitkan untuk menan-
dingi Masih Israili – supaya ada persamaan antara ummat Muhammad dan ummat Musa. Atas tujuan itulah maka Masih ini dalam tiap seginya diberi persamaan dengan Ibnu Maryam, se- hingga kepada Ibnu Maryam ini pun datang percobaan seperti halnya kepada Ibnu Maryam Israili. Sebagaimana Isa ibnu Maryam dilahirkan hanya semata-mata karena tiupan Tuhan, demikian pula Almasih ini pun – sesuai dengan janji dalam surah At-Tahrim – dilahirkan dari kandungan Siti Maryam, hanya semata-mata karena tiupan Tuhan.
Dan sebagaimana dengan lahirnya Isa ibnu Maryam bang- kit kegemparan dan golongan penentang yang membuta-tuli
mengatakan kepada Maryam : - arabic –
(“Sesungguhnya engkau telah melakukan sesuatu yang amat tidak senonoh.”) Peny.
demikian pula di sini pun dikatakan dan digaduhkan. Dan, seperti halnya Allah Taala memberikan jawaban kepada orang-orang pe- nentang pada waktu bersalinnya Maryam Israili berkenaan dengan Isa :
- arabic -----
(“Dan agar dapat Kami menjadikannya suatu Tanda bagi manusia sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang diputuskan”) Peny.
Jawaban itulah yang diberikan Allah Taala mengenai diriku kepada para penentang, di dalam “Barahin Ahmadiyah”, pada waktu kelahiran-rohaniku secara kiasan, dan Dia mengatakan “Kamu sekalian tidak dapat menghancurkan dia dengan tipu- muslihatmu. Aku akan menjadikan dia Tanda rahmat bagi orang-orang dan hal demikian itu telah ditakdirkan semenjak semula.
Kemudian, seperti halnya alim-ulama Yahudi menjatuhkan fatwa kafir terhadap Hadhrat Isa as. dan seorang cendekiawan Yahudi yang nakal merumuskan fatwa, dan cendekiawan lainnya menjatuhkan fatwa itu, sehingga beratus-ratus alim-ulama cendeki- awan dari Baitul Mukaddas yang kebanyakannya ahli hadits, mere- ka mencap kafir kepada Hadhrat Isa as. Kejadian serupa itu pulalah berlaku atas diriku. [Pada masa Hadhrat Isa as. walau terdapat banyak aliran (firkah) di kalangan bangsa Yahudi, akan tetapi yang dianggap berjalan di atas kebenaran adalah dua aliran:
(1) yang pertama ialah yang mengikuti hukum Taurat. Dari Kitab itu- lah mereka menarik kesimpulan untuk memecahkan masalah-masalah secara ijtihad.
(2) yang kedua ialah aliran ahli hadits yang beranggapan bahwa da- lam mengambil keputusan-keputusan, Hadits adalah lebih tinggi kedudukannya dari pada Taurat. Kaum ahli hadits ini sangat ba- nyak terdapat dan tersebar di negeri-negeri Israil. Mereka ber- tingkah-laku berlandaskan pada hadits-hadits yang kebanyakan- nya adalah menentang dan melawan Taurat. Dalil mereka itu ada- lah demikian inilah, bahwa beberapa masalah syariat seperti ma- salah-masalah peribadatan, muamalah (transaksi, bertingkah-laku) dan hukum-peraturan resmi tidak terdapat dalam Taurat dan untuk itu didapat keterangan dari hadits, nama kitab hadits itu ia- lah Talmud, yang di dalamnya terdapat sabda-sabda setiap nabi menurut zamannya. Hadits-hadits itu sampai waktu yang lama te- tap merupakan tuturan, dan setelah lama kemudian baru direkam secara tertulis. Oleh karena itu di dalamnya terdapat pula bebe- rapa bagian pengandaian (perkiraan), dan sebab itu pada saat itu kaum Yahudi terpecah jadi tujuh puluh tiga aliran, yang masing-masing mempunyai hadits-haditsnya yang terpisah, sementara pa- ra ahli hadits itu tidak lagi menaruh perhatian pada Taurat. Keba- nyakannya mereka beramal menurut hadits, sedangkan Taurat seakan-akan tidak terpakai dan diabaikan. Apabila kebetulan ber- sesuaian dengan hadits, mereka terima dan jika tidak, maka mere- ka menolaknya. Pendeknya, di dalam zaman seperti itulah lahir Hadhrat Isa as. dan beliau berhadapan pada khususnya dengan kaum ahli hadits yang lebih menghormati hadits-hadits dari pada Taurat. Dan di dalam tulisan-tulisan para nabi telah lebih dahulu diberitahukan bahwa ketika orang-orang Yahudi akan terpecah jadi beberapa golongan dan meninggalkan Kitab Ilahi, mereka sebaliknya akan beramal menurut hadits-hadits, maka di saat itulah akan diutus kepada mereka seorang Hakim Adil yang dise- but Masih dan mereka tidak akan menerimanya. Pada akhirnya mereka akan ditimpa azab keras, dan azab itu berupa wabah tha’un. Naudzubillah! Pen.]
Dan, kemudian seperti halnya sesudah pen-cap-an kafir terhadap Hadhrat Isa itu, beliau amat disusahkan. Beliau dicaci-maki sejadi-jadinya. Mereka menulis kitab-kitab yang mengan- dung ejekan-ejekan dan lontaran kata-kata buruk. Keadaan serupa itu pula terjadi sekarang. Seakan-akan sesudah jangka waktu seribu delapan ratus tahun Isa itu juga lahir lagi, dan orang-orang Yahudi itu juga telah lahir lagi.
Ah, itulah arti nubuatan - arabic - (Bukan mereka yang Engkau murkai, Peny.) yang Tuhan telah jelaskan sejak dahu- lu. Akan tetapi orang-orang itu tidak bersabar sebelum mereka menjadi orang-orang seperti kaum Yahudi yang dilaknat Tuhan, maghdhubi ‘alaihim. Sebuah dari batu-bata tamsilan itu telah dile- takkan oleh Tuhan sendiri yakni, aku telah diutus sebagai Masih Islam tepat pada permulaan abad keempat belas seperti halnya Almasih ibnu Maryam diutus pada permulaan keempat belas dan bagi diriku Dia tengah memperlihatkan Tanda-tanda-Nya yang hebat dan dibawah bentangan langit ini tak ada kemampuan pada pihak golongan lawan manapun – baik dari pihak orang-orang Islam ataupun orang-orang Yahudi maupun orang-orang Kristen dan sebagainya – untuk melawan Tanda-tanda itu.
Betapa manusia yang hina dina dapat mengadu kekuatan dengan Tuhan. Ini merupakan landasan pertama Tuhan. Setiap orang yang ingin memecahkan batu pondasi yang berasal dari Allah itu tidak akan dapat memecahkannya. Akan tetapi batu-bata ini jika menimpa orang, ia akan menghancur porak-porandakan dia. Sebab, batu-bata itu kepunyaan Allah dan tangan itu adalah tangan Allah. Sedangkan batu-bata lain telah dipersiapkan untuk menandingi batu-bata ini supaya mereka melakukan terhadap diri- ku seperti telah dikerjakan orang-orang Yahudi dahulu sampai de- mikian jauhnya sehingga guna membinasakan diriku mereka telah mengajukan tuduhan perkara pembunuhan, yang mengenai itu Tuhan telah memberitahukan kepadaku lebih dahulu. Perkara yang dituduhkan terhadapku adalah lebih berat dari perkara yang ditu- duhkan kepada Isa ibnu Maryam, sebab dasar perkara Hadhrat Isa as. adalah hanya berkenaan dengan pertentangan keagamaan yang menurut hakim adalah suatu perkara kecil bahkan tidak berarti sa- ma sekali. Akan tetapi perkara yang dituduhkan kepadaku adalah tuduhan mengenai usaha pembunuhan.
Sebagaimana di dalam perkara Almasih, alim-ulama Yahudi tampil untuk memberi kesaksian, misalnya di dalam perka- ra ini pun ada beberapa di antara alim-ulama memberi kesaksian. Untuk pekerjaan ini Allah Taala telah memilih Maulvi Muhammad Husain dari Batala yang datang untuk memberi kesaksian seraya mengenakan jubah yang terjuntai panjang sekali.
Dan sebagaimana halnya kepala Imam (padri Yahudi) telah datang untuk memberi kesaksian supaya Almasih dinaikkan ke tiang salib, demikian pula hal serupa itu pun telah terjadi. Bedanya hanyalah kepala Imam mendapat kursi di dalam majelis pengadilan pilatus, sebab pada pemerintahan kerajaan Romawi orang-orang terkemuka dari bangsa Yahudi biasa mendapat kursi, dan beberapa di antara mereka pun ada pula yang menjadi hakim (magistrate) kehormatan. Oleh karena itulah menurut tata tertib pengadilan kepala Imam itu disediakan kursi, sedangkan Almasih ibnu Maryam disuruh berdiri di hadapan meja pengadilan sebagai seorang tertuduh.
Akan tetapi di dalam perkara-ku keadaan terjadi sebalik- nya. Yakni bertolak belakang dengan harapan pihak lawan, Kapten Douglas – yang penampilannya menyerupai tokoh Pilatus – duduk di atas kursi hakim, telah menawarkan kursi kepadaku. Pilatus ini ternyata lebih berakhlak daripada Pilatus Masih ibnu Maryam, se- bab ia menunjukkan keberanian dan gigih menegakkan tata-tertib pengadilan di dalam urusan peradilan. Dan ia sedikit pun tidak me- ngindahkan rekomendasi-rekomendasi dari atasan, dan pertimba- ngan yang menyangkut kebangsaan dan agama tidak menimbulkan perubahan sikap di dalam dirinya. Ia memperlihatkan suatu teladan yang baik dalam menjalankan peradilan dengan penuh ketabahan demikian rupa sehingga andaikan pribadinya dianggap sebagai tokoh kebanggaan bangsanya dan suri teladan bagi para hakim, maka hal itu bukan tidak pada tempatnya.
Peradilan adalah suatu perkara pelik. Selama orang mendu- duki kursi jabatan hakim, tapi tidak mengesampingkan segala per- hubungan, selama itu ia tidak akan dapat menjalankan kewajiban- nya dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi kami memberi kesaksian yang benar, bahwa Pilatus yang ini telah melaksanakan kewajiban- nya dengan sepenuhnya. Kendatipun Pilatus pertama orang Roma- wi, namun tidak dapat menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Saking takutnya ia membuat Almasih jadi sasaran kesu- sahan-kesusahan besar. Perbedaan ini patut diperingati untuk sela- ma-lamanya di kalangan Jemaat kita sepanjang dunia ini masih berwujud. Selama seruan Jemaat ini mencapai ratusan ribu dan ju- taan pribadi, selama itu hakim yang berniat saleh ini akan senanti- asa diperingati dengan penuh pujian. Dan hal itu merupakan suatu keberuntungannya yang baik, karena Tuhan telah memilih dia un- tuk mengemban tugas itu.
Betapa besar ujian bagi seorang hakim ketika dihadapkan kepadanya dua golongan; golongan di antaranya adalah penganjur agamanya sendiri dan golongan lainnya adalah seorang lawan aga- manya, lagi diterangkan kepadanya orang itu adalah lawan sengit agamanya. Akan tetapi Pilatus yang pemberani itu telah mengatasi ujian itu dengan tabah sekali, sementara kepadanya ditunjukkan tempat pada kitab-kitab yang di dalamnya terdapat baris-baris dari kekurang-pahamannya yang kata-katanya dapat dianggap tajam sekali menyerang agama Kristen. Lagi pula, itu ditampilkan de- ngan suatu cara yang tidak bersahabat. Akan tetapi wajahnya tidak menampakkan suatu perubahan sekelumit pun sebab, dikarenakan oleh hati nuraninya yang jernih ia telah sampai kepada hakikat dan karena ia telah mencari pangkal perkara itu dengan hati lurus. Oleh karena itulah Tuhan telah membantunya. Dia telah meng-ilhamkan kebenaran kepada hatinya, lalu kepadanya dibukakan hakikat yang sebenarnya dan ia sangat gembira sekali bahwa ia telah melihat ja- lan keadilan. Dia memberikan kursi kepadaku di sitentang penuduh hanya semata-mata demi keadilan.
Sedangkan tatkala Maulvi Mohammad Husain – yang se- perti halnya kepala imam Yahudi – datang untuk memberi kesaksi- an yang berlawanan, ia mendapati daku didudukkan di atas kursi dan tidak nampak kepadanya perlakuan penghinaan yang didamba- kan matanya untuk menyaksikan diriku memperoleh kehinaan. Ke- mudian, karena menganggap dirinya sederajat ia pun menghendaki kursi dari Pilatus ini. Akan tetapi “Pilatus” ini menghardiknya dan dengan nada keras berkata bahwa dia dan bapaknya belum pernah mendapat hak-kursi (kehormatan), lagi tidak ada petunjuk pada ja- watannya untuk menyediakan kursi bagi dia.
Kini perbedaan ini patutlah direnungkan bahwa Pilatus per- tama dari takutnya kepada orang-orang Yahudi telah menyediakan kursi bagi beberapa saksinya yang terhormat, sedangkan Hadhrat Almasih yang dihadapkan sebagai seorang tertuduh dibiarkan saja berdiri. Padahal di dalam hatinya yang jujur ia menaruh rasa kasih kepada Almasih, bahkan seolah-olah seperti muridnya; dan isteri- nya sendiri adalah murid istimewa Almasih yang disebut waliullah. Akan tetapi rasa takut telah menyebabkan dia mengambil tindakan demikian jauh sehingga tanpa hak telah menyerahkan Almasih yang tak berdosa itu ke tangan orang-orang yahudi. Bukan tuduhan seperti yang dituduhkan kepadaku, yaitu membunuh seseorang dan hanyalah hal biasa mengenai perbedaan faham tentang agama. A- kan tetapi Pilatus yang bangsa Romawi itu tidak mempunyai hati yang kuat. Ia menjadi ketakutan ketika didengarnya bahwa ia akan diadukan kepada Kaisar.
Kemudian ada lagi satu perbandingan antara Pilatus perta- ma dan “Pilatus” ini yang patut diperingati: Ketika Masih ibnu Maryam dihadapkan ke muka pengadilan, Pilatus pertama berkata kepada orang-orang Yahudi, bahwa ia tidak melihat di dalam diri Almasih suatu kesalahan. Begitu pula ketika Almasih terakhir ini dihadapkan kepada “Pilatus” terakhir ini, dan Almasih ini berkata, “Seyogianya kepadaku diberikan tenggang waktu selama beberapa hari untuk memberi jawaban atas tuduhan pembunuhan itu”, maka “Pilatus” terakhir ini berkata, bahwa ia tidak menuduh apa pun ke- padaku.
Ucapan kedua-dua Pilatus itu benar-benar mengandung persamaan di antara satu dengan yang lain. Seandainya pun perbe- daan ada, maka hal itu hanya sekian bahwa Pilatus pertama tidak dapat memegang teguh ucapannya, sedangkan ketika dikatakan ke- padanya bahwa mereka akan mengadukan halnya kepada Kaisar, lalu ia jadi ketakutan dan ia dengan sengaja menyerahkan Hadhrat Almasih as. kepada orang-orang Yahudi yang haus darah itu, wa- laupun dengan hati yang sedih atas penyerahannya itu dan isterinya pun berduka-cita pula, sebab kedua-duanya sangat percaya kepada Almasih. Akan tetapi, demi dilihatnya orang-orang Yahudi sangat gaduh dan ribut, ia dikuasai oleh sifat pengecut. Ya memang secara sembunyi-sembunyi ia berusaha keras untuk menyelamatkan nya-wa Almasih as. dari tiang salib, dan ia pun telah berhasil di dalam usahanya itu. Akan tetapi setelah itu Almasih telah dinaikkan di atas kayu salib dan dari sakitnya yang bukan alang kepalang ia sampai kepada keadaan pingsan yang demikian rupa parahnya se- hingga ia seakan-akan merupakan maut juga keadaannya. Bagai- mana pun juga, karena upaya Pilatus Romawi, jiwa Masih ibnu Maryam telah selamat. Sedangkan guna keselamatan jiwanya, su- dah sejak sebelumnya doa Almasih terkabul. Silakan lihat Perjan- jian Baru, Surat kiriman kepada orang Iberani bab 5 ayat 7. [Almasih sendiri berkata bagai nubuatan, bahwa selain Tanda Nabi Yunus, tiada Tanda lain lagi yang akan diperlihatkan. Pen- deknya, di dalam ucapan itu Almasih mengisyaratkan bahwa seba- gaimana halnya Yunus dalam keadaan hidup masuk ke dalam pe- rut ikan dan dalam keadaan hidup pula keluar, demikian pula hal- nya aku akan masuk hidup-hidup dalam kuburan dan akan ke- luar dalam keadaan masih hidup. Jadi, Tanda ini selain keadaan demi- kian Almasih diturunkan dari salib dalam keadaan hidup dan di- masukkan ke dalam kuburan dalam keadaan hidup – betapa dapat menjadi kenyataan. Dan demikianlah yang dikatakan Hadhrat Almasih, bahwa tiada Tanda lain lagi yang akan diperlihatkan. Di dalam kalimat itu seakan-akan Almasih menyangkal perkataan orang-orang bahwa Almasih telah memperlihatkan Tanda dengan kenaikannya ke langit. Pen.]
Setelah itu Almasih as. melarikan diri dari tanah itu secara sembu- nyi-sembunyi dan sampailah ke Kasymir, di sanalah beliau wafat. Anda sekalian telah mendengar bahwa kuburan beliau terletak di desa Khanyar, Srinagar. Semua itu adalah hasil upaya Pilatus. Ken- dati aktivitas Pilatus pertama tidak luput dari aneka-ragam kepe- ngecutan, akan tetapi jika ia menghargai ucapannya sendiri yang menyatakan ia tidak melihat pada diri orang ini (Almasih as.) suatu kesalahan, maka baginya tidak sulitlah untuk membebaskan Almasih, sementara ia berkewenangan untuk membebaskannya. Akan tetapi, mendengar teriak orang-orang akan mengadukannya kepada kaisar, ia menjadi ketakutan.
Namun “Pilatus” terakhir ini tidak takut kepada padri-padri. Padahal pada peristiwa ini pun yang memegang takhta adalah seo- rang kaisar wanita, tetapi kaisar wanita ini jauh lebih baik dari kai- sar yang dahulu. Oleh karena itu tak mungkinlah bagi siapa pun untuk menekan seorang hakim dan melepaskan keadilan menghan- tui kaisar wanita itu. Bagaimana pun dibandingkan dengan peristi- wa Almasih pertama, terhadap Almasih terakhir ini kegaduhan dan makar (konspirasi) banyak ditimbulkan. Sedangkan lawanku dan segala pemimpin bangsa telah berkumpul, akan tetapi “Pilatus” ter- akhir ini cinta kebenaran dan ia memperlihatkan keteguhan dalam memegang pernyataannya dengan mengatakan kepadaku, bahwa ia tidak menuduhku melakukan pembunuhan. Jadi, ia telah membe- baskanku dengan sangat mulus dan jantan sedang Pilatus pertama telah bekerja dengan memakai kelihaian untuk menyelamatkan Almasih. Akan tetapi “Pilatus” ini pada hari ketika aku dibebaskan telah memenuhi tuntutan yang seyogianya dihendaki dalam sidang pengadilan dengan cara yang tidak diwarnai kepengecutan.
Pada hari itu pun seorang pencuri yang adalah seorang ang- gota Bala Keselamatan dihadapkan di muka pengadilan. Hal demi- kian terjadi karena berbarengan dengan Almasih pertama pun ada seorang pencuri yang dihadapkan. Pencuri yang tertangkap bersa- maan dengan Almasih terakhir ini tidak dinaikkan ke palang salib dan tulang-tulangnya dipatahkan seperti dialami oleh pencuri yang ditangkap bersama-sama dengan Almasih pertama, melainkan di- penjara selama tiga bulan.
Sekarang kita kembali lagi kepada uraian kami, bahwa di dalam Surah Al-Fatihah terhimpun demikian banyak hakikat-
hakikat, rahasia-rahasia dan ilmu-ilmu sehingga apabila semua itu ditu- liskan, maka semua itu tidak akan termuat dalam sebuah daf- tarpun. Perhatikanlah sebuah doa kefilsafatan yang diajarkan di dalam Surah itu :
- arabic -
Artinya: (Tunjuki kami jalan yang lurus) – Peny.
Doa itu mengandung suatu pengertian demikian lengkap dan justru merupakan kunci guna mencapai segala maksud duniawi maupun agamawi. Kita tidak dapat memperoleh keterangan me- ngenai hakikat sesuatu, dan tidak dapat memanfaatkan kandungan faedah-faedahnya selama kita belum mendapati satu jalan lurus mengenai itu. Sekian banyak aneka-ragam urusan di dunia ini yang pelik-pelik dan sulit-sulit – apakah yang berkaitan dengan tang- gung-jawab kerajaan dan pemerintahan, ataukah bertalian dengan taktik kemiliteran dan peperangan; apakah berhubungan dengan masalah-masalah yang mendalam mengenai ilmu alam maupun
ilmu hayat; baik pun berkenaan dengan teknik pengobatan dalam rangka mendiagnosa maupun cara mengobati; apakah berhubungan dengan perniagaan dan pertanian – di dalam semua urusan itu su- litlah dan mustahillah akan berhasil selama belum mendapati satu jalan lurus mengenai itu, yakni cara bagaimana hendaknya memu- lai pekerjaan itu. Sedang tiap-tiap orang yang bijak-bestari justru akan memandang sebagai kewajiban mereka pada saat-saat yang gawat untuk terus-menerus berpikir lama, baik malam maupun si- ang, semoga timbul suatu jalan keluar untuk menanggulangi kesu- litan yang tersembunyi itu. Kemudian dalam rangka melaksanakan setiap keterampilan, setiap penemuan baru dan setiap pekerjaan pe- lik lagi rumit, ia menghendaki agar timbul jalan keluar untuk pe- kerjaan itu.
Pendek kata, bagi tujuan-tujuan duniawi dan agamawi doa yang pokok adalah doa untuk mencari jalan. Apabila jalan lurus di- dapati dalam suatu urusan, niscayalah urusan itu pun akan berhasil dengan karunia Allah. Kekuasaan dan kebijaksanaan Tuhan telah menetapkan suatu jalan untuk mencapai tiap sesuatu yang diidam- kan.
Umpamanya, seorang orang sakit tidak dapat diobati de- ngan sesempurna-sempurnanya selama belum timbul suatu jalan untuk mengetahui hakikat penyakitnya untuk menyarankan resep- nya sehingga hatinya memberi kisikan (sugesti) bahwa di dalam jalan itu pasti akan berhasil. Malahan suatu pengelolaan tidak mungkin berhasil di dunia ini sebelum suatu jalan belum timbul dalam usaha itu. Jadi, mencari jalan adalah kewajiban bagi orang yang mempunyai tujuan.
Seperti halnya untuk menangani proses keberhasilan yang sebenarnya di dunia ini, lebih dahulu diperlukan suatu jalan yang harus ditempuh. Demikian pula halnya untuk menjadi sahabat Tuhan dan tempat limpahan cinta dan karunia-Nya, semenjak za- man bahari diperlukan suatu jalan. Oleh karena itu di dalam Surah kedua sesudah surah ini yakni Surah Al-Baqarah, pada permulaan sekali Surah ini difirmankan:
- arabic -
(“Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa”) – Peny.
yakni, untuk memperoleh nikmat itu, inilah jalannya sebagaimana kami terangkan. [Di dalam Surah Al-Fatihah dimohonkan untuk ditunjuki jalan lurus dan di dalam Surah berikutnya seakan-akan jalan lurus itu disebutkan setelah doa itu terkabul. Pen.]
Pendek kata, doa - arabic - ini merupakan doa yang lengkap dan mengarahkan perhatian manusia kepada hal berikut ini, yaitu, di waktu menghadapi kesulitan di dalam keaga- maan dan keduniaan, pertama-tama yang wajib bagi manusia untuk mencari ialah jalan lurus (shiratal mustaqim) supaya berhasil da- lam urusan itu. Yaitu, hendaknya mencari jalan yang demikian ce- rah dan lurusnya sehingga dengan jalan itu maksud dapatlah terca- pai dengan mudah, serta hati dipenuhi oleh keyakinan dan bebas dari keragu-raguan.
Akan tetapi, sesuai dengan petunjuk Injil, orang yang mo- hon makanan sehari-hari tidak akan menempuh jalan untuk menca- ri Tuhan. Tujuan baginya hanyalah mendapat makanan sehari-hari. Jika makanan sudah didapat, maka Tuhan pun tidak dipandang penting olehnya. Itulah sebabnya kaum Kristen telah menyimpang dari jalan lurus. Dalam pada itu sebuah kepercayaan yang sangat memalukan – yaitu menjadikan manusia sebagai Tuhan – telah mencekik mereka.
Kami tidak dapat memahami apakah kelebihan Masih ibnu Maryam dibandingkan dengan orang lain, yang dengan kelebihan itu timbul gagasan untuk memper-tuhan-kannya. Kebanyakan nabi-nabi sebelumnya seperti nabi Musa, Al Yasa’ dan Ilyas, lebih unggul dari beliau dalam hal mukjizat. Dan aku bersumpah atas nama Dia yang di dalam genggaman-Nya ada nyawaku, seandai- nya Masih ibnu Maryam hidup pada zamanku ini, ia sekali-kali ti- dak akan dapat mengerjakan pekerjaan yang dapat kukerjakan.
Sedangkan Tanda-tanda yang sedang dinampakkan dengan perantaraanku, sekali-kali tidak akan dapat ia memperlihatkannya, {Untuk mengukuhkan (pernyataan) ini dalam waktu yang dekat anda sekalian akan menyaksikan kitab “Nuzulul Masih” yang se- dang dalam proses pencetakan, dan sementara ini sepuluh bab dari padanya telah selesai dicetak dan dalam waktu yang dekat akan terbit. Kitab itu ditulis untuk menyanggah sebuah kitab ber- judul “Tambur Cisytiai” karangan Pir Mehr Ali dari Golra. Di dalam kitab itu dibuktikan, bahwa Pir Sahib telah mencuri karang- an Muhammad Hasan almarhum, dan telah melakukan suatu kesa- lahan yang demikian memalukannya sehingga karena telah keta- huan, maka hidupnya sekarang akan ia rasakan pahit. Si malang itu (Muhammad Hasan) telah mati sesuai dengan nubuatan kami yang tersebut dalam kitab kami “Ijazul Masih”. Sementara si ma- lang yang kedua ini dengan sia-sia telah menyusun sebuah kitab, dan jadilah ia sasaran bagi nubuatan yang berbunyi:
- arabic -
(yakni “Aku akan menghinakan siapa yang menghina engkau”, Pen.)
- arabic -
(yakni, “Maka ambillah pelajaran dari padanya, hai orang yang memiliki Indera penglihatan!” – Pen.)}
dan ia akan menemui karunia Allah lebih banyak terlimpah di atas diriku dari pada di atas dirinya. Jika demikian keadaan diriku, ma- ka pikirlah sekarang, betapa tinggi martabat Rasul Suci itu, yang untuk beliau aku dinisbahkan menjadi hambanya.
- arabic -
(“Ini adalah karunia Ilahi yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki”) – Peny.
Dalam hal ini perasaan dengki dan iri-hati tidak berdaya. Apa yang Tuhan kehendaki, Dia kerjakan. Barangsiapa menentang kehendak-Nya, ia tidak saja akan gagal dalam maksudnya, malah- an akan mati dan akan menempuh jalan ke neraka. Binasalah mere- ka yang membuat makhluk hina jadi Tuhan. Binasalah mereka yang tidak menerima seorang yang mulia. Berbahagialah dia yang mengenali diriku. Aku adalah jalan terakhir di antara segala jalan Tuhan. Aku adalah nur terakhir di antara segala nur-Nya. Buruklah nasib orang yang meninggalkan diriku sebab tanpa diriku segala-galanya gelap-gulita.
KEDUDUKAN SUNNAH
Sarana petunjuk kedua yang diberikan kepada kaum mus- limin ialah Sunnah, yaitu amal perbuatan Rasulullah saw. yang di- peragakan beliau untuk menjelaskan hukum-peraturan Alquran su- ci yang dituangkan dalam bentuk amalan. Umpamanya, di dalam Alquran sepintas lalu tidak diketahui bilangan raka’at bagi shalat-shalat yang lima waktu, berapa banyak untuk shalat subuh dan be- rapa bagi shalat-shalat lainnya. Akan tetapi, Sunnah telah membuat segala sesuatunya jadi jelas.
Janganlah hendaknya keliru seolah-olah Sunnah dan Hadits sama saja, sebab Hadits dikumpulkan sesudah seratus atau seratus lima puluh tahun kemudian, sedang Sunnah justru terwujud bersama-sama Alquran.
Ummat Islam sungguh amat berhutang budi kepada Sunnah setelah kepada Alquran. Kewajiban tanggung-jawab Tuhan dan Rasulullah saw. hanyalah meliputi dua perkara yaitu: Dia menyam- paikan kehendak-Nya melalui firman-Nya dengan menurunkan Alquran kepada segenap makhluk-Nya. Yang kemudian merupakan kewajiban peraturan Tuhan. Adapun kewajiban Rasulullah saw. adalah demikian, yaitu beliau dikehendaki mem- beri pengertian dengan sebaik-baiknya kepada orang-orang menge- nai firman Allah dalam bentuk amalan.
Pendek kata, Rasulullah saw. telah memperagakan dalam bentuk tingkah-laku apa-apa yang difirmankan Allah Taala, se- mentara beliau dengan Sunnah, yakni amal perbuatan, memecah- kan persoalan demi persoalan yang sulit lagi pelik. Tidaklah pada tempatnya untuk mengatakan bahwa (tugas) memecahkan persoal- an ini diandalkan pada Hadits, sebab sebelum Hadits terwujud pun, Islam telah berdiri di atas permukaan bumi ini. Tidakkah sebelum Hadits-hadits dihimpun, orang-orang pun mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji atau mengenal batas antara halal dan haram? [Ahli Hadits menamakan perilaku Rasulullah dan ucapan beliau, kedua-duanya sebagai Hadits juga. Kita tidak berkepentingan sekelumit pun dalam hubungan dengan peristilahan mereka. Sesungguhnya Sunnah adalah terpisah, dengan penyebar-luasannya dilaksanakan oleh pribadi Rasulullah saw. sendiri; sedangkan Hadits adalah terpisah, dihimpun kemudian sesudah itu. Pen.]
KEDUDUKAN HADITS
Ya, sarana petunjuk ketiga ialah Hadits, sebab banyak seka- li soal-soal yang berhubungan dengan sejarah Islam, budi pekerti dan fiqqah (jurisprudensi) dengan jelas dibentangkan di dalamnya. Faedah besar dari pada Hadits selain itu ialah, Hadits merupakan khadim Alquran dan Sunnah.
Ada sementara orang yang tidak dianugerahi pengertian mengenai kedudukan Alquran secara hakiki. Mereka dalam situasi itu mengatakan bahwa kedudukan Hadits merupakan hakim bagi Alquran, sebagaimana kaum Yahudi mengatakan mengenai Hadits-hadits mereka. Akan tetapi kita mengambil ketetapan, bah- wa Hadits merupakan khadim Alquran dan khadim Sunnah. Jelas kiranya bahwa kemuliaan seorang majikan akan bertambah besar dengan kehadiran khadim-khadim. Alquran adalah firman Allah, sedang Sunnah adalah perilaku Rasulullah dan Hadits merupakan saksi penguat bagi Sunnah. Sungguh keliru juga mengatakan – naudzubillah – bahwa Hadits mempunyai kewenangan bertindak sebagai hakim terhadap Alquran. Apabila di atas Alquran harus ada hakim, maka yang menjadi hakim adalah Alquran sendirilah.
Hadits yang mengandung unsur keraguan (zhan), sekali-kali tidak dapat menduduki tempat sebagai hakim terhadap Alquran; kedudukannya hanyalah selaku saksi penguat. Alquran dan Sunnah telah melaksanakan semua tugas yang hakiki, sedang Hadits hanyalah merupakan saksi penguat. Betapakah Hadits dapat menduduki tempat sebagai hakim terhadap Alquran.
Alquran dan Sunnah memberi bimbingan pada zaman ketika hakim imitasi semacam itu sama sekali belum terwujud. hendaknya jangan mengatakan bahwa Hadits menghakimi Alquran. Bahkan hendaknya mengatakan bahwa Hadits merupakan saksi penguat bagi Alquran dan Sunnah. memang, Sunnah adalah sesuatu yang mewujudkan kehendak-kehendak Alquran jadi ke- nyataan. Sedangkan yang dimaksud oleh Sunnah ialah jalan yang di atasnya Rasulullah saw. tempuh dalam membimbing para saha- bat dengan memperlihatkan perilaku beliau sebagai suri teladan. Sunnah bukanlah sesuatu yang ditulis di dalam Kitab-kitab seratus lima puluh tahun kemudian, sebab yang demikian itu Hadits namanya.
Sunnah adalah contoh perilaku yang sejak awal mula berja- lan dan diamalkan orang-orang muslim yang saleh terus-menerus serta dihayati oleh ribuan orang Islam. Ya, Hadits pun kendati ba- gian besarnya mengandung unsur keragu-raguan (zhan), akan teta- pi jika itu tidak bertentangan dengan Alquran dan Sunnah serta menunjang Alquran dan Sunnah, lagi terdapat di dalamnya perben- daharaan masalah-masalah keislaman, maka patutlah Hadits itu di- hargai.
Pendek kata, tidak menghargai Hadits adalah seakan-akan memenggal sebagian anggauta tubuh Islam. Ya, andaikan terdapat sebuah Hadits yang bertentangan dengan Alquran dan Sunnah dan selain itu bertentangan dengan sebuah Hadits lainnya yang berse- suaian dengan Alquran; atau, umpamanya terdapat sebuah Hadits yang berlawanan dengan Shahih Bukhari, maka Hadits semacam itu tidaklah layak diterima. Sebab, dengan menerimanya kita ter- paksa harus menolak Alquran dan semua Hadits yang bersesuaian dengan Alquran.
Aku tahu, bahwa tidak ada seorang pun di antara orang-orang saleh yang akan berani berbuat serupa itu, yakni memperca- yai suatu Hadits yang berlawanan dengan Alquran dan Sunnah ser- ta bertentangan dengan Hadits-hadits yang bersesuaian dengan Alquran.
Walhasil, hormatilah Hadits-hadits dan ambillah faedah da- ri padanya sebab sumbernya adalah Rasulullah saw. Dan selama Alquran dan Sunnah tidak mendustakannya, kamu pun jangan mendustakannya. Bahkan hendaklah kamu sekalian menaati Hadits-hadits Nabi saw. demikian rupa sehingga janganlah hendak- nya melakukan gerak-gerik dan diam, dan janganlah berbuat sesua- tu serta berhenti dari suatu perbuatan, tetapi untuk berbuat demiki- an itu kamu memiliki sebuah Hadits yang membenarkannya. Na- mun seandainya ada sebuah Hadits yang jelas berlawanan dengan keterangan yang dinyatakan Alquran suci, maka kamu sekalian hendaknya berikhtiar untuk memperbandingkannya sebab jangan-jangan pertentangan tadi hanyalah kekeliruanmu; dan andaikata pertentangan itu tidak juga dapat dipecahkan, maka Hadits sema- cam itu buanglah, karena Hadits itu bukan dari Rasulullah saw.
Dan apabila ada sebuah Hadits yang dhaif (lemah), padahal ia mempunyai persesuaian dengan Alquran, maka terimalah Hadits itu karena Alquran membenarkannya.
BATU UJIAN UNTUK SHAHIH TIDAKNYA HADITS
YANG MENGANDUNG NUBUATAN
Sedangkan, apabila ada sebuah Hadits yang mengandung suatu nubuatan dan menurut para ahli Hadits itu lemah dan di za- manmu atau di zaman sebelummu nubuatan yang terkandung da- lam Hadits itu sudah menjadi kenyataan, maka anggaplah Hadits itu benar, lalu anggaplah Ahli Hadits dan perawi yang telah mene- tapkan Hadits itu sebagai dhaif (lemah) dan maudhu’(dibuat-buat) semacam itu keliru dan bohong. Terdapat ratusan banyaknya Hadits yang di dalamnya mengandung nubuatan-nubuatan, dan banyak pula di antara Hadits-hadits itu oleh sementara para muhaddits dianggap majruh (kurang sempurna) atau maudhu’ (dibuat-buat) atau dhaif (lemah).
Jadi, apabila salah satu dari Hadits-hadits itu menjadi ke- nyataan dan kamu sekalian mencoba mengelakkan dengan menga- takan bahwa Hadits itu dhaif atau salah satu dari perawinya tidak metadayyin (tidak menepati aturan agama), maka dalam keadaan demikian, yakni dengan menolak Hadits serupa itu – yang kebe- narannya telah ditampakkan Tuhan – kamu sendiri menunjukkan kehampaan dalam iman.
Bayangkanlah, jika Hadits semacam itu berjumlah seribu buah dan menurut sementara pendapat para muhadditsin, Hadits-hadits itu dhaif, tetapi seribu nubuatan yang terkandung di dalam Hadits itu terbukti kebenarannya, apakah kamu sekalian akan me- netapkan semua Hadits itu sebagai dhaif dan akan menyia-nyiakan seribu bukti mengenai kebenaran Islam? Maka dalam keadaan de- mikian kamu akan menjadi musuh Islam dan Allah Taala pun ber- firman:
- arabic -
“Maka Dia (Allah) tidak menerangkan ghaib kepada seseorang kecuali Rasul yang diridhai-Nya”. Peny.
Pendeknya, terhadap siapakah khabar ghaib atau nubuatan yang benar itu dialamatkan selain kepada seorang yang benar? Bukankah ini tak pantas ditilik dari segi keimanan untuk mengata- kan pada keadaan serupa itu, bahwa seseorang muhaddits telah berbuat keliru dengan menetapkan sebuah Hadits shahih sebagai dhaif? Atau layakkah untuk mengatakan bahwa dalam membuat Hadits palsu jadi kenyataan, Tuhan sudah melakukan suatu kekeli- ruan? Dan seandainya pun ada sebuah Hadits yang termasuk go- longan dhaif, tetapi dengan ketentuan bahwa Hadits itu tidak ber- tentangan dengan Alquran dan Sunnah serta tidak bertentangan pula dengan Hadits-hadits yang bersesuaian dengan Alquran, maka amalkanlah Hadits itu. Akan tetapi, hendaklah mengamalkan Hadits-hadits itu dengan sangat berhati-hati sekali, karena banyak- nya Hadits-hadits yang diantaranya juga termasuk maudhu’ah, yang menimbulkan kericuan di dalam tubuh Islam. Setiap firkah (aliran) berpegang pada Hadits sesuai dengan akidahnya, sehingga dalam soal shalat-pun – yang merupakan kewajiban yang pasti lagi tetap – disebabkan oleh perselisihan antar Hadits, shalat dilakukan umum dengan cara yang berlain-lainan. Sebagian mengucapkan kata “amin” dengan suara nyaring, dan ada juga yang mengucap- kannya di dalam hati saja. Sebagian pula ada yang membaca
Al-Fatihah sesudah imam, dan sebagian lagi ada yang menganggap pembacaannya merusak shalat. Sebagian pula ada yang meletakkan kedua belah tangan pada dada dan sebagian lagi di atas pusar. Asal perselisihan itu pada pokoknya terletak pada Hadits-hadits juga.
- arabic -
“Tiap-tiap golongan merasa senang dengan apa yang di tangannya”(30:33) Peny.
Padahal Sunnah menunjukkan hanya satu cara saja. Kemu- dian, campur tangan riwayat-riwayat telah menggocangkannya. Demikianlah kesalahfahaman Hadits-hadits telah membinasakan banyak orang. Golongan Syiah pun binasa karena itu juga. Sean- dainya mereka memandang Alquran sebagai unsur yang berwewe- nang memutuskan, maka dengan sebuah Surah yakni Surah
An-Nur saja dapat memberi penerangan kepada mereka. Namun Hadits-hadits telah membinasakan mereka. Demikianlah halnya di antara kaum Yahudi yang disebut Ahli Hadits, binasa pada zaman Hadhrat Almasih.[Injil sangat keras menentang alam pikiran me- reka yang diutarakan dalam Hadits-hadits dan riwayat-riwayat Talmud, yang disampaikan secara turun-menurun hingga Hadhrat Musa. Lalu dikatakan, bahwa Hadits-hadits itu adalah ilham-ilham Hadhrat Musa. Pada akhirnya terjadilah hal demikian, yaitu mereka meninggalkan Taurat dan menghabiskan seluruh waktunya membaca Hadits-hadits. Di dalam beberapa hal Talmud berten- tangan dengan Taurat. Kendati demikian kaum Yahudi beramal sesuai dengan apa yang dikatakan Talmud. Talmud yang disusun oleh Yosef Barkley, cetakan London 1888, Pen.]
Semenjak lama orang-orang itu telah meninggalkan Taurat. Dan, seperti halnya mereka sampai sekarang berakidah, dahulu pun me- reka percaya bahwa Hadits berwewenang menghakimi Taurat.
Jadi, banyak sekali Hadits serupa itu terdapat di kalangan mereka yang mengatakan, bahwa selama Ilyas belum turun kedua-kalinya dari langit dengan tubuh kasarnya, Masih Mau’ud mereka tidak akan datang. Hadits-hadits itu telah menggelincirkan mereka. Mereka itu menyandarkan diri pada Hadits-hadits itu karena itu mereka tidak menerima takwil (penjelasan) yang diberikan Hadhrat Almasih, bahwa yang dimaksudkan dengan Ilyas adalah Yohanna, yakni nabi Yahya, yang mengambil perangai dan sifat seperti Ilyas dan pula menjelmakan diri secara bayangan.
Pendek kata, semua kekeliruan mereka adalah disebabkan oleh Hadits-hadits itulah, yang pada akhirnya menjerumuskan me- reka kepada kehilangan iman. Mungkinkah kiranya orang-orang itu pun telah melakukan suatu kekeliruan pula dalam mengartikan Hadits-hadits, ataukah mungkin terdapat perbauran kata-kata manusiawi di dalam Hadits-hadits?
Walhasil, orang-orang Islam boleh jadi tidak mengetahui bahwa di kalangan kaum Yahudi, yang mengingkari Hadhrat Almasih itu justru Ahli Hadits. Mereka berbuat gaduh mengenai diri beliau dan menulis fatwa pengkafiran dan menetapkan beliau seorang kafir. Lalu mereka mengatakan, beliau tidak beriman ke- pada Kitab-kitab Ilahi; Allah Taala telah memberi khabar tentang kedatangan Ilyas kedua kalinya, dan beliau memberi takwilan-takwilan mengenai nubuatan itu. Tanpa memperhatikan kaitannya yang khas, lantas menarik-narik arti khabar-khabar itu ke jurusan lain.[Ketika fatwa pengkafiran Hadhrat Isa as. ditulis, pada waktu itu Paulus pun termasuk golongan yang mengkafirkan, tapi sesu- dah itu ia mengumandangkan diri sebagai Rasul Almasih. Orang itu pada masa Hadhrat Almasih hidup merupakan musuh beliau yang sengit. Di dalam semua Injil yang ditulis atas nama Hadhrat Almasih, di antaranya tidak ada sebuah jua pun nubuatan yang menyatakan bahwa sesudah beliau Paulus akan menjadi rasul setelah ia bertobat. Mengenai tingkah laku orang itu di masa lam- pau, kami tidak merasa perlu untuk mengutarakannya, sebab orang-orang Kristen mengetahui benar. Sungguh sayang, inilah orangnya yang selama Hadhrat Almasih tinggal di dalam negeri itu memberi banyak kesusahan kepada beliau, dan tatkala beliau diselamatkan dari tiang salib dan pergi ke jurusan Kasymir, lalu karena sebuah mimpi bohong ia memasukkan dirinya ke dalam lingkungan kaum hawari (sahabat-sahabat Almasih) dan membu- at-buat masalah Trinitas dan menghalalkan bagi orang-orang Kristen daging babi yang menurut Taurat adalah mutlak haram dan mengizinkan minum-minuman keras dengan sebebas-bebas- nya, dan memasukkan faham Trinitas ke dalam akidah Injil dengan tujuan menyenangkan hati para penyembah berhala Yunani de- ngan segala bid’ah-bid’ah itu. Pen.]
Mereka tidak hanya menyebut Hadhrat Almasih kafir saja, malah- an mulhid (tak ber-tuhan) juga. Kata mereka, seandainya orang ini benar, niscaya agama Musa batal. Zaman itu merupakan zaman kacau bagi mereka. Hadits-hadits palsu telah memperdayai mereka.
Walhasil, pada saat ketika menelaah Hadits-hadits hendak- lah diperhatikan, bahwa sebelum ini ada sebuah bangsa yang telah menetapkan Hadits sebagai berkewenangan menghakimi Taurat sampai demikian jauhnya, sehingga mereka mengatakan kafir dan dajjal kepada seorang nabi yang benar dan lagi menolaknya. Meskipun demikian bagi orang-orang Islam tersedia kitab Shahih Bukhari yang merupakan kitab yang sangat berberkat lagi berfae- dah. Kitab itulah yang didalamnya tercantum dengan jelas bahwa Hadhrat Isa as. telah wafat. Demikian pula kitab Muslim dan kitab-kitab hadits lainnya mengandung di dalamnya banyak perbendaha- raan ilmu dan masalah-masalah. Wajiblah kita mengamalkan kitab-kitab itu dengan memperhatikannya supaya tidak ada suatu masa- lah pun bertentangan dengan Alquran, Sunnah dan Hadits-hadits yang bersesuaian dengan Alquran.`
KEBEBASAN DARI DOSA TERLETAK PADA KEYAKINAN SEMPURNA
(KEIMANAN SEJATI)
Wahai para pencari Tuhan, pasanglah telinga dan dengar- lah! Tiada sesuatu yang menyamai keyakinan. Keyakinanlah yang membebaskan manusia dari dosa. Keyakinanlah yang memberi ke- mampuan untuk berbuat kebajikan. Keyakinanlah yang membuat seorang jadi seorang pecinta Tuhan yang sejati. Dapatkah kamu se- kalian melepaskan diri dari dosa tanpa keyakinan? Dapatkah kamu sekalian menahan hawa nafsu tanpa disoroti kecemerlangan sinar keyakinan? Dapatkah kamu memperoleh suatu kepuasan tanpa ke- yakinan? Apakah kamu dapat mengadakan perubahan sejati tanpa keyakinan? Dapatlah kamu sekalian memperoleh kebahagiaan se- jati tanpa keyakinan? Adakah di bawah bentangan langit ini suatu cara penebusan dosa dan fidyah yang dapat mencegahmu dari ber- buat dosa? Adakah Isa anak Maryam demikian rupa keadaannya sehingga darah tiruannya dapat melepaskanmu dari dosa? Hai ka- um Kristen! Janganlah berkata dusta serupa itu sehingga karena- nya bumi akan terpecah-belah. Untuk keselamatannya sendiri Yesus pun menggantungkan diri pada keyakinan. Beliau berkeya- kinan dan memperoleh keselamatan.
Sungguhlah sayang bagi orang-orang Kristen yang dengan mengatakan bahwa mereka telah selamat dari dosa berkat darah Almasih, telah menipu ummat manusia. Padahal mereka terbenam dari ujung kepala sampai kaki dalam lumpur dosa. Mereka tidak mengetahui siapa Tuhan mereka, bahkan kehidupan ini penuh de- ngan kelalaian. Kemabukan arak menguasai otak mereka. Namun mereka tidak tahu menahu tentang kemabukan kudus yang turun dari Langit. Mereka hampa dari kehidupan-beserta-Tuhan dari buah-buah kehidupan suci.
Maka camkanlah bahwa tanpa keyakinan kamu tak dapat keluar dari kehidupan gelap; demikian pula tak akan mendapat
Rohulkudus. Berbahagialah mereka yang memiliki keyakinan, se- bab mereka itulah yang akan menyaksikan Tuhan. Berbahagialah mere- ka yang telah selamat dari keraguan dan syak wasangka, se- bab mereka itulah yang akan memperoleh keselamatan dari dosa. Berbahagialah kamu sekalian, seandainya kamu dianugerahi harta keyakinan, sebab sesudah itu petualangan dosamu akan berakhir. Dosa dan keyakinan kedua-duanya tidak dapat berkumpul. Dapat- kah kamu memasukkan tangan ke dalam sebuah lobang yang kamu tahu di dalamnya ada seekor ular berbisa? Dapatkah kamu tetap berdiri pada suatu tempat, sedang batu-batu jatuh menghujan mun- tah dari gunung berapi, atau petir-halilintar menyambar atau singa buas menyerang atau wabah tha’un yang berdaya musnah menia- dakan ummat manusia?
Kemudian, seandainya kamu sekalian yakin akan Tuhan se- perti halnya kamu yakin kepada adanya ular, atau halilintar, atau singa, atau wabah tha’un, maka tidaklah mungkin kamu akan ber- buat kebalikannya; yaitu tidak menaati dan menempuh jalan yang akan menjuruskan kamu kepada akibat dapat hukuman, atau kamu mau memutuskan tali keikhlasan dan kesetiaanmu terhadap-Nya.
Wahai sekalian orang yang diseru kepada kebajikan dan ke- benaran! Hendaklah anda sekalian yakin, bahwa daya pesona Tuhan baru akan terjelma di dalam diri anda, dan barulah anda a- kan dibersihkan dari noda kekotoran dosa apabila hati anda telah bersimbah penuh dengan keyakinan.
Mungkin kamu akan berkata bahwa kamu sudah memiliki keyakinan; namun ingatlah bahwa perasaan itu hanyalah suatu ti- puan terhadap dirimu sendiri belaka. Keyakinan itu sekali-kali be- lumlah kamu miliki karena kamu belum menggenapi syarat-syarat yang dikehendaki. Sebabnya ialah kamu belum jera dari berbuat dosa. Kalian belum melangkahkan kaki ke muka sebagaimana se- harusnya melangkah. Kalian belum takut sebagaimana seyogianya harus merasa takut.
Pikirlah olehmu sendiri, bahwa orang yang merasa yakin bahwa di dalam lobang anu terdapat seekor ular, masakan mau ia memasukkan tangannya ke dalam lobang itu. Barangsiapa merasa yakin bahwa di dalam makanannya terdapat racun, masakan mau ia memakan makanan itu. Orang yang benar-benar melihat dengan matanya sendiri bahwasanya di dalam hutan belantara anu hidup seribu ekor singa buas, betapa mungkin ia melangkahkan kaki ke arah hutan belantara itu tanpa berhati-hati dan lengah.
Maka, betapa tangan, kaki, telinga dan matamu akan berani berbuat dosa seandainya kamu yakin akan adanya Tuhan, siksaan dan ganjaran. Dosa tidak dapat mengalahkan keyakinan. Manakala kalian melihat nyala api yang menghanguskan dan membakar, be- tapa kalian dapat menjerumuskan diri ke dalam api itu. Dinding-dinding keyakinan menjulang tinggi sampai Langit, syaitan tidak dapat memanjat dinding-dinding itu.
Barang siapa mensucikan diri, ia disucikan oleh keyakinan. Keyakinan memberikan daya kekuatan untuk menanggung derita, sehingga memungkinkan bagi seorang raja melepaskan takhta ke- rajaan dan menyandangkan pakaian kefakiran. Keyakinan mem- permudah segala kesukaran. Keyakinan memungkinkan manusia melihat Tuhan. Segala penebusan dosa adalah dusta belaka. Segala fidyah adalah batil. Segala kesucian datang melalui keyakinan. Sesuatu yang melepaskan seorang dari cengkeraman dosa, dan yang menyampaikan kepada Tuhan, dan yang memungkinkan me- lampaui derajat malaikat-malaikat di dalam keikhlasan dan kegi-
gihan, itu adalah keyakinan. Setiap agama yang tidak mempersem- bahkan perbekalan keyakinan adalah palsu. Setiap agama yang ti- dak dapat menunjukkan Tuhan melalui jalan-jalan keyakinan ada- lah palsu. Setiap agama yang di dalamnya hanya semata-mata me- ngandung kisah serta hikayat-hikayat purbakala belaka, dan tiada lain adalah palsu.
JANGAN PUAS DENGAN HIKAYAT-HIKAYAT
Tuhan, seperti halnya peri keadaan-Nya dahulu, sekarang-pun demikian peri keadaan-Nya. Kodrat-kodrat-Nya seperti halnya dahulu, sekarang pun demikian. Seperti halnya dahulu Dia berkua- sa memperlihatkan Tanda-tanda, sekarang pun demikian. Kemudi- an, mengapakah kamu merasa puas hanya dengan hikayat-hikayat belaka? Binasalah agama yang mukjizat-mukjizatnya hanya berupa dongeng-dongeng dan hikayat-hikayat saja, yang nubuatan-nubuat- annya hanya hikayat-hikayat belaka. Binasalah ummat yang kepa- danya Tuhan tidak turun dan tidak disucikan oleh tangan Tuhan dengan perantaraan keyakinan.
Seperti halnya ketika manusia melihat benda-benda jasmani yang lezat rasanya, ia tertarik kepadanya; demikian pula manusia ketika mendapat kelezatan-kelezatan rohani dengan perantaraan keyakinan, ia pun tertarik kepada Tuhan. Kejuitaan Tuhan menja- dikannya demikian rupa terpesonanya hingga segala benda lain di- pandangnya tidak berharga samasekali. Barulah manusia memper- oleh kebebasan dari dosa, apalagi ia mengetahui dengan yakin ada- nya Tuhan dan kekuasaan-Nya serta pahala dan hukuman-Nya.
Segala akar kelancangan (untuk berbuat dosa) adalah ketu- naan pengetahuan. Barang siapa memperoleh sebagian ilmu yang berdasar keyakinan, ia sekali-kali tidak akan lancang berbuat dosa. Andaikata seorang pemilik rumah mengetahui, bahwa banjir besar menuju ke rumahnya atau di sekeliling rumahnya berkobar nyala api dan hanya sedikit saja tempat yang tinggal, maka ia tidak akan diam lagi di rumah itu. Kemudian, betapa keadaan kalian, semen- tara meyakini tentang pahala dan hukuman Tuhan, akan tetap ting- gal dalam keadaan-keadaan yang berbahaya.
Maka, bukalah matamu dan perhatikanlah hukum Tuhan yang terdapat di seluruh permukaan bumi. Janganlah berbuat se- perti tikus yang inginnya menyuruk-nyuruk ke tempat kerendahan. Melainkan jadilah seperti seekor burung merpati yang terbang tinggi, menggemari suasana angkasa raya.
Sesudah kamu bai’at dengan niat hendak bertobat, kemudi- an janganlah melanjutkan petualangan dosa. Janganlah seperti see- kor ular yang meskipun telah berganti kulit, namun ia tetap ular jua. Ingatlah selalu akan maut yang terus- menerus menghampiri- mu sedangkan kamu belumlah menyadari. Berusahalah kamu hen- daknya menjadi suci karena manusia baru akan berjumpa dengan Dzat Yang Suci itu, bila ia sendiri telah menjadi suci.
SARANA UNTUK MEMPEROLEH KESUCIAN IALAH SHALAT (SEMBAHYANG)
Akan tetapi, bagaimanakah kamu sekalian akan dapat memperoleh nikmat itu? Allah swt. sendiri memberi jawaban atas pertanyaan itu. Dia berfirman di dalam Alquran.
- arabic -
“Mintalah pertolongan dari Tuhan dengan kesabaran dan shalat”
Apakah shalat itu? Shalat adalah doa yang dipohonkan de- ngan segala kerendahan hati, dan dengan penuh kesadaran menge- nai kepujian-Nya, kesucian-Nya dan kekudusan-Nya dan dengan istighfar (mohon ampunan), dan mengirimkan shalawat kepada Rasulullah saw.
Maka, apabila kamu mendirikan shalat, janganlah hendak- nya kamu seperti orang-orang yang tuna pengertian membatasi di dalam doa-doamu pada penggunaan kata-kata bahasa Arab saja, sebab shalat dan istighfar mereka itu semua merupakan upacara yang tidak disertai sesuatu hakikat. Apabila kamu mendirikan shalat, maka selain mengucapkan ayat-ayat Alquran yang merupa- kan firman Ilahi dan selain mengucapkan beberapa doa yang meru- pakan sabda Rasulullah saw. hendaklah senantiasa memanjatkan juga segala doa yang bersifat umum di dalam bahasa sendiri de- ngan kata-kata merendah-rendah, hingga terjelmalah suatu kesan di dalam kalbumu perasaan ketidak-berdayaan dan kepapaan itu.
Apakah gerangan shalat kelima waktu itu? Shalat yang kelima waktu adalah terdiri dari aneka-ragam gambaran peri ke- adaanmu. Keadaan-keadaan penting dalam kehidupanmu meliputi lima macam perubahan yang terjadi atas dirimu sekalian pada ma- sa percobaan. Perubahan-perubahan itu sungguh penting terjadinya bagi fitratmu.
1. Pertama, apabila kamu sekalian diberitahu bahwa suatu percobaan akan menimpa dirimu, umpamanya dari pengadilan da- tang suatu perintah penahanan atas dirimu. Inilah keadaan pertama yang merusak ketenteraman hati dan kebahagiaan kalian. Ya, kea- daan ini sama dengan tergelincirnya matahari, sebab dengan itu ke- bahagiaan kalian mulai surut. Sebanding dengan keadaan itu, maka shalat zhuhur ditetapkan yang waktunya adalah mulai semenjak matahari tergelincir.
2. Perubahan kedua terjadi atas dirimu, ketika kamu sangat didekatkan kepada tempat percobaan. Umpamanya, apabila kamu ditahan atas surat-perintah penangkapan, lalu dihadapkan ke muka hakim. Pada saat itu darahmu menjadi seakan-akan kering oleh ke- takutan, dan sinar ketenteraman akan berpisah dari kalian. Jadi, ke- adaan itu sama dengan saat ketika cahaya matahari menjadi pudar, dan kita dapat memandanginya serta nampak dengan jelas kini saat tenggelamnya hampir tiba. Keadaan rohani setanding dengan itu ditetapkan shalat asar.
3. Perubahan ketiga terjadi atas dirimu tatkala seluruh hara- pan memperoleh keselamatan dari percobaan itu putuslah sudah. Misalnya, seperti keadaan bila ditulis atas namamu surat vonis yang menyatakan kamu bersalah dan saksi-saksi diajukan, membe- ratkan kebinasaanmu. Itulah saat ketika kamu kehilangan keseim- bangan dan merasa diri sendiri sebagai seorang tahanan. Maka, ke- adaan itu mempunyai persamaan dengan keadaan, ketika matahari terbenam dan habislah sudah segala harapan mengenai kecerahan siang hari. Imbangan bagi keadaan rohani untuk ini ditetapkan shalat magrib.
4. Perubahan keempat terjadi atas dirimu, bila percobaan menimpa dirimu, dan kamu dikelilingi oleh kegelapan pekat, um- pamanya, setelah dinyatakan bersalah dan setelah saksi-saksi se- lesai didengar, hakim menjatuhkan hukuman, dan kamu diserahkan kepada polisi untuk dipenjarakan. Maka keadaan itu bersesuaian dengan saat bila hari telah malam, dan gelap-gulita telah menyeli- muti. Keadaan rohani setanding dengan itu ditetapkan shalat isya.
5. Kemudian, ketika kamu tinggal selama satu jangka wak- tu yang panjang dalam kegelapan musibah itu, pada akhirnya ber- geloralah kasih-sayang Tuhan dan meliputi dirimu, lalu Dia mele- paskanmu dari kegelapan itu. Misalnya, seperti sesudah gelap pada akhirnya fajar menyingsing dan cahaya hari pun dengan terang-benderangnya memperlihatkan diri. Maka imbangan untuk keada- an rohaninya ditetapkan shalat subuh.
Tuhan telah menetapkan bagi kamu sekalian waktu shalat,
setelah memperlihatkan kelima keadaan dalam perubahan-
perubahan fitratmu. Dari itu kamu sekalian dapat mengerti, bahwa
shalat-shalat itu istimewa berfaedahnya bagi dirimu sendiri.
Walhasil, apabila kamu sekalian menghendaki supaya ka- mu sekalian selamat dari percobaan-percobaan itu, maka janganlah hendaknya kamu sekalian meninggalkan shalat kelima waktu itu karena shalat merupakan bayangan perubahan-perubahan bathin dan rohani kalian.
Di dalam shalat terkandung obat untuk mencegah musibah-musibah mendatang. Kalian tidak mengetahui bagaimana takdir a- kan menjelangmu esok hari bila fajar baru akan menyingsing. Karena itu, sebelum sang kencana surya mengumandangkan hari telah siang, berkeluh-kesahlah diharibaan Tuhan, dan mohonlah agar hari itu melimpahkan kesentausaan dan keberkatan bagi kalian.
HAI PARA HARTAWAN !
Hai para hartawan, para raja dan jutawan! Di antara anda sekalian amat sedikit yang takut kepada Tuhan dan jujur dalam menempuh segala jalan-Nya. Kebanyakan mereka demikian keada- annya; hati mereka terpesona oleh kerajaan dan kekayaan duniawi, kemudian di dalam segala itu mereka melampaukan jenjang kehi- dupan mereka, dan tidak mengingat kedatangan maut. Setiap har- tawan yang tidak melakukan shalat dan tidak mengacuhkan Tuhan, maka dosa (yang diperbuat) semua pelayan dan anak-anak semang- nya dipikulkan di atas pundaknya. Setiap hartawan yang suka mi- num minuman keras akan memikul juga dosa orang-orang bawa- hannya yang ikut-serta menikmati minuman keras.
Hai orang-orang arif bijaksana! Dunia ini bukan untuk se- lama-lamanya. Mawas dirilah! Tinggalkanlah segala tindakan ber- lebih-lebihan. Hindarilah semua barang memabukkan. Bukan ha- nya arak saja membuat manusia binasa, melainkan juga candu, ganja, marijuana, morfin dan toddy (Borassus Flabellifer). Segala macam barang pemabuk yang membuat orang ketagihan, merusak otak manusia dan akhirnya membinasakan. Oleh karena itu sela- matkanlah diri kalian daripada itu. Kami tidak habis mengerti, me- ngapa pula kalian mempergunakan barang-barang serupa itu, yang karena kemalangan akibatnya setiap tahun ribuan orang semacam kalian yang suka kepada barang pemabuk terus-menerus sirna dari permukaan bumi ini. Sedangkan siksaan di alam akhirat kelak lain lagi. [Sekian banyak orang Eropa telah menderita kerugian akibat minuman keras, sebabnya ialah karena nabi Isa as. dahulu biasa minum-minuman keras-mungkin oleh karena suatu penyakit atau oleh kebiasaan dari dahulu. Akan tetapi wahai kaum muslimin, Nabi-mu saw. bersih dan Ma’sum(suci) dari segala barang mema- bukkan; sebagaimana beliau seorang ma’sum dalam arti kata se- benarnya. Maka kalian yang menyebut diri orang Islam, siapakah yang kalian ikuti? Alquran tidak menetapkan minuman keras se- perti yang Injil tetapkan. Kemudian, atas dasar apakah kalian menetapkan minuman keras sebagai halal? Apakah kalian men- duga tidak akan mati? – Pen.]
Jadilah kalian orang-orang yang mengendalikan hawa-nafsu, agar umurmu tambah panjang dan memperoleh keberkatan dari Allah. Menikmati kemewahan hidup hingga melampaui batas adalah suatu kehidupan terkutuk. Bertingkah laku buruk hingga melampaui batas serta tidak mengenal belas-kasihan adalah suatu kehidupan terkutuk. Mengabaikan rasa-kasih terhadap Tuhan atau terhadap sesama makhluk-Nya hingga melebihi batas-batasnya adalah suatu kehidupan terkutuk. Setiap hartawan akan diminta pertanggung-jawaban atas kewajiban-kewajibannya terhadap Tuhan dan terhadap sesama manusia, seperti halnya akan dimin- takan kepada seorang fakir, bahkan lebih.
Pendek kata, alangkah malangnya nasib orang yang karena mengandalkan kehidupan yang sesingkat ini, lalu sama sekali membuang muka terhadap Allah, dan mempergunakan barang-barang yang diharamkan Allah tanpa takut-takut, seakan-akan barang-barang itu halal bagi dia; dalam keadaan marah ia seperti orang gila tidak segan-segan mencaci-maki, melukai dan membu- nuh seseorang dan dalam bergeloranya syahwat ia bertingkah jauh dari rasa malu hingga ke puncaknya, maka ia tidak akan mempero- leh kebahagiaan sejati hingga mati.
Wahai kalian yang kusayangi! Anda sekalian singgah di dunia ini hanya untuk sekejap saja, dan itu pun sebagian besar te- lah anda lalui. Oleh karena itu janganlah membangkitkan amarah Tuhan. Suatu pemerintahan manusiawi yang lebih berkuasa dari anda, jika marah terhadap anda, ia dapat membinasakan anda. Maka bayangkanlah betapa anda dapat menyelamatkan diri dari kemurkaan Allah Taala. Apabila pada pemandangan Allah anda dianggap seorang yang bertakwa, tidak ada seorang pun yang dapat membinasakan anda. Dia sendiri akan melindungi anda dan musuh anda yang selalu mengintai jiwa anda tidak akan menguasai anda. Kalau tidak demikian tiada yang akan melindungi nyawa anda, dan anda akan terus menerus dibayangi ketakutan oleh musuh dan da- lam keadaan malapetaka anda akan hidup dalam keadaan gelisah dan hari-hari terakhir dalam hayat anda akan berlalu dengan penuh duka-cita dan kejengkelan. Tuhan akan melindungi mereka yang menyandarkan diri pada-Nya.
Oleh karena itu datanglah kepada Tuhan dan tinggalkanlah segala hal yang bertentangan dengan Dia dan janganlah lalai dalam menunaikan kewajiban terhadap-Nya dan janganlah menganiaya hamba-hamba-Nya baik dengan lidah maupun dengan tangan dan senantiasa takut akan kemurkaan dari Langit, sebab inilah jalan untuk memperoleh keselamatan.[Barang siapa menunjukkan ke- murkaan secara berlebih-lebihan akan dibinasakan dengan ke- murkaan itu juga. Oleh sebab itulah Tuhan dalam Surah Al-Fatihah menyebut orang-orang Yahudi dengan sebutan
-arabic - . Hal itu mengisyaratkan kepada kenyataan, bahwa tiap-tiap orang yang berdosa akan mencicipi kemurkaan Tuhan pada hari kiamat. Akan tetapi orang yang tanpa alasan murka di dunia ini, di dunia ini pula ia mencicipi murka Ilahi. Kemurkaan dari pihak orang-orang Kristen dibandingkan dengan kemurkaan dari pihak Yahudi di dunia ini tidak nampak. Oleh karena itu di
dalam Surah Al-Fatihah mereka disebut - arabic - . Adapun
kata – arabic – itu mengandung dua makna. Pertama berarti,
mereka itu sesat dan arti kedua ialah, mereka akan hilang. Hal itu
pada hematku merupakan suatu khabar suka, bahwa pada suatu
waktu mereka akan diselamatkan dari agama palsu, lalu akan
masuk ke dalam pangkuan Islam, dan setahap demi setahap
melepaskan kepercayaan-kepercayaan musyrik dan kebiasaan
yang tercela atau memalukan, lalu akan menjadi orang-orang
bertauhid seperti orang-orang Islam.
Pendek kata, dalam - arabic – yang pada akhir Surah Al-
Fatihah, menurut arti kedua, yakni terpadunya dan berasimila-
sinya (hilangnya) suatu benda ke dalam wujud benda lain, mengan-
dung nubuatan mengenai masa depan orang-orang Kristen – Pen.]
WAHAI PARA ULAMA!
Wahai para ulama Islam, janganlah anda sekalian tergesa-gesa mendustakanku, sebab banyak sekali rahasia yang orang-orang tidak dapat memahaminya dengan segera. Janganlah serta merta menolak sesuatu, begitu anda mendengar sesuatu, sebab si- kap semacam itu tidaklah sesuai dengan ketakwaan. Sekiranya ti- dak terdapat kesalahan-kesalahan di antara anda sekalian dan seki- ranya anda sekalian tidak mengartikan Hadits-hadits secara terbo- lak-balik, maka kedatangan Masih yang dijanjikan sebagai Hakam itu akan sia-sialah.
Sebelum anda pun terdapat contoh yang dapat diambil pela- jaran. Di mana anda menekankan pada suatu hal, dan kemana pun anda melangkahkan kaki, ke tempat itu pula orang-orang Yahudi melangkahkan kaki. Yakni, seperti halnya anda sekalian menanti-nantikan kedatangan Hadhrat Isa untuk kedua kalinya, mereka pun menunggu-nunggu kedatangan nabi Ilyas untuk kedua kalinya. Mereka mengatakan Almasih baru akan datang apabila nabi Ilyas yang telah dinaikkan ke langit turun ke dunia untuk kedua kalinya. Siapa-siapa yang mengaku dirinya Almasih sebelum turun nabi Ilyas untuk kedua kalinya, orang itu pendusta. Mereka mempunyai tanggapan serupa itu bukan hanya berdasar pada Hadits-hadits, bahkan Kitab Ilahi, yakni Kitab Malaki, mengemukakan kesaksian mengenai itu.
Akan tetapi, ketika Hadhrat Isa as. mengaku dirinya seba- gai Masih yang dijanjikan untuk orang-orang Yahudi, dan nabi Ilyas tidak juga turun dari langit yang dianggap syarat untuk pe- ngakuan itu, maka segala akidah orang-orang Yahudi itu terbukti jadi bathil. Apa yang dahulu dikira oleh orang-orang Yahudi, bah- wa nabi Ilyas dengan tubuh kasarnya ini akan turun dari langit, pa- da akhirnya terbuka arti demikian, bahwa ada orang lain akan me- nampakkan diri, sedang ia memiliki watak dan sifat seperti Ilyas. Makna itu dijelaskan oleh Hadhrat Isa sendiri, yang anda sekalian hendak turunkan dari langit untuk kedua kalinya.
Walhasil, mengapakah anda sekalian tergelincir di tempat orang-orang Yahudi dahulu tergelincir? Di negeri anda terdapat ribuan orang yahudi, maka cobalah anda menanyakan kepada me- reka, apakah mereka tidak mempercayai hal seperti anda sekalian percayai?
Oleh karena itu, kalau demi kepentingan Isa, Tuhan tidak menurunkan nabi Ilyas dari langit dan terpaksa mengemukakan tamsilan-tamsilan mengenainya dihadapan orang-orang Yahudi, mengapakah Dia akan menurunkan Isa untuk anda sekalian, yang anda sekalian ingin turunkan untuk kedua kali? Anda sekalian me- ngingkari keputusan-Nya juga. Seandainya ragu-ragu, di negeri ini terdapat ratusan ribu orang Kristen dan Injil mereka pun masih ada, maka tanyakanlah kepada mereka. Tidakkah benar nabi Isa berkata, bahwa nabi Ilyas yang akan datang untuk kedua kali itu Yohana, yakni, Yahya jugalah. Dengan pernyataan demikian, beliau sama sekali telah memusnahkan harapan orang-orang Yahudi semenjak dahulu.
Jika sekarang perlu nabi Isa itu juga yang harus turun dari langit, maka dalam keadaan demikian Hadhrat Isa as. tidak dapat dianggap nabi yang benar, sebab apabila kembali dari langit terma- suk sunnah Ilahi, maka mengapakah nabi Ilyas tidak kembali lagi dan mengapakah pada tempat ini Yahya ditetapkan sebagai Ilyas dalam tamsilan? Hal itu merupakan bahan renungan bagi orang-orang berakal.
Selain itu, menurut kepercayaan anda sekalian Masih ibnu Maryam akan turun dari Langit untuk mengemban suatu tugas, yaitu, bersama-sama Imam Mahdi melancarkan perang untuk mengislamkan orang-orang dengan jalan kekerasan. Kepercayaan semacam itu sungguh mencemarkan nama-baik Islam. Dimanakah tertulis dalam Alquran, bahwa untuk kepentingan agama tindakan kekerasan dibenarkan? Bahkan Allah Taala berfirman dalam Alquran :
- arabic -
“Tidak ada paksaan di dalam urusan agama”.
Lalu, mengapakah Masih ibnu Maryam akan diberi hak un- tuk menggunakan kekerasan demikian jauhnya sehingga – kecuali memeluk agama Islam atau dibunuh – Jizyah atau upeti pun tidak akan diterima dari seseorang. Di tempat manakah dan pada juz ser- ta surah manakah di dalam Alquran tercantum semacam itu? [Seandainya dikatakan bahwa untuk orang-orang Arab dahulu berlaku perintah supaya mereka di islamkan dengan kekerasan, maka jalan pikiran semacam itu sekali-kali tidak dapat dibuktikan oleh Alquran. Bahkan ternyata, sebab seluruh bangsa Arab telah senantiasa amat menyusahkan Nabi saw. dan banyaklah sahabat – baik pria maupun wanita – telah mereka bunuh, sedang orang yang selamat dari tebasan pedang, mereka enyahkan dari tanah tumpah darahnya, maka semua orang yang telah melakukan tindak kejahatan pembunuhan atau membantu lakukan kejahatan itu, pa- da pemandangan Allah semuanya patut dibalas dengan penumpa- han darah yang setimpal dengan penumpahan darah oleh mereka. Mengenai mereka itu hukuman yang seyogianya harus diberlaku- kan adalah hukum bunuh, sebagai hukum pembalasan. Akan tetapi Tuhan Yang Maha Pengasih di atas segala pengasih memberi keri- nganan, yaitu, jika di antara mereka ada yang masuk Islam, maka kesalahan-kesalahan yang dahulu ia kerjakan dan karenanya patut dihukum mati, akan diampuni. Walhasil, alangkah jauh bedanya sifat kasih- sayang ini dari kekerasan – Pen.]
Seluruh isi Alquran berulang-ulang mengatakan, bahwa da- lam urusan agama tidak ada paksaan dan dinyatakan dengan seje- las-jelasnya, bahwa peperangan-peperangan yang dilancarkan di masa Rasulullah saw. bukanlah dalam rangka penyiaran agama dengan jalan paksaan, melainkan sebagai hukuman, yakni bertuju- an menghukum orang-orang yang telah mengusir sebagian mereka dari tanah air mereka dan yang telah berbuat sangat aniaya.
Sebagaimana Allah Taala berfirman:
- arabic -
“Diizinkan kepada orang-orang Islam yang sedang diperangi orang-orang kafir untuk melawan, disebabkan teraniaya. Dan Allah berkuasa untuk menolong mereka” (22:40)
atau peperangan itu bersifat mempertahankan diri terhadap mereka yang mendahului serangan untuk menghancurkan Islam, atau melarang dengan kekerasan usaha penyebaran Islam di negeri mereka, sebagai pembelaan hak-hak pribadi, atau peperangan un- tuk menciptakan kemerdekaan dalam negeri.
Selain ketiga macam (peperangan) itu, Rasulullah saw. dan para khalifah beliau yang suci, tidak pernah melancarkan suatu pe- perangan. Bahkan Islam telah demikian menderita keaniayaan dari bangsa-bangsa bukan-Islam, sehingga tak ada tara bandingannya pada bangsa-bangsa lain. Maka, bagaimanakah corak Isa Almasih dan Imam Mahdi yang datang-datang lantas mulai membunuhi manusia, sehingga beliau itu tidak menerima upeti dari seorang ahlulkitab sekalipun. Dan ayat yang berbunyi:
- arabic -
[“Hingga mereka membayar upeti dengan kemauan sendiri, dalam keadaan mereka takluk” (9:29) ] – peny.
pun akan dimansukhkan atau dianggap tidak berlaku. Bagaimana- kah beliau dapat disebut pembela agama Islam seandainya beliau datang-datang terus membatalkan ayat-ayat Alquran, yang dimasa Rasulullah saw. pun tidak pernah dimansukhkan? Dan, kendati de- ngan adanya perubahan besar demikian itu pun tidak akan menda- tangkan suatu cela dalam (arti) Khatam Nubuwwat.
Pada masa sekarang ini setelah lewat seribu tigaratus tahun semenjak zaman kenabian (Rasulullah saw.) dan di dalam tubuh agama Islam sendiri terjadi perpecahan menjadi tujuh puluh tiga golongan, hendaknya tugas Almasih yang sejati ialah, ia menun- dukkan hati orang-orang dengan dalil-dalil dan bukan dengan pe- dang serta mematahkan kepercayaan salib dengan bukti nyata dan benar. Dan bukan dengan memecah-mecahkan salib-salib yang ter- buat dari perak atau emas atau perunggu atau kayu.
Seandainya anda akan memaksakan juga, maka tindak pak- sa itu sendiri cukuplah menjadi keterangan atas kenyataan bahwa anda tidak memiliki keterangan mengenai kebenaran anda. [Sebagian orang yang tidak mengerti, mengecamku, seperti orang dari kalangan surat kabar “Almanar” juga telah lakukan; kata- nya, “karena orang ini tinggal di negeri jajahan Inggeris, maka ia melarang berjihad”. Orang yang tidak mengerti itu tidak menya- dari bahwa, jika aku hendak pura-pura menyenangkan hati peme- rintah ini (Inggeris, Pen.) mengapa aku berulang kali mengata- kan; Isa ibnu Maryam wafat secara wajar di kota Srinagar, Kasymir, setelah selamat dari tiang salib dan beliau bukanlah Tuhan, bukan pula anak-Allah. Apakah orang-orang Inggeris yang fanatik agama tidak akan sakit hati terhadapku karena kalimat itu?
Maka dengarkanlah, hai orang-orang yang kurang penger- tian!. Aku sekali-kali tidak menjilad pemerintah itu, bahkan sebe- narnya ialah, terhadap suatu pemerintah yang sedikit pun tidak mengadakan campur tangan dalam agama Islam dan dalam upa- cara-upacara keagamaan, dan untuk memajukan agamanya sen- diri tidak mempergunakan pedang terhadap kita, menurut Alquran suci peperangan agama haram hukumnya, sebab mereka pun tidak melancarkan jihad agama.
Kita merasa perlu berterima-kasih kepada pemerintah itu, sebab tugas yang tidak dapat kita lakukan, sekalipun di Mekkah dan Madinah, di negeri ini dapat kita lakukan. Itulah suatu hikmah Ilahi, mengapa aku dilahirkan di negeri ini. Patut-kah aku meren- dahkan kebesaran hikmah Ilahi itu? Dan, sebagaimana di dalam ayat Alquran suci yang berbunyi:
- arabic -
“Dan Kami melindungi mereka berdua di suatu tanah tinggi yang datar, yang banyak padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir” (23-51), Pen.
Allah Taala memberi pengertian kepada kita bahwa sesu- dah peristiwa salib Dia melepaskan Isa Almasih dari malapetaka salib, Dia menempatkan beliau beserta ibunya pada tempat di bu- kit yang tinggi dan keadaannya demikian rupa sehingga merupa- kan tempat yang nyaman, dan di tempat itu mengalir mata-mata air, yakni di kota Srinagar, Kasymir. Demikian pula Tuhan telah memberi tempat nyaman kepadaku pada bukit-tinggi-pemerintah itu, di mana tangan orang-orang pembuat onar tidak dapat men- jangkau. Di negeri ini sumber mata air ilmu-ilmu yang benar me- ngalir, lagi aman dari serangan orang-orang pembuat onar. Lalu, tidak layakkah kami berterima-kasih atas kebaikan-kebaikan pemerintah itu? – Pen.]
Setiap orang yang kurang pengertian dan yang berwatak aniaya, bila dibuat tidak berdaya oleh dalil segera meraih pedang dan bedil. Akan tetapi agama yang penyebaran ajarannya hanya mengandalkan pada pedang semata-mata dan bukan dengan suatu cara lain, sekali-kali bukan dari Allah.
Jika anda sekalian belum dapat meninggalkan jihad serupa itu dan bahkan dengan angkara murka menamakan orang-orang suci sebagai dajjal dan mulhid (tidak bertuhan), maka kami akan mengakhiri uraian ini dengan dua kalimat sebagai berikut:
- arabic -
“Katakanlah, hai orang-orang ingkar, aku tidak menyembah apa yang kau sembah! (109:2,3), Peny.
Di masa berkecamuknya perpecahan dan perselisihan di dalam (di kalangan ummat Islam sendiri, Peny.), kepada siapakah Masih dan Mahdi – yang dikhayalkan oleh anda sekalian – akan menghunus pedang?
Tidakkah pada hemat para Ahli Sunnah pantas orang-orang Syiah dibasmi dengan pedang? Dan, tidakkah pada pandangan orang-orang Syiah pantas orang-orang Ahli Sunnah semuanya dibasmi dengan pedang?
Jadi, manakala firkah-firkah atau aliran-aliran di dalam agama anda sendiri, menurut kepercayaan anda layak dihukum, maka kepada siapa saja anda hendak melancarkan jihad?
Akan tetapi ingatlah, Tuhan tidak bergantung pada pedang. Dia akan menyebarkan agama-Nya di atas permukaan bumi ini disertai Tanda-tanda samawi dan tiada seorang pun merintangi-Nya. Camkanlah, kini Isa sekali-kali tidak akan turun, sebab per- nyataan yang akan beliau sampaikan pada hari kiamat, sesuai dengan kandungan ayat:
- arabic -
“Maka ketika Engkau wajatkan daku” (5:118), Peny.
yang didalamnya dengan sejelas-jelasnya terdapat pengakuan be- liau tidak akan datang kedua kalinya ke dunia. Helah yang akan beliau kemukakan pada hari kiamat ialah, beliau tidak tahu menahu tentang kerusakan orang-orang Kristen. Sekiranya beliau datang sebelum kiamat, itukah jawaban yang akan beliau berikan, bahwa beliau tidak tahu menahu tentang kerusakan orang-orang Kristen?
Walhasil, di dalam ayat itu beliau dengan jelas menyatakan bahwa beliau tidak pernah datang dua kali ke dunia. Dan seandai- nya beliau bakal datang sebelum kiamat dan akan tinggal empat puluh tahun lamanya di dunia, maka dengan menyatakan beliau tidak tahu menahu tentang keadaan orang-orang Kristen beliau berdusta di hadapan Allah Taala. Seyogianya beliau harus menga- takan, bahwa pada waktu beliau datang untuk kedua kalinya ke dunia, beliau dapati kurang lebih empat ratus juta orang Kristen, dan beliau menyaksikan semuanya, serta beliau mengetahui benar kerusakan mereka itu dan beliau pantas menerima hadiah, karena beliau telah mengislamkan semua orang Kristen dan telah mema- tahkan palang-palang salib. Alangkah dustanya jika Isa akan me- ngatakan, bahwa beliau tidak tahu menahu!
Pendek kata, di dalam ayat ini dengan jelas sekali terdapat pengakuan Almasih, bahwa beliau tidak akan datang untuk kedua kalinya ke dunia. Yang benar ialah, Almasih telah wafat. Kubur- annya terdapat di kampung Khanyar, Srinagar. [Seorang Yahudi pun membenarkan kenyataan, bahwa kuburan yang terletak di Srinagar dibangun seperti kuburan para nabi orang-orang Yahudi. Lihatlah Halaman tambahan sebagai catatan (pen). Lihat halaman 110,111,112 dan 113, Peny.]
Sekarang Tuhan sendiri akan turun dan akan memerangi orang-orang yang memerangi kebenaran. Berperangnya Tuhan tidak pada tempatnya untuk dicela, sebab peperangan itu berlaku sebagai Tanda-tanda, sedangkan peperangan manusia patut dicela, karena mengambil bentuk tindak kekerasan.
Sungguh sayang bagi para kiayi itu, sebab seandainya me- reka jujur, maka mereka dengan menempuh jalan ketakwaan dapat mengambil segala macam cara supaya mereka puas. Memang, Tuhan telah memberi kepuasan kepada pribadi-pribadi suci, akan tetapi orang-orang yang memiliki adonan sama dengan adonan Abu Jahal, mereka menempuh cara yang ditempuh Abu Jahal. Seorang kiayi dari kota Merruth (India) memberitahukan dengan perantaraan surat tercatat, bahwa di kota Amritsar ada sebuah per- temuan yang diselenggarakan oleh perhimpunan Nadwatul Ulama, dan kami diminta supaya datang ke tempat itu untuk me- ngadakan diskusi. Akan tetapi hendaklah diketahui bahwa seandai- nya niat lawan-lawan kami itu baik dan tidak mempunyai pikiran kalah me- nang, maka untuk kepuasan hati mereka apa perlunya menekankan harus diadakan di Nadwah dan sebagainya. Kami tidak meman- dang alim-ulama dari kota Nadwah lain dari kota Amritsar. Mereka mempunyai akidah serupa, sejenis dan sebahan juga. Pintu terbuka bagi setiap orang untuk datang ke kota Qadian, akan tetapi jangan untuk berdebat, melainkan untuk mencari kebenaran dan mende- ngarkan uraian kami. Jika masih ragu-ragu, bolehlah mereka me- nyingkap tabir keraguan mereka dengan cara sopan-santun. Selama mereka tinggal di Qadian, mereka akan diperlakukan sebagai tamu. Kami tidak memerlukan Nadwah dan sebagainya dan tidak meng- hajatkan mereka. Semua orang itu musuh kebenaran. Akan tetapi kebenaran senantiasa tersebar di dunia ini.
Tidakkah hal ini merupakan suatu mukjizat yang gilang-gemilang? Karena, duapuluh tahun sebelum ini telah diungkapkan dengan perantaraan ilham di dalam kitab “Barahin Ahmadiyah” bahwa, “Orang-orang akan berusaha keras untuk menggagalkan engkau dan untuk itu mereka berusaha mati-matian. Akan tetapi Aku akan menjadikan kamu suatu Jemaat besar”.
Wahyu itu turun pada saat ketika aku tidak mempunyai
pengikut seorang pun. Kemudian, setelah pengakuanku tersiar, lawan-lawanku berusaha mati-matian namun pada akhirnya - sesuai dengan nubuatan di atas – Jemaat ini telah berkembang. Sekarang sampai hari ini (1902 – Peny.) di tanah India Jemaat ini berjumlah seratus ribu orang lebih sedikit.
Andaikata Nadwatul Ulama ingat akan mati, niscaya mere- ka akan menyadari setelah menelaah kitab “Barahin Ahmadiyah” dan dokumen-dokumen pemerintah; apakah itu suatu mukjizat atau bukan? Lalu, apabila Alquran dan mukjizat kedua-duanya telah dikemukakan, untuk maksud apa pula diadakan diskusi?
Demikian pula keadaan para Gadinasyin dan Prizada di negeri ini (India), demikian jauhnya melantur dari agama serta demikian sibuknya siang-malam di dalam aneka kebid’ahan sehingga sekelumit pun tidak mereka menyadari kesulitan-kesulitan dan kemalangan-kemalangan yang sedang diderita Islam
{Gadinasyin ialah seorang tokoh yang mewarisi kedudukan mulia seorang rohaniawan yang martabatnya disetarafkan dengan seorang bangsawan. Di antara fungsinya ialah memelihara pekuburan rohaniawan moyangnya. Adapun Pirzada ialah anak-cucu seorang Pir yang mempunyai kedudukan sangat tinggi di kalangan kaum agama (Islam) pemujanya. Peny.}
Jika berkunjung ke pertemuan-pertemuan mereka, akan nampaklah kepada kita, bukanlah kesyahduan pengajian Alquran dan kitab-kitab Hadits yang terdengar, melainkan kita mendengar bermacam ragam alat bunyi-bunyian; tambur, gitar, rebana dan juru-juru tembang atau Kawal (Urdu, Peny.) dan sarana-sarana bid’ah lainnya. Namun demikian mereka mengaku diri pemuka-pemuka Islam dan membanggakan diri sebagai pengikut Nabi saw. Sebagian mereka mengenakan pakaian wanita, tangan mereka diurapi warna daun pacar; mengenakan gelang-gelang; dan mereka lebih menyukai dendangan syair-syair daripada pengajian Alquran suci di dalam pertemuan-pertemuan mereka. Semua ulah itu merupakan karat-karat yang demikian menahunnya sehingga sukar dibayangkan betapa cara menghilangkannya. Meskipun demikian Tuhan akan memperlihatkan kekuasaan-Nya dan menolong Islam.
HALAMAN TAMBAHAN
KESAKSIAN SEORANG BANGSA ISRAIL, AHLI TAURAT,
MENGENAI KUBURAN ALMASIH
Terjemahan:
Saya memberi kesaksian, bahwa saya telah melihat sebuah gambar yang dimiliki Mirza Ghulam Ahmad Sahib dari Qadian; dan sesungguhnya gambar itu benar suatu bangunan kuburan dari tipe kuburan asal Bani Israil. Dan, memang bangunan itu kuburan pemuka-pemuka Bani Israil. Saya melihat gambar itu hari ini ketika saya menulis kesaksian ini, yakni pada tanggal 12 Juni 1899 M.
ttd.
Salman Yusuf Yashaq
(Seorang saudagar)
Saya menyaksikan bahwa Salman bangsa Yahudi telah menulis kesaksian ini di hadapan saya.
ttd.
Mufti Mohammad Sadiq
dari Behra
Karyawan Kantor Akuntan Jenderal, Lahore.
Saya menyaksikan dengan nama Allah, tulisan tersebut ditulis oleh Salman bin Yusuf, dan sesungguhnya ia seorang terkemuka Bani Israil.
ttd.
Sayyid Abdullah
dari Bagdad
Surat kabar “Corriere de Ila Sera” yang paling terkemuka di Itali Selatan menyiarkan berita aneh seperti berikut:
Pada tanggal 13 Juli 1879 telah meninggal seorang rahib tua usia bernama Kour yang pada masa hidupnya terkenal sebagai seorang wali. Ia meninggalkan harta kekayaan. Dan Gubernur – setelah mencari-cari sanak saudaranya – telah menyerahkan dua ratus ribu franc kepada mereka(seharga seratus delapan belas ribu tujuh ratus limapuluh rupees India) yang terdiri dari mata uang asal berbagai negeri, dan ditemukan di dalam gua tempat sang rahib tinggal semenjak waktu lama sekali. Di samping uang ada beberapa helai kertas yang diterima oleh sanak saudaranya, tapi mereka tidak dapat membacanya. Beberapa sarjana ahli bahasa Iberani mendapat kesempatan melihat kertas-kertas itu. Suatu hal aneh yang diketahui mereka ialah kertas-kertas itu tertulis dalam bahasa Iberani kuno sekali. Tatkala kertas-kertas itu dibaca, maka di dalamnya tercantum kalimat-kalimat ini:
“Petrus si penangkap ikan, khadim Yesus anak Maryam, berbicara kepada orang-orang atas nama Allah dan sesuai dengan keridhaan-Nya.”
Surat itu diakhiri dengan kata-kata demikian:
“Saya, Petrus, penangkap ikan, telah mengambil keputusan
untuk menulis kata-kata cinta ini atas nama Yesus; dan ketika saya berusia sembilan puluh tahun bertempat di Bolair dekat Rumah-Suci Tuhan tiga Hari Raya Paskah (yakni tiga tahun) setelah junjungan dan majikan saya, Yesus anak Maryam.”
Sarjana-sarjana itu mengambil kesimpulan, naskah itu berasal dari zaman Petrus. London Bible Society pun berpendapat demikian. Setelah diperiksa dengan teliti, London Bible Society bermaksud mengambil kertas-kertas itu dengan memberi imbalan sebesar empat ratus ribu Lira (duaratus tigapuluh tujuh ribu limaratus rupees India).
Surat itu selanjutnya berbunyi:
“Doa Yesus anak Maryam (salam bagi kedua-duanya). Beliau bersabda, Wahai Tuhanku, aku tiada berkemampuan menundukkan sesuatu yang kupandang buruk. Begitu pula aku tak memperoleh kebajikan yang kudambakan. Namun orang-orang lain telah memiliki ganjarannya, sedang aku belum. Tetapi kebesaranku terletak pada pekerjaanku. Tiada seorang pun lebih buruk keadaannya daripada keadaan diriku.
Wahai Tuhan-ku Yang Mahagung dari segala yang teragung, sudilah kiranya maafkan dosa-dosaku!
Wahai Tuhan, jangan hendaknya demikian jadinya, yaitu aku menjadi sasaran tuduhan musuh-musuhku. Jangan pula aku menjadi hina pada pemandangan sahabat-sahabatku. Dan, jangan-jangan ketakwaanku menjerumuskan daku ke dalam musibah-musibah. Jangan-jangan dunia ini menjadi tempat yang amat menyenangkan bagiku atau menjadi tujuan besar bagiku. Dan janganlah orang yang tidak berbelas kasih menguasai diriku.
Wahai Tuhan Yang Amat Kasih Sayang! Berbuatlah demikian demi kasih sayang Engkau! Engkau memang kasih sayang terhadap semua yang mendambakan percikan kasih sayang Engkau!”
--------------------
SEJUMPUT NASIHAT BAGI KAUM WANITA
Pada zaman kita ini beberapa bid’ah tertentu telah menjala- ri kalangan wanita juga. Mereka memandang dengan pandangan amat buruk terhadap masalah poligami. Mereka seakan-akan tidak percaya terhadap masalah itu. Mereka tidak mengetahui, bahwa di dalam syariat Tuhan terkandung segala macam obat.
Maka seandainya di dalam agama Islam tidak ada peraturan poligami (beristeri lebih dari seorang), maka apabila kaum pria di- hadapkan kepada keadaan-keadaan yang memaksa mereka kawin kedua, maka di dalam syariat ini tidak akan terdapat obatnya untuk itu.
Umpamanya, jika sang isteri menjadi gila atau kena penya- kit lepra atau selamanya mengidap suatu penyakit serupa itu se- hingga menjadikannya tidak berfungsi atau pun karena timbul sua- tu keadaan di mana sang isteri patut dikasihani, tetapi tidak ber- fungsi dan sang suami pun patut dikasihani, karena tidak dapat ber- sabar hidup seorang diri, maka keadaan serupa itu merupakan sua- tu keaniayaan terhadap kekuatan kelaki-lakiannya, jika ia tidak di- perkenankan kawin kedua. Sebenarnya syariat Tuhan telah mem- perhatikan kasus-kasus serupa itu dan telah membuka jalan bagi kaum pria.
Pada keadaan-keadaan memaksa, bagi kaum wanita pun a- da jalan terbuka, yaitu bila sang suami tidak berfungsi, mereka da- pat menuntut khula dengan perantaraan hakim, sebagai pengganti talak.
Syariat Tuhan merupakan sebuah toko obat. Jadi, seandai- nya toko itu tidak menyediakan obat bagi segala macam penyakit, toko itu tidak dapat berjalan.
Maka renungkanlah, apakah tidak benar kaum pria kadang-kala dihadapkan kepada beberapa kesulitan demikian rupa sehing- ga mereka dalam keadaan terpaksa kawin lagi, dan apakah guna- nya syariat yang di dalamnya tidak memungkinkan untuk mengo- bati segala macam kesulitan?
Perhatikanlah, berkenaan dengan masalah talak di dalam Injil, hanyalah zina yang menjadi syarat. Sedangkan ratusan ma- cam sebab lainnya yang dapat menimbulkan permusuhan menda- lam antara kaum pria dan wanita, sedikit pun tidak disebut-sebut mengenai itu. Oleh karena itu umat Kristen tidak dapat menahan diri (mentolerir) terhadap kekurangan itu dan pada akhirnya di Amerika terpaksa dibuat suatu undang-undang perceraian. Maka pikirlah sekarang, dengan adanya undang-undang ini, ke manakah Injil pergi?
Wahai kaum wanita, janganlah berkecil hati! Kitab yang anda miliki tidak menggantungkan diri pada perubahan yang dila- kukan tangan manusia, seperti halnya Injil. Sebagaimana hak-hak bagi kaum pria terjamin, demikian pula hak-hak bagi kaum wanita pun terjamin di dalam Kitab (Alquran) itu.
Apabila seorang isteri tidak sudi suaminya menikah lagi (berpoligami) ia dapat menuntut khula dengan perantaraan hakim.
Tuhan merasa wajib agar segala macam keadaan yang akan dihadapi kaum muslimin, disebutkan oleh-Nya di dalam syariat-Nya supaya syariat jangan ternyata tak sempurna.
Maka wahai kaum wanita! Janganlah anda berkeluh kesah kepada Tuhan apabila suami-suami anda sekalian bermaksud untuk kawin lagi. Melainkan hendaklah anda sekalian berdoa, semoga Tuhan memelihara anda dari musibah dan percobaan. Tidak syak lagi, bahwa seorang laki-laki yang setelah memperisteri dua orang tetapi ia tidak berlaku adil, ia sangat berbuat aniaya dan patut di- minta pertanggung-jawaban. Akan tetapi oleh karena ketidaktaatan kepada Tuhan, anda sendiri janganlah ditanyai mengenai perbuatan masing-masing. Apabila pada pemandangan Allah anda dinilai se- bagai orang saleh, maka suami anda pun akan dijadikan saleh. Sekalipun syariat membenarkan poligami dengan mengingat ber- bagai kemaslahatan, namun demikian undang-undang takdir terbu- ka bagi anda. Jika peraturan syariat tidak sanggup anda pikul, ma- ka manfaatkanlah undang-undang takdir dengan perantaraan doa. Sebab undang-undang takdir dapat mengalahkan peraturan syariat juga.
Jalanilah takwa! Janganlah hati anda lekat pada dunia be- serta segala pesona keindahannya itu. Janganlah membanggakan kebangsawanan. Janganlah mencemoohkan serta menertawakan seorang wanita lain. Janganlah menuntut dari sang suami sesuatu yang melebihi kemampuannya. Berusahalah agar anda masuk ke- lobang kubur dalam keadaan anda ma’sum dan suci. Janganlah ma- las dalam menunaikan kewajiban-kewajiban terhadap Tuhan; men- dirikan shalat, membayar zakat dan sebagainya. Patuhilah suami-suami anda sekalian dengan segenap hati dan jiwa. Banyaklah ba- gian kehormatan mereka ada pada tangan anda sekalian. Tunaikanlah tanggung-jawab anda ini dengan sebaik-baiknya, de- mikian rupa sehingga anda sekalian terhitung di sisi Allah di dalam golongan wanita-wanita saleh dan patuh. Janganlah boros dan membelanjakan kekayaan suami secara tidak pada tempatnya. Janganlah mencuri. Janganlah berkeluh kesah. Hendaknya seorang wanita jangan melemparkan tuduhan palsu terhadap wanita lain atau laki-laki lain.
KATA-KATA PENUTUP
Semua wejangan yang kami tuliskan ini mengandung mak- sud agar Jemaat kita maju dalam menghayati rasa takut kepada Allah Taala, dan agar mereka menyelarasi keadaan di mana kemur- kaan Tuhan yang sedang melanda bumi ini jangan sampai menyen- tuh mereka. Dan agar di dalam hari-hari berkecamuknya wabah tha’un mereka diselamatkan secara istimewa. Ketakwaan sejati (wahai, alangkah langkanya ketakwaan sejati) menarik keridhaan Ilahi. Sedangkan Tuhan bukan melalui cara biasa menyelamatkan seorang mutaki sempurna dari malapetaka, melainkan sebagai sua- tu Tanda.
Setiap penipu atau orang yang tuna kebijakan mengaku o- rang mutaki. Namun orang mutaki yang sebenarnya ialah, yang ke- takwaannya dibuktikan oleh Tanda Ilahi. Setiap orang dapat me- ngatakan, bahwa ia mencintai Allah, namun orang-orang yang mencintai Allah ialah yang kecintaannya dibuktikan oleh kesaksian dari langit. Dan setiap orang mengatakan bahwa agamanya benar, namun agama yang benar-benar kepunyaan orang itu ialah yang di- dapati olehnya Cahaya di dunia ini juga.
Setiap orang mengatakan, bahwa ia akan memperoleh najat (keselamatan), namun yang benar dalam pengakuannya itu ialah yang menyaksikan binar cahaya najat di dunia ini juga. Maka, berusahalah kamu sekalian menjadi orang-orang yang dikasihi Tuhan supaya kamu diselamatkan dari setiap kemalangan. Seorang mutaki sempurna akan diselamatkan dari wabah tha’un karena ia ada di bawah perlindungan Tuhan. Maka, jadilah kamu orang-orang mutaki sempurna.
Apa yang Tuhan telah firmankan berkenaan dengan wabah tha’un kamu telah mendengarnya. Tha’un merupakan api kemurkaan. Jadi selamatkanlah diri kamu sekalian dari api itu. Barang siapa sebenar-benarnya mengikutiku, dan di dalam dirinya tidak terdapat unsur kekhianatan, dan juga tiada unsur kemalasan dan kelalaian dan tidak mencampurkan kebajikan dengan keburukan, ia akan diselamatkan.
Akan tetapi orang yang melangkahkan kaki dengan malas pada jalan ini, dan tidak menempuh jalan ketakwaan dengan cara sesempurna-sempurnanya, atau ia cenderung kepada keduniaan, ia memasukkan dirinya ke dalam ujian. Taatlah kepada Tuhan dalam segala segi.
Setiap orang yang merasa dirinya termasuk dalam lingkungan orang-orang yang telah bai’at, telah tiba saat baginya mengkhidmati Jemaat ini dengan harta kekayaan juga. Barang siapa mempunyai kemampuan satu sen, hendaknya ia memberikan satu sen setiap bulan guna keperluan Jemaat. Barang siapa dapat memberikan satu rupiah tiap bulan, hendaknya ia menyerahkan tiap bulan satu rupiah. Karena di samping pengeluaran untuk pengelolaan Langgar Khanah (Dapur Umum), kegiatan urusan agama pun menghendaki banyak sekali pengeluaran. Beratus-ratus tamu berkunjung, namun sekarang – karena kekurangan fasilitas - bagi para tamu belum dapat disediakan rumah yang menyenangkan. Belum tersedia tempat-tempat tidur sebagaimana seharusnya. Juga timbul keperluan-keperluan untuk pelebaran mesjid. Kegiatan karang-mengarang dan penerbitan, dibandingkan dengan kegiatan pihak lawan, kita masih sangat lemah. Kalau dari golongan Kristen terbit lima puluh ribu majalah dan selebaran-selebaran tentang agamanya, dari pihak kita seribu pun belum dapat dikeluarkan dengan teratur setiap bulan. Itulah pekerjaan-pekerjaan yang guna keperluan itu tiap-tiap orang yang telah bai’at hendaklah memberikan derma ala kadarnya sepadan dengan kemampuannya, supaya Allah Taala pun membantu mereka. Andaikata derma diserahkan secara tetap meski kecil, maka derma itu lebih bermanfaat daripada derma yang setelah lama diabaikan dan baru kemudian pada suatu waktu-atas prakarsanya sendiri pula derma itu diberikan. Ketulusan setiap orang dapat dinilai dari darma baktinya.
Wahai, kalian yang kusayangi! Inilah saatnya guna berkhidmat kepada agama dan guna kepentingan-kepentingan agama. Anggaplah saat ini sebagai suatu anugerah, sebab saat ini sekali-kali tidak akan terulang lagi.
Sebaiknya pembayar zakat mengirimkan zakatnya ke tempat ini (Qadian, Peny.). Hendaknya setiap orang menghindarkan diri dari pengeluaran uang untuk hal sia-sia, dan pada jalan inilah (berkhidmat kepada agama, Peny.) hendaknya ia belanjakan uangnya.
Walhasil, hendaklah ia memperlihatkan ketulusan hatinya supaya ia memperoleh anugerah karunia dan Rohulkudus, sebab anugerah ini disediakan bagi mereka yang telah masuk pergerakan ini. Rohulkudus yang menampakkan kebesarannya atas pribadi junjungan kita Rasulullah saw. adalah lebih agung dari segala penampakannya. Kadangkala Rohulkudus menampakkan diri atas diri seorang nabi dalam wujud seekor burung merpati; dan kadangkala ia menampakkan diri atas seorang nabi atau awatar dalam wujud seekor lembu, dan atas seorang lagi berupa seekor ikan (yang menurut agama Hindu adalah titisan desa Wisnu, Peny.)
Selama sang Insan Kamil, yakni Nabi kita saw. belum diutus, selama itu belum tiba saatnya (Rohulkudus) menampakkan diri dalam bentuk manusia. Ketika Baginda Nabi Muhammad saw. telah diutus, maka sang Rohulkudus pun menampakkan diri atas pribadi beliau dalam wujud seorang manusia, disebabkan oleh kenyataan beliau seorang Insan Kamil – Manusia Sempurna. Karena penampakan Rohulkudus itu perkasa, ia memenuhi ruang yang membentang di antara bumi dan ufuk langit, sebab itu ajaran Alquran tetap terpelihara dari jamahan kemusyrikan. Akan tetapi, kepada anutan kaum Kristen, Rohulkudus menampakkan diri dalam bentuk yang amat lemah sekali yaitu berupa seekor burung merpati. Oleh karena itu roh kotor, yakni syaitan telah mengungguli agama itu, dan ia menunjukkan kedahsyatan dan kekuatannya demikian rupa sehingga ia laksana seekor ular naga raksasa datang menyerang.
Itulah sebabnya, maka Alquran suci telah menilai kesesatan kekristenan itu sebagai kesesatan nomor wahid di antara segala kesesatan di dunia ini. Dan, ia mengatakan bahwa hampirlah langit dan bumi pecah dan jadi berkeping-keping, sebab di atas permukaan bumi ini telah berlaku suatu dosa besar yaitu seorang insan telah dijadikan Tuhan dan anak-Tuhan.
Pada permulaan Alquran pun disebutkan mengenai orang-orang Kristen, dan bantahan terhadap (faham-faham) mereka. Sebagaimana kita dapat memahami dari - arabic - (“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah”, Peny.) dan - arabic – (“Dan janganlah pula yang sesat,” Peny.). Dan, pada penghabisan Alquran pun terdapat sanggahan terhadap orang-orang Kristen, sebagaimana kita menarik arti dari ayat:
- arabic -
“Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan Yang pada-Nya bergantung segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.” (112:2-4) – Peny.
Di tengah-tengah Alquran pun disebutkan bahaya agama Kristen, sebagaimana kita dapat menarik arti dari ayat:
- arabic -
[“Hampirlah seluruh langit belah karena itu,” (19:91) – Peny.]
Jelaslah dari Alquran bahwa semenjak dunia ini tercipta, tidak pernah terjadi penyembahan terhadap makhluk dan kebiasaan-kebiasaan palsu demikian dahsyatnya. Dari itu hanya agama Kristenlah yang diajak bermubahalah (duel doa, Peny.) dan bukan orang-orang musyrik lain. Hikmah apa gerangan tersembunyi di balik rahasia Rohulkudus senantiasa menampakkan diri sebelumnya berupa burung-burung atau hewan-hewan, para arif sendiri dapat memahami. Kami katakan hanya sekedar berikut inilah: hal demikian mengisyaratkan kepada suatu kenyataan, bahwa demikian kuatnya rasa peri kemanusiaan pada Rasulullah saw. sehingga Rohulkudus pun tertarik ke arah peri kemanusiaan juga. Jadi, selaku pengikut Nabi yang demikian agungnya, mengapakan kamu patah semangat?
Perlihatkanlah suri teladan yang karenanya bahkan para malaikat di langit pun mengagumi ketulusan dan kebersihan hatimu serta mereka mengirimkan salawat bagimu.
Hendaklah kamu sekalian menjalani suatu kematian supaya kamu mendapat kehidupan dan kosongkanlah jiwamu dari gelora-gelora hawa-nafsu agar Tuhan turun ke dalam jiwamu. Pada satu pihak putuskanlah hubungan dengan segala hubungan – secara mutlak, pada pihak lain adakanlah hubungan sempurna sehingga Tuhan memberi pertolongan kepadamu.
Kusudahi wejangan ini, dan ku berdoa semoga ajaranku ini bermanfaatlah kiranya bagi kamu sekalian, lalu di dalam dirimu timbul suatu perubahan demikian rupa sehingga kamu sekalian jadilah laksana bintang-bintang bertaburan menghiasi cakrawala raya, dan bumi ini jadi bersemarak terang-benderang oleh binar cahaya yang kamu peroleh dari Tuhanmu. Amin tshumma Amin!
- arabic -
“Hai Hamba-hamba Allah, aku ingatkan hari-hari Allah kepadamu dan aku ingatkan kepadamu ketakwaan hati. Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhan-nya dalam keadaan berdosa, maka baginya adalah jahanam. Ia tidak mati dan tidak hidup di dalamnya. Dan janganlah mengabdikan diri di dalam kecintaan dunia dan kepalsuannya. Takutlah kepada Allah dan mintalah pertolongan dengan sabar dan doa. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya menyampaikan salawat kepada nabi-Nya. Wahai orang yang beriman, ucapkan salawat dan salam kepadanya selayaknya. Hai Allah turunkanlah salawat dan berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad dan berilah kepadanya berkat Engkau dan keselamatan.
NUBUATAN MENGENAI WABAH THA’UN
(Dalam bentuk sajak)
Sekalipun Tanda itu bukan dalam lingkup kewenangan seorang,
Namun kuberitahu alamat suatu Tanda dari Tuhan,
Baiklah nasib dia yang ingin selamat dari wabah tha’un,
Yang melompat dan cari perlindungan,
Ke dalam lindungan dinding tembok rumahku.
Aku bersumpah dengan nama Tuhan,
Yang memiliki diriku dan dengan kebesaran-Nya!
Kata-kataku semua ini bersumber pada wahyu suci Ilahi.
Tiada perlu bersilat lidah perihal lain,
Memadailah sudah hal ini –
Bagi orang yang hatinya ‘lah menjadi
Gelap pekat sebab mengingkari daku:
Andaikan apa yang kujanjikan nyata dusta,
Silakan beramai-ramai bangkit memerangi daku.
ANJURAN SUMBANGAN UNTUK
PERLUASAN RUMAH
Oleh karena sangat dikhawatirkan sekali untuk masa mendatang wabah tha’un akan tersebar di dalam negeri ini dan di dalam rumah kami beberapa bagiannya didiami tamu-tamu pria juga, dan beberapa bagian lain lagi tamu-tamu wanita. Sungguh telah menjadi sempit sekali. Kamu sekalian telah mendengar bahwa Allah Yang Mahaagung telah menjanjikan perlindungan istimewa bagi orang-orang yang berada di dalam lingkungan tembok rumah ini.
Sekarang rumah kepunyaan seorang bernama Ghulam Haidar almarhum, yang di dalamnya kami mempunyai bagian pemilikan, mengenai itu sanak keluarga kami telah rela memberikan kepada kami bagian kami itu, serta menjual juga sisa dari bagian itu.
Pada hematku rumah tersebut yang dapat menjadi bagian rumah kami-dipugar dengan biaya sebesar dua ribu rupees.
Dari takut karena masa wabah tha’un hampir tiba dan rumah ini juga menurut kabar suka wahyu Ilahi – dalam kemelut badai taufan itu akan berlaku sebagai sebuah bahtera. Tidak tahulah siapa yang akan mendapat bagian dalam janji khabar suka itu. Oleh karena itu pekerjaan ini menghendaki pelaksanaan yang segera. Dengan bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Pemberi Rezeki dan Yang menyaksikan amal-amal saleh, hendaklah berusaha. Aku pun melihat rumah kami ini memang selaku bahtera, tetapi di masa depan di dalam bahtera ini tidak ada tempat lagi bagi kaum laki-laki maupun wanita. Oleh karena itu perlu mengadakan perluasan.
Wassalam ‘ala man ittaba’al huda.
Yang memberitahukan
MIRZA GHULAM AHMAD QADIANI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar