Senin, 09 Maret 2009

FITNAH MERAJALELA

لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ اللهُ وَلاَ يَجْلِيْهَا لِوَقْتِهَا إِلاَّ هُوَ وَلكِنْ سَأُحَدِّثُكُمْ بِمَشَارِيْطِهَا وَمَا بَيْنَ يَدَيْهَا، أَلاَ ! إِنَّ بَيْنَ يَدَيْهَا فِتَنًا وَهَرْجًا ، قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا الْهَرْجُ ؟ قَالَ : هُوَ بِلِسَانِ الْحَبَشَةِ الْقَتْلُ ، وَأَنْ يُلْقِيَ بَيْنَ النَّاسِ التَّنَاكُرُ فَلاَ يَعْرِفُ أَحَدٌ وَتَحُفُّ قُلُوْبَ النَّاسِ ، وَيَبْقَى رِجْرِجْةٌ لاَ تَعْرِفُ مَعْرُوْفًا وَلاَ تُنْكِرُ مُنْكَرًا
Tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Allah; dan tidak ada yang mengetahui waktunya, kecuali Dia. Tetapi aku akan menceritakan kepada kalian tentang syarat-syaratnya dan apa yang ada di antaranya. Ingatlah ! Sesungguhnya di antranya ada fitnah-fitnah dan kekacauan. Ditanyakan; Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apakah kekacauan itu ? Kekacauan itu adalah peperangan yang disebabkan lisan Habsyi, dan jika pura-pura bodoh terjadi di kalangan manusia, lalu tidak seorang pun mengetahuinya, dan itu mengelilingi hati manusia dan kehinaan menetap yang tidak mengenal kebaikan dan tidak mengenal kemungkaran ( Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, Ibnu Mardawaih dari Abu Musa radhiallahu ‘anhu dan Kanzul-Umal, Juz 14 / 38543 )




عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْ لاَ يَجْلِي لِوَقْتِهَا إِلاَّ هُوَ وَلكِنْ سَأُخْبِرُكُمْ بِمَشَارِيْطِهَا وَ يَكُوْنُ بَيْنَ يَدَيْهَا : إِنَّ بَيْنَ يَدَيْهَا فِتْنَةً وَهَرْجًا ، قَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللهِ ! اَلْفِتْنَةُ قَدْ عَرَفْنَاهَا فَالْهَرْجُ مَا هُوَ ؟ قَالَ : بِلِسَانِ الْحَبَشَةِ الْقَتْلُ ، وَيُلْقَي بَيْنَ النَّاسِ التَّنَاكُرُ فَلاَ يَكَادُ أَحَدٌ أَنْ يَعْرِفَ أَحَدًا
Ilmunya As-Sa’ah berada di sisi Tuhanku, tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Dia. Akan tetapi aku akan menceritakan syarat-syaratnya kepada kalian dan apa yang ada di sekitarnya, yaitu sesungguhnya di sekitarnya ada fitnah dan kekacauan. Mereka berkata: Wahai Rasulullah! Fitnah itu telah kami mengerti, lalu apakah yang dimaksud dengan kekacauan itu? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Disebabkan lisan Habsyi terjadilah peperangan, dan sikap berpura-pura terjadi di kalangan mereka, sehingga hampir seorang tidak mengenal seorang lainnya ( Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, Sa’id bin Manshur dalam Sunannya dari Khudzaifah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang As-Sa’ah, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan Hadits tersebut dan Kanzul-Umal, Juz 14 / 38544 )
بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ فِتَنٌ كَقَطْعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ
Di sekitar As-Sa’ah itu adalah fitnah-fitnah seperti sepotong malam yang gelap ( Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dari Anas radhiallahu ‘anhu dan Kanzul-Umal, Juz XIV / 38446 )
Komentar:
Hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menubuatkan datangnya Sa’ah kehancuran kaum yang durhaka kepada Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sa’ah atau As-Sa’ah menurut Al-Quran tidak selalu berarti Qiyamat; kadang-kadang Sa’ah itu digunakan untuk arti kehancuran suatu kaum yang durhaka di dunia ini; dan terkadang juga digunakan sebagai wujud siksaan yang sempurna di alam Akhirat nanti. Dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan Sa’ah kehancuran kaum yang durhaka di dunia ini, baik mereka yang mengaku sebagai kaum muslimin maupun mereka yang bukan muslimin. Di antara tanda dan syarat datangnya Sa’ah itu adalah:
1. Apabila wanita budak melahirkan anak dari tuan majikannya.
Nampaknya nubuatan ini sudah terjadi zaman sekarang ini. Sebab banyak berita dari surat kabar, majalah dan omongan banyak orang bahwa banyak wanita yang melahirkan anak dari tuan majikannya, terutama para wanita tenaga kerja, baik di negara yang non muslimin dan negara yang muslimin.
2. Apabila orang telanjang yang tidak beralas-kaki menjadi pemimpin umat manusia.
Mungkin yang dimaksud orang telanjang yang tidak beralas-kaki adalah orang yang tidak mempunyai rasa malu karena tidak berdiri di atas landasan iman yang benar. Jika makna ini yang dimaksud, berarti nubuat itu sudah terwujud, sebab sejak puluhan tahun yang lalu sudah banyak pemimpin manusia, baik di tingkat daerah maupun nasional, baik di negara yang banyak musliminnya, maupun yang non muslimin yang tidak malu-malu berbuat sekandal maksiat, korupsi dan kolusi dalam melakukan tindak kejahatan.
3.Apabila para pemimpin kaum muslimin saling berlomba membanggakan rumah mereka. Nubuat ini pun, dewasa ini sudah bisa kita saksikan di mana-mana. Seakan-akan nilai duniawai sudah dijadikan sebagai ukuran kemuliaan dan kesuksesan hidup seseorang. Sehingga sudah menjadi kebiasaan manusia, jika bertemu kawan lamanya yang ditanyakan dan yang diceritakan adalah masalah pekerjaan, jabatan, rumah, kendaraan dll.
4. Apabila sudah banyak fitnah dan kekacauan.
Nubuat ini pun sudah sering kita saksikan dalam kehidupan umat dewasa ini, baik mereka yang non muslimin maupun yang mengaku muslimin. Ujung-jung dari fitnah dan kekacauan itu adalah kebencian, kesalah fahaman, permusuhan, pengrusakan dan perang saudara yang hanya merugikan mereka sendiri.
5. Apabila kehinaan menimpah mereka yang mengaku kaum muslimin yang tidak mengenal kebaikan dan kemungkaran.
Nubuat ini pun nampaknya sudah terjadi. Sebab kenyataan banyak kaum muslimin yang fanatis golongan dengan menganggap golongannya saja yang benar, sedang golongan lainnya salah tanpa dilandasi oleh suatu penelitian. Mereka tidak kritis dan tidak mempunyai keinginan untuk mengenal pihak lain. Akibatnya kebenran dan hikmah yang ada pada golongan lain tidak mereka ketahui, malah dianggap salah dan sesat menyesatkan. Selanjutnya mereka menjadi bodoh dari kebenaran. Hidupnya terjajah dan mudah digoncang bangsa-bangsa lain.
6. Sikap hidup berpura-pura sudah mewarnai banyak pemimpin.
Nubuat ini pun nampaknya sudah terjadi. Buktinya banyak para peminpin yang mengerti kebenaran dan keadilan, tetapi dalam praktik mereka menghindari kebenaran, kejujuran dan ketidak adilan, hanya bertujuan untuk memperkuat kedudukan atau takut menanggung resiko duniawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar